"Gimana pak Randu?" tanya Didi menanyakan keputusan akhir dari Randu.
"Kalau pak Randu tetep mau. Saya bisa usaha—"
"Gak pak. Gak usah. Saya gak jadi mau pindah. Gak apa-apa saya tetap di cabang yang sekarang," potong Randu.
"Pak Randu yakin?" tanya Didi memastikan hal itu.
"Iya pak. Saya yakin." Randu mengangguk cepat. Meskipun saat ini hatinya kembali gak tenang.
"Kalau begitu saya permisi pak. Mau langsung ke restoran," pamit Randu undur diri dari sana.
Randu keluar dengan lemas. Ternyata rencananya sia-sia. Seharusnya dia gak meminta hal itu tadi. Dan hal tersebut jadi membuatnya namanya menjadi buruk di mata manager utama.
Kini dia mau gak mau harus bertemu dengan Nanda lagi di restoran. Saat Randu masuk, dia udah bisa melihat Nanda yang tersenyum padanya. Entah apa maksud dari senyumannya itu.
***
