Malam tahun 2008
Hari ini aku kerja shift malam dengan mas Shincan, sebenarnya shift malam buat house keeping tuh lebih enak, karna pekerjaan lebih sedikit.
Paling kita cuma membersihkan kamar yang baru di tinggal check out ala kadarnya, nge check minibar jika ada tamu yang check out malam atau mendadak.
Hari ini berjalan lebih cepat, karena mas Shincan dari tadi datang sampai mau pulang lagi konsen banget sama handphonenya, sesekali tetap godain aku ketika handphone nya berhenti bersiul menandakan ada sms masuk dan minta perhatian.
Sudah jam 11 malam, persiapan pulang.
Aku check notifikasi di handphone ku masih juga tidak ada tanda-tanda sms yang masuk.
Cowokku bilang dia juga masuk malam, mungkin di tempat dia prakerin sekarang lagi rame dan banyak tamu, jadi dia gak sempat ngabarin aku.
"Gimana? Jadi ikut acara anak-anak dirumah Dewi apa kencan sama cowokmu nih?" Sapa mas Shincan tiba-tiba, membuatku buyar dalam lamunan.
"Gak tau mas, cowokku belum ngabarin!"
"Telphone dong, jangan diem aja. Udah mau pulang nih, kalau gak ikut acara anak-anak, aku tinggal nih!"
Tanpa menjawab kata-kata mas Shincan, aku ketik sms ke nomer cowokku.
[Jadi keluar gak? Kalau nggak, aku mau ikut acara teman-teman disini aja deh] aku tekan tombol send dan terkirim
Beberapa menit kemudian notifikasi gawaiku berbunyi, dan dengan cepat aku membuka pesan masuk dari cowokku.
[Kamu kalau emang ada acara sama teman-teman mu pergi dah. Aku kayaknya gak bisa nemenin kamu jalan malam ini]
[Kenapa gak ngabarin dari tadi sih, kenapa di detik-detik terakhir baru ngabarin. Jengkelin banget kamu nih!]
[Maaf Sya, habis anak-anak ngajakin jalan tanpa cewe nich, kan aku gak enak kalau ngajak kamu. Masak iya aku doang yang bawa cewe]
[Ya, terserah dah. Dari dulu kamu tetap aja lebih mentingin temen-temenmu. Hape aku lowbad, jadi aku matiin hape sekarang. Gak usah balas sms aku]
Aku send kirim dan setelah aku pastikan pesan terkirim, aku tekan tombol merah lama dan handphone mati.
Karena aku tau ketika aku emosi bisa habis pulsa 20rb sehari hanya untuk membalas atau mengirim spam sms ke cowokku. Dan aku juga gak mau mengawali Tahun baru dengan perasaan jengkel dengan cowokku.
Dia asyik-asyik sama temannya, aku sibuk spam chat, gak banget dah. Lebih baik matiin hape, aman. (Setidaknya fikiranku waktu itu. Hehehe)
"Dari raut mukamu, kayaknya kamu gak jadi keluar nih sama cowokmu, iya kan?" Ledek mas Shinan melihat aku mematikan dan mengantongi gawai di dalam saku seragam house keeping ku dengan geram.
"Bisa gak kalau udah tau tuh gak usah nanya mas? Bikin jengkel aja!" Jawabku ketus.
"Ngapain jengkel, berarti emang kamu suruh ikut kerumah Dewi"
"Pingin sih, tapi males mas dingin banget, mending dirumah aja tidur" Jawabku sambil mengambil tas dan beranjak pergi.
"Aku antar ke kost ya, udah malam. Bahaya kalau malam begini, banyak orang mabuk dijalan" mas Shincan menawarkan diri.
"Iya mas, makasih ya" Aku jawab pasrah, karena aku sudah gak ada tenaga untuk berdebat dengan mas Shincan malam ini.
***
Ini adalah kali pertama aku naik motor mas Shincan, canggung banget rasanya, apalagi motor dia tempat duduknya merosot kedepan, ditambah jalanan ke arah kost ku banyak sekali polisi tidur, membuat aku bolak balik merosot ke arah mas Shincan, dan aku merasa kurang nyaman dengan itu.
Sampai di depan gang kost, aku turun dari motor dan mengucapkan terimakasih kepada mas Shincan. Mas Shincan tidak menjawab, malah memarkir motornya di pinggir jalan, turun dari motor dan menghampiriku yang masih tertegun menunggu apa maksudnya ini, kenapa bukannya pergi, tapi malah memarkir motornya.
"Cepat masuk, ganti baju. Aku tunggu disini sekarang!" Perintah mas Shincan tanpa membuka helm di kepalanya.
"Apa sih, aku kan bilang gak ikut mas. Aku mau tidur aja, dingin sekali di luar!" Tolakku masih berusaha sopan.
"Nisa, ganti baju sekarang! Aku tunggu, kalau kamu gak mau, aku gak akan pergi dari sini!" Gertak mas Shincan sambil berlalu ke motornya sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Aish, orang aneh. Yaa, tunggu 10menit!" Jawabku sambil berlalu ke kamar kost.
