"Kenapa? Biar Vina cepet sembuh."
"Ibu seneng banget ya sama Vina."
Ibunya mengangguk sambil membuka kulkas.
"Kenapa?"
Ibunya menoleh kemudian tersenyum. "Karena dia tulus sama kamu, karena ibu lihat dia kayaknya sayang banget sama kamu."
Kafka terhenyak, ada sesuatu yang meremat jantungnya. Rasanya menyakitkan.
Ibunya kemudian duduk di depan Kafka. Dia membungkus tangan Kafka dengan kedua tangannya.
"Ibu tahu kok kalo kamu masih suka sama mantan kekasih kamu," ucap ibunya tanpa ada nada menyalahkan. "Ibu juga kalo kamu belum bisa lupa sama dia. Tapi—sekarang yang ada di depan kamu itu Vina, Kafka. Bukan mantan kamu itu. Jadi kamu—jangan sia-siain Vina."
Kafka tahu apa yang dia lakukan adalah salah. Dia sudah membuat Vina menjadi seperti gadis bodoh. Yang berpacaran dengan lelaki yang masih diam diam memikirkan mantan kekasihnya yang sudah menikah.
"Pokoknya besok kamu anterin buat Vina ya makananya."