Tasia menatap ke arah jendela, hari masih malam namun sudah terdapat tanda-tanda matahari akan muncul. Ia menutup gorden jendela dan merayap naik ke atas kasur dengan kain kemben yang membuat ia merasa tidak nyaman.
Tasia berbaring menyamping, kepalanya menjadi sakit lagi. Namun ada rasa lega di dalam dadanya, karena akhirnya ia sudah mengambil keputusan untuk merelakan Hadyan atau tidak, dan ia memilih untuk berbagi suami dengan wanita lain. Kini ia hanya perlu menanti kemana nasib akan membawanya pergi. Mungkin ini bukan hidup seindah yang Tasia bayangkan sebelumnya. Namun ia tetap bersyukur karena masih bisa berada di sekitar Hadyan yang adalah lentera di dalam hidupnya.