"5menit, gak pakai lebih!" Sambung mas Shincan.
Aku pergi tanpa menjawab satu kata pun.
Sebenarnya aku seneng sih, setidaknya aku tidak akan jengkel sendiri di dalam kamar memikirkan cowokku asyik-asyikan sama teman-temannya. Ditambah temen satu kamarku juga pergi sama cowoknya malam itu. Akhirnya aku masuk kamar kost, ganti baju dan kembali menemui mas Shincan di depan, tanpa mandi ataupun cuci muka.
Setelah melihatku keluar dari gerbang kost, mas Shincan kembali menaiki motornya, menghidupkannya dan putar balik. Berhenti tepat di depanku dan kemudian tangan kirinya menepuk jok belakang sebagai aba-aba agar aku naik.
Aku naik motor mas Shincan dan menaruh tas ku didepanku karna aku takut merosot ke depan lagi seperti tadi. Mas Shincan mempercepat laju motornya, karna jam sudah menunjukkan 11.40 mendekati pergantian tahun baru.
Setelah 15menit perjalanan akhirnya sampai juga dirumah Dewi, kita disambut dengan hangat, setelah memperkenalkan diri kepada orangtua Dewi, kita menuju ke lantai atas untuk bergabung dengan teman-teman yang lain yang sudah mulai acara dari tadi. Membakar jagung, sosis dan banyak minuman dingin juga hangat disediakan orangtua Dewi.
Saking asyiknya, aku sampai tidak sadar jika ditengah acara mas Shincan keluar entah kemana. Aku menyadari dia tidak ada ditengah kami ketika jam menunjukkan pukul 01.30 dan semuanya bersiap-siap untuk pulang kerumah.
"Mas Shincan kemana ya Dewi?" Tanyaku kepada Dewi yang sedang sibuk membersihkan sampah tusuk sosis.
"Loh, belum kembali ya mas Shincan? Tadi sih aku lihat dia keluar angkat telephone" Jawab Dewi juga tidak tahu keberadaan mas Shincan.
"Coba kamu telephone aja Nis, atau kalau memang gak ada yang antar pulang kamu bisa tidur disini kok, besuk kita bisa berangkat ke hotel sama-sama" Tawar Devi kembarannya si Dewi.
"Bareng aku aja gampang, nanti biar Ryan pulang sama pak Husen" Mas Eko menawarkan tumpangan.
"Beneran gak papa mas? Takut ngrepotin aku"
"Gak papa, gak usah di telphone atau ditungguin si Shincan, kayaknya dia lagi sibuk sama pacarnya" Jelas mas Eko.
Dan mendengar itu aku jadi merasa sangat jengkel sekali.
"Kalau memang mau jalan sama cewenya kenapa mesti maksa aku buat keluar sih, akhirnya kan jadi ngrepotin banyak orang. Dasar cowok gak bertanggungjawab, kurang ajar" Gerutu dan makiku dalam hati.
Akhirnya malam tahun baruku di akhiri dengan gembira bersama teman-teman sedangkan awal tahun baruku di awali dengan makian gak jelas kepada orang yang tidak bertanggungjawab.
Setelah semua sudah bersih, kami semua berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Dewi dan orangtuanya kemudian pulang kerumah masing-masing.
Sampai di kost aku ke kamar mandi, mengganti bajuku yang sudah berbau bakaran dan asap. Sebelum melanjutkan perjalanan di alam mimpi, aku ambil gawai di tasku. Aku baca pesan yang masuk dari beberapa teman yang mengucapkan selamat tahun baru.
Beberapa pesan dari cowokku yang terlambat aku buka karena terlanjur asyik dirumah Dewi, dan satu pesan dari mas Shincan
[Nisa, sudah sampai rumah? Maaf ya mas tadi tidak bisa antar Nisa pulang]
Aku buka pesan dari mas Shincan, tapi tidak aku balas. Aku letakkan gawaiku di meja, membaca do'a sebelum tidur dan mulai memejamkan mata.
***
Alarm berbunyi menunjukkan pukul 05.00 pagi.
"Perasaan baru saja terpejam ini mata, kenapa tiba-tiba sudah bunyi sih alarmnya!" Pagiku diawali dengan gerutuanku sendiri.
"Matiin apa Nis alarmnya, aku baru bisa tidur nih!" Kata Peni yang merasa terganggu dengan bunyi alarmku.
"Eh, pulang jam berapa kamu, aku sampai gak sadar kamu dateng"
"Jam 3. Makanya matiin tuh alarm, berisik tau!" Pinta peni dengan nada yang menunjukkan kalau dia masih mengantuk.
"Yayaya, aku mandi dulu. Enak sekali kamu shift malam bisa bangkong" Jawabku sambil mematikan alarm dan menuju kamar mandi.
