"Siapa sih ini yang telepon pagi-pagi!" Ara yang masih tidur di dalam kamarnya merasa terganggu karena sejak tadi nada dering teleponnya terus berbunyi.
Padahal hari ini adalah hari rabu dan dia tidak memiliki kuliah hari ini. Dia berencana akan tidur sampai sore hari karena semalam dia berpesta sampai subuh.
Masih dalam keadaan setengah tertidur, Ara merentangkan tangannya untuk meraih handphone miliknya, ingin melihat baj*ngan mana yang mengganggu kegiatan tidurnya hari ini.
"Unnie"
Ara segera bangun ketika melihat nama kontak yang meneleponnya dan langsung mengangkat telepon itu.
"Ya unnie?" tanya Ara.
"Halo sayangku, apa kamu masih tidur?" tanya suara wanita di seberang.
"Ah tidak kok, ada apa unnie?" tanya Ara lagi yang kini mengambil posisi duduk di atas tempat tidurnya.
"Tidak apa-apa sayangku, unnie hanya ingin mengecek kabarmu saja. Sepertinya akhir-akhir ini kamu menghindari unnie," balas wanita itu lagi.
"Ey~ Unnie. Itu hanya perasaan unnie saja kok. Aku hanya terlalu sibuk dengan tugas kuliahku saja. Bagaimana jika kita belanja hari ini?" Ara menawarkan dengan nada bicara gembira.
"Iya kan? Itu hanya perasaan unnie. Ah, hari ini tidak bisa karena unnie sibuk. Kamu tidak melupakan kesepakatan kita, bukan?" tanya wanita itu lagi mengingatkan.
"Tentu saja unnie! Unnie tenang saja, aku akan membawanya di pesta ulang tahun unnie hari sabtu minggu depan," ucap Ara lagi, tangannya meremas erat bantal yang tadi dia gunakan.
"Ah tidak, kamu harus membawanya jumat malam, biar aku bisa bersamanya saat pergantian hari di hari ulang tahunku, kamu bisa melakukannya, kan?"
"Baik unnie," jawab Ara, remasan di bantal yang dia pegang semakin erat.
"Okey kalau begitu, sampai ketemu nanti, sayangku," ucap orang itu kemudian langsung mematikan sambungan teleponnya.
"ARGHH! Dasar j*lang maniak menyebalkan!" Ara melemparkan handphone miliknya di kasur ketika sambungan telepon itu terputus.
Setelah menenangkan dirinya, dia kembali mengambil handphone itu dan mencari kontak seseorang sebelum akhirnya menekan tombol panggilan.
"Uh, Ara, ada apa?" tanya seorang pria ketika sambungan telepon itu tersambung.
"Joon oppa, apa hari ini Ethan memiliki jadwal untuk syuting?" tanya Ara, orang yang dia hubungi adalah Ha Joon, salah satu direktur di agensi Ethan.
"Sebentar oppa cek dulu," balas Ha Joon dan sepertinya mencari sesuatu, tak lama kemudian dia berkata.
"Ya, dia memiliki syuting drama hari ini,"
"Kirimkan padaku lokasinya! Oh ya, oppa yakin sudah memberikan nomor Ethan? Dia tidak pernah membalas pesanku!" ucap Ara lagi mengingat bahwa pesan yang dia kirimkan sejak hari sabtu tidak pernah dibalas oleh Ethan.
"Bukankah oppa sudah bilang bahwa Ethan sering tidak membalas pesannya? Kalau kamu ingin menghubunginya, oppa bisa memberikanmu nomor manajernya."
"Maksudmu si ahjumma itu? Lupakan saja!" ucap Ara. Entah kenapa dia bisa merasakan bahwa manajer Ethan, si ahjumma itu, tidak terlalu menyukainya. Dia juga tidak perlu untuk bersikap baik pada ahjumma itu, yang dia butuhkan hanyalah Ethan!
"Ara, bisakah kamu tidak menggunakan Ethan? Dia benar-benar memiliki potensi untuk menjadi seorang bintang," ucap Ha Joon tiba-tiba, sebagai seorang direktur, Ha Joon benar-benar bisa melihat potensi yang dimiliki oleh Ethan. Sayang sekali kalau orang seperti itu harus ditekan seperti ini.
"Tutup mulutmu dan ikuti saja perintahku! Oppa lupa siapa yang membantu oppa mendapatkan jabatan oppa saat ini?!" tanya Ara dengan nada kesal. Padahal dia adalah orang yang membantu Ha Joon mendapatkan jabatannya saat ini, tapi berani-beraninya orang itu mempertanyakan perintahnya!
"Tapi…" ucap Ha Joon sedikit keberatan.
"Atau oppa mau video s*x oppa bersama seorang trainee dilihat oleh istri oppa?" tanya Ara lagi, mengancamnya.
"Bukankah kamu sudah berjanji untuk menghapusnya?!" tanya Ha Joon yang benar-benar terkejut ketika Ara membahas hal itu lagi.
"Selama oppa diam saja dan menurutiku, video itu tidak akan tersebar! Jadi tutup mulutmu dan ikuti saja apa yang aku katakan! Mengerti?!" tanya Ara dengan nada suara tinggi.
"Baik," jawab Ha Joon akhirnya.
Setelah mendengar jawaban itu, Ara langsung mematikan handphone miliknya. Dia menarik nafas sebentar sebelum akhirnya kembali tiduran di atas kasurnya.
Dia kemudian membuka aplikasi kamera dan memotret wajahnya beberapa kali, dia kemudian mengedit foto yang menurutnya terbaik, dan membuka akun sosmed miliknya.
