Setelah mendengar keteguhan hati Tasia yang sanggup mengetuk pintu hatinya lagi, Jihan terburu-buru membawa Tasia dan Dewi Sri ke dalam sebuah ruangan berbentuk persegi yang tidak terlalu besar. Ia ingin semua ini cepat selesai, dan hidupnya kembali normal seperti sedia kala. Jihan meraih gagang pintu dan mengunci benda tinggi berwarna hitam metalik tersebut dari dalam. Ruangan itu terlihat biasa saja.. Layaknya ruangan untuk bermeditasi. Sesungguhnya Jihan sendiri juga tidak pernah terpikir akan menjadikan ruangan itu sebagai tempat baginya untuk melakukan sebuah ritual mistis. Ruangan yang hampir ia jadikan gudang tersebut, ternyata malah menjadi wadah baginya untuk menolong kembali wanita yang telah turun temurun membebani keluarganya.
"Tasia.. Maaf, apakah kau mengijinkan jika aku ikut melihat masa lalu itu?" Tanya Dewi Sri pelan. "Aku harus mengetahui bagaimana Argani sebenarnya."
Tasia berpikir sejenak lalu mengangguk "Baik, Dewi. Aku mengijinkan."