Sesampainya di hotel, aku segera absen. Aku buka daftar absensi karyawan restoran untuk melihat absen mas Firman, ternyata dia masuk siang. Mas Shincan juga hari ini shift siang, jadi aku tidak perlu bertemu dan menunjukkan kejengkelanku kepadanya.
Syukurnya hari ini pekerjaan tidak terlalu banyak, jadi sisa capek tadi malam tidak mempengaruhi pekerjaan hari ini. Semua nya lancar, ditambah tidak adanya mas Shincan juga menambah kelancaran pekerjaan hari ini. Sampai-sampai saking lancarnya hari ini tidak terasa sudah pergantian shift dan waktunya pulang. Aku ke loker house keeping untuk mengambil tas dan bersiap pulang, di waktu yang sama dari arah lift aku lihat mas Shincan datang dengan langkah santainya sambil meletakkan kedua tangannya di saku kanan kirinya dan ada mas Firman mengikuti di belakangnya membawa nampan.
Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan mas Shincan juga mas Firman, jika mas Shincan menatap kearahku dengan mata genit dan nakalnya, mas Firman malah mencuekkan aku dan tidak menyapa sama sekali.
"Ayo pulang Nisa, udah waktunya" Ajak Dewi kepadaku yang masih melihat ke arah mas Firman yang menuju dapur untuk mengambil makanan.
"Dewi, kamu duluan aja sama pak Husen ya, aku mau bareng mas Firman nanti kebawah. Ada yang mau aku omongin dikit" Tolakku halus kepada Dewi.
"Okey deh. Aku mengerti, udah 3hari gak ketemu pasti rindu yaa!" Ejek Dewi kepadaku.
"Apa'an sih, sana pulaang!" Jawabku malu.
Padahal bukan karna itu sih, aku mau memastikan dugaanku salah, karna mas Firman tidak biasanya bersikap cuek bahkan hanya dengan tatapan matanya kepadaku.
"Ngapain masih disini, gak pulang kamu?" Tanya mas Shincan yang selesai melihat catatan shift pagi mengagetkanku.
"Ntar, nunggu orang!" Jawabku singkat.
"Kenapa? Nunggu aku ya? Ah, iya. Maaf ya soal tadi malam, aku ada urusan penting jadi gak bisa nganterin kamu pulang" Jelas mas Shincan sambil merangkul pundakku dari belakang.
Aku yang kaget berusaha melepaskan rangkulan mas Shincan, karena aku takut mas Firman melihat dan salah faham. Dan ternyata ketakutanku terjadi, mas Firman sekarang sudah tepat berada di depanku sambil membawa nampan berisi makanan.
"Hai Fir, udah selesai?" Sapa mas Shincan dengan tangan masih berada di pundakku, dan tangan kananku memegang tangan kanan mas Shincan, seolah aku juga menyetujui tangan itu ada dipundakku.
Padahal bukan seperti itu. (Ah, entahlah, aku gak bisa jelasin seberapa ankward nya saat itu guys)
"Udah, duluan ya!" Jawab mas Firman dan berlalu pergi.
Aku melepaskan diri dari mas Shincan dan mengejar mas Firman, dan anehnya saat itu mas Shincan gak lagi menahan pelukan pundaknya, tapi malah melepasku dengan senyuman.
"Semangat ya!" Itu kata-kata yang aku tangkap sebelum aku pergi meninggalkan mas Shincan yang berdiri di depan loker HK menatapku pergi mengejar mas Firman menuju lift.
Di depan lift, aku menawarkan mas Firman untuk menekan tombolnya, mas Firman menolak dan menekan tombol itu sendiri dengan tangan kanan dan tangan kirinya memegang nampan. (Kita sudah biasa sih pegang nampan berisi makanan berat dengan satu tangan)
Setelah lift terbuka mas Firman segera masuk, dan ini juga yang membuatku aneh karna tumben dia masuk duluan biasanya kalau kita bareng selalu aku yang disuruh masuk terlebih dulu.
"Mas Firman ada masalah? Kenapa mas Firman seperti bad mood banget hari ini!" Tanyaku memulai percakapan ketika lift sudah tertutup.
"Nggak papa!" Jawab mas Firman singkat.
"Nisa ada salah ya sama mas Firman? Kalau Nisa ada salah kasih tau mas, jangan diem gini, Nisa jadi bingung"
Mas Firman tetap diam dan tidak menjawab pertanyaanku bahkan sampai lift terbuka.
"Mas kecewa sama kamu, Nisa!" Kata mas Firman sambil keluar dari lift dan dengan langkah cepat masuk kedalam pantry restoran.
Aku yang terkejut dengan kata-kata mas Firman, hanya diam dan keluar lift tanpa kata.
"Kenapa? Karena apa? Salahku dimana?" Semua itu berputar-putar diatas kepalaku setelah mendengar kata-kata mas Firman.
Tiba-tiba aku teringat kedatangan mas Shincan yang bersamaan dengan mas Firman tadi.
"Sumpah, jangan bilang ini gara-gara mas Shincan...." Kataku lirih sambil menandatangani absensi sebelum pulang.
Bersambung....