Chereads / Arman Sang Penakluk / Chapter 24 - Bab 24 - Antusias Ridho Dalam Berlatih

Chapter 24 - Bab 24 - Antusias Ridho Dalam Berlatih

Wajah Arman berubah menjadi merah setelah dipuji oleh paman Rasyid, dia lantas menjawab pertanyaan dari paman Rasyid,

"paman bisa aja, sebenarnya aku juga tidak pintar-pintar sekali dalam memasak, cuman bisa memasak," senyum Arman malu.

"tidak kok man, pasti masakan kamu enak rasanya, iya kan wan," ucap paman Rasyid seraya menepuk pundak Irwan sehingga membuatnya terkejut lantas menjawabnya dengan terbata-bata,

"eh, i---iya guru, makanan ini pasti enak rasanya," cengir Irwan.

"bukan cuman enak paman, tapi ini sungguh nikmat dan serasa mau tambah, hehehe" celetuk Ridho.

"wah, berarti kamu mesti masakan kami tiap hari yah man, habisnya paman sangat bosan memakan makanan dipasar," pinta paman Rasyid.

"siap paman,!!!! silahkan dinikmati, aku ingin mengantarkan makanan buat Harpic," pamit Arman yang berbalik kebelakang untuk mengambil daging panggang milik Harpic lalu mengantarkan ketempat Harpic berada.

Mereka bertiga lantas menyantap masakan Arman, mereka sangat lahap, terutama paman Rasyid dan Irwan yang begitu lahap menyantap setiap masakan yang Arman telah sajikan untuk mereka.

"gimana rasanya paman,?" tanya Ridho seraya memakan daging semur buatan Arman.

"ini sungguh nikmat dho,!!! paman belum pernah memakan masakan seperti ini, benarkan Irwan,???" ungkap paman Rasyid yang sedang mengisi piringnya dengan beberapa potong daging serta roti.

"iya guru, ini sungguh nikmat," gumam Irwan yang ikut mengisi piringnya dengan beberapa potong daging.

Merekapun melanjutkan makannya.

Arman sedang menuju ke kandang kuda dimana Harpic sedang menunggunya, Harpic sangat senang ketika melihat Arman yang sedang membawa beberapa daging panggang miliknya, itu terpancar dari matanya yang tiba-tiba berubah menjadi gambar daging serta air liurnya terus menerus menetes.

"maaf lama kawan,!!!! apakah kamu sudah sangat lapar,???" tanya Arman.

"guruu, ruu (iya aku sudah sangat kelaparan)," ucap Harpic yang datang menghampiri Arman seraya mengendus daging panggang yang Arman bawa.

"sabar yah kawan, ini daging buat kamu," ucap Arman seraya meletakkan nampan berisi daging panggang diatas rumput.

"guruu," angguk Harpic yang langsung bergegas duduk menyantap daging panggang miliknya.

"untuk sementara kamu dikandang ini dulu yah kawan,"

"guruu," angguk Harpic.

"baiklah kalau gitu, kamu lanjutkan dulu makannya, aku ingin masuk kedalam lagi untuk menyiapkan beberapa makanan lagi untuk paman Rasyid dan yang lainnya," ungkap Arman seraya mengelus kepala Harpic.

Arman lalu masuk kembali kedalam dapur untuk menyiapkan beberapa makanan penutup untuk mereka, kali ini dia menyiapkan beberapa kue dan cemilan untuk menemani mereka meminum bir, setelah selesai dia lalu membawanya keruang tengah dimana paman Rasyid dan yang lainnya sedang makan.

"wah ternyata kalian sudah menghabiskan semua makanannya sendiri," tegur Arman yang melihat piring dan mangkuk yang berisi beberapa masakannya telah bersih tak tersisa apapun.

"hehehe maaf man, habisnya masakan kamu sungguh nikmat,!!!" cengir Irwan.

"kamu tuh wan makannya terlalu banyak dan tidak menyisakan buat Arman," canda paman Rasyid seraya meneguk secangkir bir miliknya.

"ehhh!!!! kenapa jadi aku guru, bukannya guru dan bro Ridho yang menghabiskan makanan itu," protes Irwan seraya menunjuk gurunya dan Ridho.

Paman Rasyid dan Ridho lantas berpura-pura tidak mengetahui mendengar ucapan dari Irwan, mereka dengan asyik meneguk bir yang ada diatas meja makan.

"sudah-sudah,!!! tidak usah ribut, tadi aku sudah menyisakan beberapa untukku, karena aku tahu pasti bakalan seperti ini," ucap Arman yang menengahi pertengkaran mereka soal makanan.

Paman Rasyid melihat Arman membawa nampan, dia pun bertanya karena penasaran,

"apa yang kamu bawa itu man,??" tanya paman Rasyid menunjuk nampan yang dibawa oleh Arman.

"oh, ini ada beberapa kue dan cemilan paman, lumayan untuk menemani kalian minum bir," ungkap Arman seraya meletakkan nampan.

"wah kamu memang pintar man," puji paman Rasyid seraya mengambil beberapa potong kue untuk dimakannya, begitupun juga dengan Ridho dan Irwan.

