Punggung Tasia bersandar pada dada Hadyan. Pria itu tidak dapat melihat Tasia yang menghadap ke depan. Tangannya tarsus melingkari perut sang permaisuri agar ia tidak tergelincir jatuh.
"Ehm.." Hadyan berdehem. "A.. apa kau sudah mengantuk?"
Tasia tidak menjawab. Perlahan ia mengintip wajah Tasa dari samping. Nampak kedua mata wanita itu menutup dengan bulu mata lentiknya yang basah terkena uap air. Hadyan menghela lega.
Ia langsung menggendong tubuh Tasia yang sedang tertidur perlahan. Sepertinya mereka sudah berendam hampir selama satu jam. Dengan handuk besar, ia mengeringkan tubuh basah Tasia lalu mendesah saat melihat kulit jemari kecilnya sudah mengeriput.
Selagi mengeringkan tubuh Tasia yang terbaring di atas ranjang, Hadyan meneguk liurnya susah payah. Jemarinya meraba tengah dada Tasia, menggambar sebuah garis lurus menuju pusarnya dan ke bawah lagi. Kalau dipikir, sudah cukup lama mereka tidak pernah berhubungan lagi.