Hampir seluruh tubuh Tasia sudah ditutupi sisik ular. Hadyan tidak khawatir jika sisik tajamnya bergesekan dengan sisik Tasia. Karena hanya dalam sekali lihat, ia tau sisik yang tumbuh di sekujur tubuh sang permaisuri cukup kuat dan elastis. Namun yang ia permasalahkan, wajah dan bibir Tasia masih berlapiskan kulit alami manusia yang sangat lunak dan lembut.
Tunggu dulu! Hadyan hampir melompat dari posisi tidurnya. Karena sanking terlena dengan buaian Tasia dan terlalu sibuk berpikir, ia jadi tidak sadar pertahanan bibirnya yang seharusnya terkatup, sudah terbuka entah dari kapan. Kini bahkan lidah bercabangnya sudah asik berdansa bersama milik Tasia yang lembut dan hangat.
Secepat kilat dan dengan hati-hati, Hadyan langsung mendorong Tasia lepas "Apa yang kau lakukan?! Kau tidak tau apa yang bisa terjadi padamu?!" omel Haydan.
"Hah?" Tasia mengerjap dengan mata sayu. Masih sadar tidak sadar setelah melayang entah kemana.