***
Sejak kejadian itu, sebisa mungkin aku selalu menghindari satu lantai dengan mas Shincan, bahkan kalau bisa tidak pernah satu shift sekalian. Aku benar-benar risih dengan dia, melihat matanya yang semakin hari semakin sering mengedipkan satu mata ke arahku saja sudah bikin merinding.
"Nisa, makan siang yuk! Mas Firman mu udah nungguin tuh!" Ajak Dewi kepadaku.
"Yess, akhirnya datang juga." Sorakku gembira dan menggandeng tangan Dewi untuk ke ruang makan karyawan.
Setelah mengambil menu ayam kecap kesukaanku, aku menghampiri meja dimana mas Firman sudah menunggu dan melambaikan tangannya. Aku duduk tepat di sebelah mas Firman sementara Dewi duduk di depanku, kami saling berhadapan.
Tiba-tiba mas Shincan ikut bergabung bersama kami dan duduk di depan mas Firman. Mereka mengobrol panjang kali lebar kali tinggi sambil makan, membuat aku dan mas Firman menjadi tidak ada kesempatan untuk ngobrol. Sampai makanan habis mas Shincan baru mengakhiri obrolannya dengan mas Firman, jengkel banget deh aku, padahal kesempatan ngobrol sama mas Firman cuma sebentar doang pas jam makan siang.
Selesai makan, mas Firman berdiri dan mengambilkanku dan Dewi minuman dingin yang chef sediakan untuk para karyawan.
"Mas Firman gak minum?" Tanyaku ketika dia cuma membawa dua gelas, untukku dan Dewi.
"Nanti mas bawa ke pantry saja. Sekalian bawain mbak Yuyun tadi minta dibawakan" Jelas mas Firman.
"Okey..." Jawabku singkat sambil meminum minuman yang mas Firman berikan.
"Dewi, Nisa! Yuk buruan, jangan lelet! Masih banyak kamar yang belum diberesin!" Teriak mas Shincan mengajak kami kembali bekerja.
"Dasar cowok mesum, gak bisa lihat orang santai dikit apa!" Gumamku lirih.
"Kenapa? Shincan gangguin kamu?" Selidik mas Firman yang mendengar perkataanku walau lirih.
"Sedikit mas, tapi aman kok. Mas Firman tidak usah khawatir" Jawabku menenangkan mas Firman.
"Ya sudah, ingat pesan mas. Hati-hati! Oke?" Pesan mas Firman kepadaku.
"Mas pergi dulu ya!" Sambungnya.
"Iya mas!" Jawabku meskipun dalam hati masih ingin sedikit lama lagi bersama dia.
Dewi hanya memperhatikan dengan senyum, setelah mas Firman jauh, Dewi menggandeng tanganku dan mengajak pergi kembali bekerja. Takut mas Shincan akan keluar tanduknya lagi dan kita diberikan pekerjaan yang berat lagi. Aku hanya pasrah, berjalan dengan malas mengikuti Dewi.
"Kenapa hari ini harus satu lantai sama dia sih?" Gumamku lirih, dan Dewi yang melihatnya hanya tertawa sambil menyeretku untuk berjalan lebih cepat lagi.
***
Hari ini lumayan sibuk bekerja, jadi mas Shincan tidak ada waktu untuk bertingkah aneh-aneh, hanya sesekali dia sengaja menabrakkan badannya untuk membuat aku marah, tapi aku cuekin aja. Karna aku gak mau ribut, habis tenagaku buat ngimbangi kenakalannya.
Sudah hampir jam 3, waktunya pergantian shift dan aku sudah tidak sabar untuk pulang bareng dengan mas Firman. Aku membersihkan kamar mandi dengan berdendang lirih.
"Nyanyi aja, tuh kotoran dibawah westafel lap juga!" Perintah mas Shincan dari luar sambil melempar handuk kotor ke arahku.
"Aish, orang ini nyari masalah aja kenapa siih!!!, Perasaan aku udah diem aja loh daritadi" Jawabku kesal.
"Justru karena kamu diam itu bikin aku jengkel, giliran mau pulang aja nyanyi-nyanyi. Segitu gak nyamannya ya kerja sama aku?" Selidik mas Shincan.
Dan gak tau kenapa, ketika dia bilang begitu aku jadi merasa bersalah sekali.
Setelah mengatakan itu dia kembali ke dalam kamar dan merapikan bed kembali. Aku menyusulnya dan entah kenapa merasa harus minta maaf kepada mas Shincan, walaupun aku tidak sepenuhnya mengerti apa salahku. Toh walau aku sedikit gak nyaman kerja sama dia, aku selalu mengerjakan pekerjaanku dengan baik kok.
"Mas Shincan marah? Gak begitu kok mas, aku cuma seneng aja karna mau pulang. Kerjaan hari ini banyak sekali, jadi aku merasa sangat capek dan ingin segera selesai" Jelasku panjang lebar menghadap kebawah dengan sambil memainkan towel yang tadi mas Shincan lemparkan kepadaku.
Tiba-tiba ditariknya towel yang aku pegang, aku yang merasa kaget dan hilang keseimbangan terjatuh ke depan dengan muka kebawah, ditangkap dua tangan mas Shincan yang panjang dan di dorongnya aku ke bed dengan posisi menghadap ke atas.
Dan tiba-tiba saja muka mas Shincan sudah ada di depan mukaku, badannya ada disamping badanku, dengan kedua tangan memegang kedua tanganku di samping kanan dan kiri kepalaku. Aku menghindari tatapannya dengan menghadap ke kanan, dan dia mengikuti, kemudian menghadap lagi ke kiri dan dia pun mengikuti.
