"Terserah. Ibu juga gak mau tahu. Beberapa hari lagi, ibu bakalan datang ke sini lagi buat nyerahin surat yang harus kamu tanda tangani. Dan selama itu, Randu akan tinggal di rumah ibu. Ibu gak mau, kamu mengancam dia lagi. Karena kamu tahu kelemahan Randu!" Dian kemudian berdiri dan meninggalkan Nanda begitu aja.
Tubuh Nanda lemas dan terduduk di sofa. DIa mengurut keningnya yang tiba-tiba pusing. Masalah seolah gak pernah berhenti menghampirinya saat ini. Padahal belum lama dia baru memimpikan hidup yang indah bersama dengan Randu.
"Kenapa? Kenapa gak ada yang mau mendukung hubunganku dengan Randu? Kenapa semuanya menentangnya?" desis Nanda yang bingung. Dia berlari ke dalam kamarnya dan mencari obat di lacinya yang terkunci.
Nanda mengambil sebuah pil penenang, gak dia langsung menuangkan tiga pil di tangannya dan meminumnya sekaligus. Dia harus menenangkan pikirannya untuk bisa berpikir bagaimana dia bisa mempertahankan rumah tangganya dengan Randu.