Di dalam hati, Tasia sangat menyesal. Lagi-lagi karena kebodohannya, Hadyan menjadi kesusahan. Dan lebih parahnya lagi, kerajaan sang raja juga jadi ikut terancam. Seharusnya Tasia hadir sebagai penghibur untuk Hadyan, bukan menjadi duri di dalam daging pria itu.
"Ja.. Jang.. an. Ha.. dyan. Ja ngan." Ucapnya terbata sekuat tenaga.
Wira langsung menoleh pada gadis itu. Ia menjadi kesal karena manusia bodoh tersebut sok sok-an menjadi pahlawan. Mahkluk rendahan yang setara dengan budak sepertinya tidak pantas dibela oleh kaum siluman. Ia menarik gadis itu ke depan dadanya. Tangannya kini mencengkram rahang Tasia. Wajah mengerikannya ia letakkan di samping kepala Tasia.