Tasia masih tidak bisa fokus, entah karena kabut, atau matanya benar jadi berkunang-kunang atas perbuatan sang raja yang membuatnya kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Yang dapat ia lihat dengan jelas adalah kedua mata tajam yang sudah berubah menjadi hitam beriris kuning yang terus menatapnya. Seakan ia adalah seekor kelinci gemuk yang dihidangkan di atas meja makan kepada seekor ular kelaparan.
"Hem?" Hadyan menggeram tepat di telinga gadis itu. Berusaha menarik sang pujaan hati kembali ke dalam alam sadarnya.
"A.. Aku mencintaimu, Hadyan.." Ucap Tasia dengan suara kecil seperti gumaman.
Hadyan tersenyum mengerti. Akhirnya sang tuan rumah memberikannya kunci untuk memasuki gerbang indah yang selama ini pria itu dambakan.
"Aku lakukan dengan pelan. Aku tidak akan menyakitimu, Anastasia.." Bisiknya sebelum memberi kecupan pada kening gadis itu.