Hadyan mematung, terus menatap cemas jari-jari di tangannya yang berangsur berubah menjadi cakar besar. Ia tidak berani menyentuh Tasia dengan cakar beracun menjijikan itu. Namun perasaan takut pada hatinya perlahan sirna setelah mendapat dekapan dari cinta satu-satunya yang ia miliki. Perasaan hangat menjalar bagai sebuah air yang menyapu bersih kotoran pada hatinya
Hadyan tidak dapat bicara. Nafasnya berat seperti geraman. Menurut Hadyan, tidak mungkin baginya untuk mengendalikan dirinya sendiri. Tapi keyakinan Tasia membuatnya ingin berusaha dan mencoba percaya.