Chereads / Arman Sang Penakluk / Chapter 16 - Bab 16 - Ramalan Masa Depan

Chapter 16 - Bab 16 - Ramalan Masa Depan

Banyak teriakan yang terdengar meminta sebuah penjelasan, ruang kuil menjadi ramai yang tadinya sepi kini ramai yang membahas siluet yang muncul, banyak dari mereka menafsirkan sendiri tanpa menunggu Raqil menjelaskan apa arti dari gambaran siluet yang muncul.

"ayo cepat jelaskan maksud dari siluet itu,!!!" teriak yang lainnya.

Raja Raffles berdiri karena merasa suasana jadi kacau balau, dia lantas mengangkat tangan kanannya seraya mengatakan,

"sekarang kalian semuanya diam,!!!! jangan ada yang teriak sana sini, serta berbicara,!!!!"

Suasana akhirnya kembali tenang, tidak ada lagi yang teriak, berbisik apalagi berusaha menjadi penafsir ramalan, semuanya terdiam ketika Raja Raffles berdiri dan meminta semuanya untuk diam.

"silahkan lanjutkan Raqil," pinta Raja Raffles.

"baik tuan," angguk Raqil.

Semua yang hadir pun diam dan mendengarkan penjelasan dari Raqil sang peramal,

"pertama mungkin yang akan aku jelaskan adalah kejadian ini akan terjadi sekitar beberapa tahun kedepan, entah 5 tahun, 10 tahun bahkan lebih,

"yang kedua yaitu siluet-siluet yang muncul, siluet pertama yaitu terdapat enam orang dari berbagai ras sedang bergandengan tangan, itu menandakan bahwa dimasa depan akan muncul seseorang yang akan menyatukan semua suku ras yang ada di benua ini kembali bersatu, ----" potong Raqil yang terhenti berbicara karena ada sebuah teriakan dari salah satu tetua yang hadir.

"-hahaha kamu berbohong!!!! itu tidak mungkin akan terjadi" teriak Farrel yang memotong penjelasan dari Raqil, hal itu membuat raja Raffles marah, raja pun menegurnya,

"bisakah kamu diam Farrel!!!!!" bentak Raja Raffles.

"M----maaf tuan, tapi itu pasti sebuah kebohongan," ucap Farrel seraya menundukkan kepalanya.

"sudah kamu diam, atau kamu keluar dari kuil ini," tegas Raja Raffles yang tidak suka dengan cara Farrel yang memotong penjelasan dari Raqil.

"b---baik tuan, aku akan diam," ucap Farrel, namun di dalam hatinya dia berkata "andaikan kamu bukan seorang Raja, sudah aku bunuh dirimu,"

Keributan itu menyita perhatian para tetua yang lainnya, banyak pertanyaan yang muncul dibenak mereka, salah satunya adalah, "kenapa Farrel berani seperti itu, apa yang terjadi dengannya,"

Tetua Farrel tidak berani lagi memotong pembicaraan Raqil, dia kini hanya duduk dengan wajah yang memerah karena telah ditegur oleh sang Raja.

"lanjutkan Raqil," pinta Raja Raffles yang diikuti anggukan kepala dari Raqil.

"seseorang ini akan bekerjasama dengan ras lainnya untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan antara ras,

"siluet kedua menjelaskan akan runtuhnya sebuah istana dan kota yang ada disekitarnya, terjadi peperangan yang besar antara istana tersebut dengan keenam orang itu dimana keenam orang itu bersatu dengan Bangsa Elf, bangsa Malaikat serta bangsa manusia,

"siluet terakhir menjelaskan kehidupan setelah peperangan yang terjadi, dimana telah bersatunya berbagai suku ras yang ada di seluruh kingdom Romessa, tidak adalagi perbedaan ataupun perdebatan antara satu sama lain, semua hidup rukun dan damai,

"hanya itu yang bisa aku jelaskan tuan, mengenai kebenaran hanya Sang Cahaya Suci yang mengetahuinya," ungkap Raqil yang menjelaskan arti dari setiap siluet yang muncul.

Para tetua tidak menyangka ramalan yang mereka lihat akan seperti itu, mereka terus bertanya-tanya kapan dan siapa sosok pria yang dimaksud dalam siluet tersebut.

"terimakasih Raqil, kamu telah melaksanakan tugasmu dengan baik," ucap Raja Raffles.

"baik tuan, aku permisi undur diri, aku berharap semoga ramalan ini akan benar-benar terjadi, karena itu akan menyatukan semua ras yang ada," harap Raqil.

Setelah melaksanakan tugasnya, Raqil lantas meninggalkan ruangan altar kuil tersebut, dia tidak memiliki urusan tentang perdebatan antara para tetua yang lain, dia hanya bertugas untuk meramal setelah itu dia akan kembali melaksanakan tugasnya yang lain.

"gimana menurutmu Reva, tentang penjelasan dari Raqil,?" tanya Raja Raffles kepada putri Reva.

"menurutku itu akan benar-benar terjadi kak, Raqil tidak pernah salah dalam meramal,!!! kakak ingat kejadian ratusan silam, ketika itu kita masih sangat kecil, aku dengar dari ayah dan ibu bahwa Raqil telah meramalkan tentang kejadian di hutan terlarang," ungkap Putri Reva.