"Dasar mas Shincan mesum, lepasin nggak? Aku teriak nih!" Gertakku sambil berusaha melepaskan tanganku dari kunciannya.
"Ini yang bikin aku suka sama kamu Nisa, kalau yang lain, sekarang aku sudah bisa menyentuh bibir itu dengan mudah!" Jawab mas Shincan dengan pelan dan melepaskan kunciannya.
Aku segera berdiri dan merapikan pakaianku juga rambutku.
"Sumpah, ini cowok kasar dan mesum banget, amit-amit jangan sampai aku lebih sering satu lantai sama dia. Bahaya!!!" gerutuku dalam hati sambil melanjutkan pekerjaanku membersihkan kamar mandi. Sumpah ini lutut dan tangan rasanya lemas sekali. Semenyeramkan itu dia dan masih banyak yang mengidolakan dia, kalau aku nggak banget.
"Aku sudah selesai, tinggal semprot pengharum ruangan, nanti semprot dan tutup pintunya ya, aku ke kamar ujung. Kalau sudah selesai susul aku kesana!" Jelas mas Shincan memberiku perintah.
"Iya mas" Jawabku singkat tanpa babibu.
***
Setelah semua selesai aku menyusul mas Shincan ke kamar ujung dan didalam sudah ada senior yang lain juga Dewi dan Ryan, temen prakerin dari sekolah yang sama dengan Dewi. Kita biasa menunggu shift selesai di kamar ini sambil mengobrol ringan sebelum sama-sama kembali ke konter HK, karna disana tempatnya terlalu sempit dan dekat dengan dapur, jadi terkadang akan mengganggu operasional para staf dapur jika menggerumbul disana.
Mas Shincan beberapa kali terlihat mencuri pandang ke arahku sambil tersenyum dan memainkan remot tv di bawah mulutnya yang mungil. Dia mainkan dan putar-putar remot itu di bawah bibirnya dengan masih sambil tersenyum aneh kepadaku dan itu sukses membuatku merinding.
"Sumpah manusia ini benar-benar mengerikan" Umpatku dalam hati.
"Nisa besuk kamu masuk malam kan? Rencana mau tahun baruan kemana?" Tanya pak Husen tiba-tiba, mengingatkanku kalau besuk malam sudah tahun baru.
"Belum tau pak, rencananya sih mau dijemput cowok Nisa nanti, mau diajak ke alun-alun mungkin" Jawabku agak kurang yakin, karna cowokku bilang bisa iya bisa tidak, besuk kepastiannya.
"Kug mungkin sih? Berarti belum pasti dong? Kerumah aku aja Nisa, nanti bareng sama pak Husen!" Ajak Dewi kepadaku.
"Kalau mau nanti bareng sama aku saja!" Kata mas Shincan menimpali
"Ish, nggak ah. Mending aku di kost saja daripada sama mas Shincan" Reflek keluar jawabanku yang membuat semua mata menuju ke arahku.
"Kamu masih belum akur juga sama Shincan?" Tanya pak Husen menyelidik.
"Eh, ah. Nggak kok pak" Jawabku gelagapan kehabisan kata.
Aku lirik ke arah mas Shincan, dia hanya tersenyum melihatku kemudian beralih ke arah layar televisi didepannya, dan masih sambil tersenyum.
"Soalnya belum terlalu kenal sama mas Shincan, jadi dirumah saja, begitu pak!" Lanjutku menjelaskan ke pak Husen.
"Gak papa, santai aja! Aku gak akan nggigit kalau gak mau di gigit!" Tiba-tiba mas Shincan menimpali lagi sambil mata tetap melihat ke arah televisi.
"Jangan bikin anak kecil takut kenapa sih Can, kamu ini suka sekali bikin gara-gara" pak Husen menegur mas Shincan.
"Pokoknya kalau cowokmu gak jadi ajak jalan, main kerumah aku ya Nisa. Orangtuaku seneng kalau teman-teman mau main kerumah" Rengek Dewi sambil gelandotan disampingku.
"Iya iya, Insha Allah ya" Jawabku menenangkan dia.
"Ya sudah, ayok pulang sudah waktunya ini" Ajak pak Husen.
Kita semua merapikan Bed sebentar, mematikan tv dan pergi, Satu persatu sesuai kelompok kerja. Dan mas Shincan masih duduk di kursi ketika satu persatu sudah pergi.
"Ayok pulang mas!" Ajakku karena sudah tidak sabar menunggu dia diam kayak patung sambil mainin jenggot nya yang cuma seuprit di bawah bibirnya yang mungil.
"Berani ta ngajak aku pulang?" Tanyanya membuat aku gak habis fikir. Orang ini kenapa sih terus aja ngajakin aku bertengkar.
"Terserah, kalau gak mau aku duluan!" Kataku sambil beranjak dan beranjak pergi.
Tiba-tiba mas Shincan berdiri, menyusulku, merangkulku dan berjalan disampingku. Aku berusaha melepaskan rangkulannya dari pundakku, tapi mas Shincan menolak melepaskannya.
"Hiiiist, tau ah gelap" Aku pasrah dan lanjut berjalan.
"Jangan pergi sama cowokmu, ikut saja acara anak-anak. Mumpung kamu masih disini, sama cowokmu kan bisa pergi kapan-kapan" Kata mas Shincan tanpa melihat ke arahku.
"Ya, lihat nanti aja mas. Kalau dia gak jemput ya aku ikut" Jelasku.
"Oke, aku harap dia melupakanmu sebentar malam itu!" Kata mas Shincan sambil melepas rangkulannya dan berjalan mendahuluiku.
"Ish, cowok aneh" Gumamku lirih dan mengikuti dia dibelakang.
Bersambung....
***