Sepeninggal dua tamunya yang baru saja keluar Marsha menepuk nepuk keningnya sendiri merutuki keputusannya yang di rasa tidak masuk akal dengan logikanya. Peristiwa getir yang terus menghantuinya memang sudah tiga tahun berlalu tapi masih begitu membekas di hati selain trauma akan pasangan hidup dan pernikahan, Marsha bahkan takut untuk sekedar kondangan ke pernikahan teman atau saudaranya.
Entah kenapa setiap kali dirinya mendapat undangan pernikahan dirinya selalu takut untuk datang.Membayangkan pasangan yang duduk berdua dengan perasaan bahagia di atas pelaminan sangat membuatnya iri atau bahkan merasa muak.Dirinya merasa hidup tak adil karna saat dirinya hampir menikah mendadak dunianya hancur lebur orang yang dicintainya dan juga mencintainya harus melepaskannya karena ketidak sengajaan yang berujung petaka.