Ara lalu mengupload foto tersebut dengan caption:
Waduh… udah jam segini tapi aku baru bangun. Malunya x.x
Semangat buat semuanya!
#goodmorning #nomakeup #nofilter
Setelah menuliskan itu, Ara menekan tombol post untuk memposting foto itu.
"3… 2… 1… mari kita lihat sudah berapa yang suka," pikir Ara yang kemudian langsung merefresh halaman dengan foto itu.
2312 suka
810 komentar
"Hmm.. jumlah sukanya meningkat dibandingkan kemarin! Ahh… mood ku membaik! Waktunya siap-siap untuk menemui Ethan, dia tidak akan menolakku, kan?" pikir Ara yang tiba-tiba merasa tidak percaya diri.
"Ey~ Mana mungkin, aku adalah Ara! Mana mungkin dia akan menolakku!" pikir Ara lagi kemudian segera turun dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi.
***
"Ethan, ada yang mencarimu," Ethan yang sedang membaca naskah script miliknya menoleh ketika ada seorang kru yang menghampirinya.
"Siapa?" tanya Ethan bingung, kira-kira siapa yang datang mencarinya di lokasi syuting?
"Wanita yang waktu itu pernah datang kemari. Aku sudah menyuruhnya untuk masuk tapi dia mengatakan untuk memanggil kamu saja keluar," jawab kru itu.
"Oh baik, terima kasih," jawab Ethan kemudian segera berdiri dan hendak keluar.
Saat Ethan keluar, dia sedikit celingak celinguk karena tidak menemukan Ara.
"Oppa! Sini!" teriak Ara yang berdiam di bawah pohon yang berada tak jauh di situ untuk berteduh.
Ethan yang mendengar namanya dan melihat Ara, langsung berjalan mendekati wanita itu.
"Oh, Ara, ada apa?" tanya Ethan bingung karena tiba-tiba wanita itu menghampirinya.
"Apa oppa lupa?" tanya Ara, memasang ekspresi cemberut.
Ethan berpikir sebentar, apakah dia melupakan sesuatu yang penting? Tapi bagaimana pun dia memikirkannya, dia sama sekali tidak ingat.
"Maaf Ara, aku saat ini sibuk dengan dramanya jadi aku melupakannya," ucap Ethan yang benar-benar lupa, selain drama, dia harus memikirkan NamTech, belum juga Maria yang akhir-akhir ini kembali masuk ke dalam pikirannya, dan terakhir, si wanita yang melakukan trik tarik ulur dengannya!
Jadi dia sama sekali benar-benar melupakan soal Ara.
"Oppa bagaimana sih? Katanya oppa akan memikirkan jawabannya!" ucap Ara dengan nada ngambek.
"Jawaban? Jawa… Ah! Itu!" Ethan tiba-tiba mengingat bahwa Ara pernah datang ke lokasi syuting dengan membawa makanan, saat itu Ara juga telah memintanya untuk menjadi pacarnya dan Ethan yang saat itu tidak tega untuk menolak wanita itu, mengatakan bahwa dia akan memikirkannya!
"Jadi ini alasan dia datang kemari, tapi bagaimana ini… hati dan pikiranku sama sekali tidak memikirkannya, tapi aku tidak tega juga untuk menolaknya," pikir Ethan yang mulai bimbang.
"Iya, itu! Jadi bagaimana? Oppa mau pacaran denganku? Ini hari jadi pertama kita kalau begitu!" ucap Ara yang langsung merangkul lengan Ethan.
"Ara… tunggu dulu," ucap Ethan yang perlahan-lahan melepaskan lengan yang dipeluk oleh Ethan.
"Ada apa?" tanya Ara yang firasatnya mulai tidak enak.
"Maafkan aku Ara, tapi aku saat ini tidak bisa berpacaran denganmu," ucap Ethan, benar-benar minta maaf karena dia sama sekali tidak memikirkan wanita itu.
"Kenapa?" tanya Ara dingin. Dia tidak menyangka Ethan akan menolaknya!
"Aku saat ini ingin fokus dengan karirku terlebih dahulu, aku tidak memiliki waktu untuk berpacaran, aku benar-benar minta maaf," ucap Ethan lagi.
Ara terdiam ketika mendengar alasan itu. Meski dia sebenarnya tidak menyukai pria itu, harga dirinya terluka ketika pria itu menolaknya, apalagi dia yang menyatakannya terlebih dahulu.
"Oh, baiklah," ucap Ara dengan dingin.
Suasana di situ kembali menjadi hening, Ara yang terdiam karena tidak menyangka bahwa Ethan akan menolaknya, dan Ethan yang baru kali ini menolak seorang wanita, tidak tahu harus berbuat apa.
"Ethan!" dalam keheningan itu, tiba-tiba seorang kru muncul dan berteriak memanggilnya.
Ethan menoleh ke arah kru itu, dan kembali menoleh ke arah Ara.
"Ara, aku benar-benar minta maaf, tapi aku harus segera kembali, maafkan aku," ucap Ethan yang benar-benar merasa bersalah, setelah mengatakan itu, dia langsung pergi.
Melihat Ethan yang telah pergi, Ara mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Sepertinya kamu ingin aku menggunakan cara yang ekstrim! Nam Ethan, aku bersumpah kamu sendiri yang akan datang padaku dan meminta bantuanku," pikir Ara dengan kesal. Dia kemudian mengambil handphone miliknya dan menghubungi seseorang.
"Oppa! Tuliskan artikel tentang skandal Nam Ethan denganku!"