Mereka lalu menikmati cemilan buatan Arman sambil bercerita tentang keadaan desa sepaku serta pekerjaan paman Rasyid, Ridho sangat tertarik dengan dunia blacksmith, dia dengan antusias mendengarkan dengan seksama ketika paman Rasyid bercerita tentang pengalaman pribadi miliknya dalam hal blacksmith.

Ridho sangat ingin belajar lebih jauh lagi tentang menempa, baik itu senjata sihir maupun alat sihir lainnya. Dan ini merupakan waktu yang terbaik buatnya untuk belajar bersama sang maestro blacksmith, ya paman Rasyid sangat terkenal akan keahliannya dalam menempa, dia telah banyak menciptakan berbagai alat sihir salah satunya adalah topeng sihir yang dulu dikenakan oleh Irwan ketika menghajar para petualang di sebuah penginapan.

"jadi apa rencana kalian selanjutnya,?" tanya serius paman Rasyid seraya melipat kedua tangannya diatas meja makan.

Mendengar hal itu membuat Arman dan Ridho segera meluruskan posisi duduknya, yang tadinya menempel dimeja kini duduk dengan tegak. Mereka berdua tidak tahu mau menjawab apa, karena tujuan mereka hanya pergi ke desa sepaku dan bertemu dengan paman Rasyid.

Mereka belum merencanakan sesuatu untuk kedepannya, Ridho lalu melihat Arman yang merasa kebingungan terlihat dari alisnya yang mengkerut. Benar saat ini Arman sedang bingung dan tak tahu ingin menjawab apa, selama ini dia hanya mengikuti arahan dari gurunya serta Ridho kakaknya.

Ridho lantas menjawab pertanyaan dari paman Rasyid dengan jujur dan apa adanya, sambil memegang pundak Arman dia berkata,

"kami belum tahu paman, kami berdua (melirik Arman) belum merencanakan langkah selanjutnya, karena tujuan kami adalah bertemu dengan paman Rasyid sesuai arahan dari mendiang guru Bahar," jawab ridho.

Paman Rasyid lantas menghela nafasnya setelah mendengarkan jawaban dari Ridho,

"kalau seperti itu, mungkin lebih baik kalian tinggal di desa ini dulu, untuk masalah badik merah biarkan paman yang memikirkannya, kalian fokus saja dulu berlatih meningkatkan kekuatan kalian, karena paman melihat kalian baru berada di tingkatan Mero sama dengan Irwan,

"alangkah lebih baiknya kalian fokus dulu berkultivasi untuk saat ini, kalian bisa menggunakan ruangan dibawah untuk kultivasi, paman sudah memasang beberapa penghalang diruangan itu agar auranya tidak bocor,!!! bagaimana menurut kalian," ungkap paman Rasyid seraya meneguk segelas bir miliknya.

Arman dan Ridho saling melirik dan menatap satu sama lain, pada dasarnya Arman sangat tertarik dengan kultivasi namun berbeda dengan Ridho, baginya bisa kapan saja untuk berkultivasi karena dia tidak terlalu mengejar kekuatan. Dia hanya mengejar skill dalam menempa senjata dan alat sihir,

"aku sangat tertarik paman, aku sangat ingin segera naik ketingkat selanjutnya, terkahir aku hanya bisa naik satu level, dan tinggal satu level lagi aku bisa menerobos ke tingkat selanjutnya," jawab Arman dengan semangat terlihat dari tatapan matanya yang bersinar.

"bagus Arman,!!!! itu baru jiwa anak muda,!! gimana dengan kamu sendiri Ridho,?" tanya paman Rasyid.

Ridho menjadi gugup karena semua menatapnya, baik Arman, paman Rasyid serta Irwan meskipun dia terus menguyah cemilan.

Lama terdiam, Ridho sedang memikirkan gimana caranya mengungkapkan keinginannya. Dia lantas memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan dari paman Rasyid,

"untuk saat ini aku tidak butuh kultivasi paman, namun ----"

"-apa maksud kamu dho,???" potong paman Rasyid dengan wajah melotot, ya paman Rasyid sangat tidak suka dengan orang yang malas dalam belajar dan meningkatkan kekuatan mereka.

"b----bukan begitu paman," gugup Ridho menjawab.

"lantas apa,????"

"aku ingin memperdalam ilmu menempa bersama paman," jawab lemah Ridho seraya menundukkan kepalanya.

"maaf paman, kak Ridho adalah seorang blacksmith seperti paman, dia dulu memiliki sebuah bengkel blacksmith waktu di desa Semoi," ungkap Arman yang memberitahu kepada paman Rasyid bahwa Ridho lebih tertarik menjadi seorang blacksmith.

Paman Rasyid lantas menatap tajam kearah Ridho dan membuatnya menjadi takut sehingga dia makin menundukkan kepalanya. Secara tiba-tiba paman Rasyid memukul meja sehingga membuat Arman dan yang lainnya kaget terutama Irwan yang sedang meminum bir miliknya ikut kaget dan membuat birnya tumpah kebajunya.

Setelah memukul meja dia lantas kembali menatap tajam kearah Ridho dan tiba-tiba tertawa

"hahaha,!!!!! hahaha,!!!! hahaha,!!!!"

Arman dan yang lainnya saling menatap satu sama lain, mereka tidak tahu kenapa paman Rasyid tiba-tiba tertawa. Mereka ingin ikut tertawa namun tidak berani, karena takut menyinggung paman Rasyid.