"iya aku ingat akan itu, saat itu ayah percaya akan ramalan Raqil namun para tetua yang lainnya menganggap itu tidak akan pernah terjadi,"

"iya kak,!!! maka dari itu, saat ini kakak sebagai raja harus tegas dalam menggambil keputusan,"

"baik adikku, semoga aku tidak salah mengambil keputusan,"

"iya kak,!!! aku yakin kakak pasti akan lebih hebat dari ayah," ungkap putri Reva sambil menggenggam erat tangan Raja Raffles.

-----

Ujung jalan hutan terlarang, dimana terdapat dua orang pemuda dan satu hewan buas sedang duduk bersama menikmati sarapan pagi.

"perutku tidak muat lagi, hahaha" tawa Ridho memegang perutnya yang buncit karena kekenyangan sehabis sarapan pagi.

"hahaha, kakak terlalu banyak makan," tawa Arman yang membersihkan sisa-sisa makanan yang jatuh di tanah.

"habisnya masakan kamu sungguh nikmat man, aku tidak tega untuk tidak memakannya, iyakan Harpic,?" tanya ridho kepada Harpic, namun apa yang ridho lihat membuatnya kembali tertawa.

"Guruu," angguk Harpic, yang sedang berbaring dengan wajah yang penuh dengan saos yang berasal dari daging panggang.

"hahaha, man coba lihat wajah Harpic," gumam ridho seraya menunjuk wajah Harpic.

Arman lantas menoleh dan melihat wajah Harpic yang penuh dengan saos,

"hahaha, kawan wajahmu penuh dengan saos," tawa Arman.

"guruu," bangkit Harpic sambil membalikkan wajahnya dan membersihkan sisa saos yang menempel diwajahnya.

Mereka bertiga lantas tertawa bersama karena wajah Harpic yang belepotan kena saos daging panggang.

Karena baru saja selesai sarapan dan masih kenyang, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke desa sepaku. Arman memilih untuk kembali membaca buku-buku pemberian guru Bahar, sedangkan ridho kembali berkutat dengan alat-alat sihir miliknya, sementara Harpic memilih untuk tidur.

-----

Hutan selatan, wilayah kekuasaan bangsa Elf, sebuah ruangan yang berukuran besar, dimana didalamnya terdapat seorang pria yang sedang memandang sebuah lukisan tua, pria itu adalah Raja Raffles.

Raja Raffles sedang duduk termenung dimeja kerjanya sambil memandang lukisan ayahnya yang tertempel didinding ruang kerjanya, dia mengingat kembali kenangan bersama ayahnya, dimana dia sedang berlatih memanah didalam hutan terlarang, berburu hewan buas.

"apa yang mesti aku lakukan ayah,???" bathinnya, Raja Raffles sedang memikirkan langkah selanjutnya dari ramalan yang terjadi, dia tidak tahu mesti berbuat bagaimana, dia tidak ingin salah langkah sama seperti ayahnya yang lebih mempercayai para tetua.

"tok, tok, tok" suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Raja Raffles,

"siapa,???" teriak Raja Raffles.

"aku Reva kakak,!!!" jawab seseorang dari balik pintu.

"masuk Rev," ucap Raja Raffles yang mempersilahkannya masuk.

Putri Reva lantas membuka pintu dan masuk kedalam,

"kenapa kamu kelihatan sangat gelisah kak," tanya Putri Reva ketika melihat wajah kakaknya yang penuh dengan kegelisahan.

"ah!!!! tidak apa-apa Reva, aku hanya memikirkan langkah apa yang mesti aku ambil untuk ramalan ini," jawab Raja Raffles.

"kakak tidak perlu risau, ada aku yang siap membantu kakak," ucap Putri Reva yang mendekat kearah meja kerja milik kakaknya.

"iya Reva,!!!! menurut kamu apa yang mesti kita lakukan untuk saat ini,?"

"untuk saat ini sebaiknya kita terus melatih prajurit yang kita miliki, sambil menunggu kedatangan sosok pria yang dimaksud dalam ramalan tersebut," usul putri Reva.

"benar juga usul kamu, saat ini kita mesti meningkatkan kualitas pertahanan bangsa kita serta pertempuran yang kita miliki,!!! terus gimana dengan sosok Elf yang ada di antara keenam orang tersebut, siapakah dia,??" tanya Raja Raffles dengan wajah yang serius serta tatapan yang tajam kearah Putri Reva.

"untuk hal itu biarlah waktu yang menjawabnya kak, hehehe" ucap Putri Reva, dia tidak tahu mesti menjawab apa untuk yang satu ini.

"hmmm!!! yah sudahlah kalau gitu, kita tunggu saja waktu yang tepat untuk memikirkan kelanjutannya," melas Raja Raffles yang kecewa atas jawaban adiknya.

"maaf kak, aku tidak tahu mesti menjawab apa, karena aku takut salah memilih, maka biarlah takdir yang menjawabnya,"

"iya Reva,"

"baiklah kalau gitu kak, aku permisi dulu ingin kembali kekamar, aku ingin istirahat dulu, karena sebentar sore akan melatih indah lagi, aku ingin mengajaknya berburu, guna melatih insting dalam memanahnya," pamit Putri Reva.

"baiklah Reva, aku juga ingin mengadakan pertemuan dengan para tetua untuk mengumumkan keputusan yang akan aku ambil, terimakasih atas waktumu untuk menghibur kakakmu ini, sampaikan salam ku buat indah," pinta raja Raffles.

"santai saja kak, itulah gunanya keluarga, akan aku sampaikan salamnya, aku permisi kak, selamat bertugas,"

Putri Reva lantas berjalan menuju pintu keluar dan meninggalkan Raja Raffles sendirian didalam ruangannya, dia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.