Hadyan tidak menerima jawaban. Tasia sendiri sudah bermandikan peluh. Wanita itu tidak bisa fokus mendengarkan apa yang Hadyan bicarakan. Ia hanya bisa terus menggenggam jemari Hadyan dengan keras untuk melampiaskan rasa sakit pada perutnya.
"CEPATLAH!!" Bentak Hadyan lagi kepada para tabib. Ia tidak mau mendengar berita apapun sekarang. Yang paling penting adalah membebaskan Tasia dari rasa sakitnya.
"Ba.. baik, Yang Mulia." Tunduk Tabib tua itu dalam-dalam dengan wajah takut.
Tidak lama, para murid tabib berhamburan masuk ke dalam kamar dengan banyak obat-obatan yang sudah ditumbuk halus dan dilarutkan ke dalam segelas air. Di belakang mereka, para dayang yang biasa melayani Tasia mengekori. Wanita-wanita itu membawa baskom-baskom berisi air berisi rempah untuk membersihkan wajah dan tubuh permaisuri mereka yang sudah berlumuran darah.