"Hah?" Berhenti, Arman melihat ke belakang untuk melihat Dewi yang masih berdiri di halaman rumah Rini dan belum naik keatas kereta kuda yang menjemputnya. Keadaan itu membuat jantungnya mulai berdetak cepat lagi.
Dewi mengenakan jubah hijau dengan ikat pinggang ungu yang berkibar tertiup angin, dia terlihat sangat cantik dan anggun.
"Besok … apakah kamu akan mau menemani Aku jalan?"
Di depan kereta kuda milik keluarganya, wajah halus gadis itu memerah merah saat giginya menggigit bibir merah mudanya. Sepasang mata yang indah sedang melihat Arman dengan sedikit antisipasi.
Sulit untuk percaya bahwa Dewi yang elegan akan mengucapkan kata-kata manis seperti itu, pesona yang dipancarkan olehnya membuat pikiran Arman jadi mengembara lagi.
Diam-diam mengkritik dirinya lagi, Arman menjawab dengan nada pelan. Setelah itu, dia melarikan diri masuk kedalam rumah sambil berada di bawah tatapan tersenyum Dewi.