Ukuran perut Tasia sudah lebih besar jauh dari yang terakhir kali Hadyan melihatnya. Bahkan kulit Tasia terlihat tidak tahan lagi untuk menahan mereka. Seakan kulitnya akan segera pecah dan memuntahkan anak-anak siluman itu. Hadyan dapat melihat dengan sangat jelas pergerakan janin di dalam. Mereka menonjol-nonjol keluar, tidak bisa diam. Sepanjang tidurnya, Tasia tanpa sadar menggerakkan pinggangnya dengan wajah meringis akibat sakit pada organ dalamnya yang terus tergencet.
Sungguh Hadyan ingin menangis melihat kondisi wanita yang sangat ia cintai. Tasia sangat menderita dan ia sendirian. Hadyan tidak menyalahkan sikap Tasia. Ia tau, selama masa kehamilan, perasaan Tasia akan sangat sensitif dan sulit dikendalikan. Namun bukan berarti ia akan membiarkan permaisurinya mengalami penderitaan itu seorang diri. Hadyan akan memastikan Tasia tidak lagi megalami kesakitan itu lebih jauh lagi.