Hadyan mengolesi obat merah pada luka di dahi Tasia sembari meniup-niup kecil.
"Apa sakit? Meski senang melihatmu tertawa, aku menyarankanmu agar jangan tertawa dulu. Kalau wajahmu terlalu banyak bergerak akan menyakiti bengkak di pipimu ini." Ia menelisik setiap inci wajah Tasia, siapa tau masih ada luka yang ia lewatkan.
Tasia tersenyum lebar hingga menampakkan jajaran giginya yang putih dan rapih, meski benar akhirnya membuat pipinya menjadi sakit. Kehadiran Hadyan benar-benar ampuh mengobati rasa sakit dari luka-lukanya, termasuk luka di dalam hatinya. Wajah Hadyan berada sangat dekat dengan wajahnya, ia menatap lekat-lekat rupa pria itu. Perlahan, tangannya menyentuh rahang kanan Hadyan yang duduk bersila di hadapannya dengan wajah serius.
"Wajahmu bersisik dan matamu berwarna kuning."