Aku memasuki area kantor yang sudah dua tahun ini menjadi tempatku mencari nafkah. Akh tersenyum memandang tulisan besar di atas meja resepsionis.
M&B Corp. Perusahaan ini memiliki beberapa cabang di berbagai bidang dan juga Hotel. Entah seberapa kaya Mr. Brylee.
Aku bekerja disini dua tahun yang lalu sebagai admin pembantu di bagian Marketing. Lalu setelah enam bulan aku diangkat menjadi karyawan magang. Aku sangat beruntung dapat bekerja disini. Di perusahaan ini untuk dapat menjadi Karyawan harus melalui beberapa tahap, kecuali mereka yang sudah berpengalaman. Dan tentunya dengan pendidikan yang tinggi juga.
Hari ini aku akan dinilai berdasarkan kinerjaku selama dua tahun ini. Dan kalau hasilnya bagus aku akan diangkat menjadi karyawan kontrak. Tentunya gaji ku anak naik sekitar 50%. Semoga saja hari ini aku berhasil.
"Selamat pagi Callista. Sudah siap untuk hari ini?" tanya Kathrine, salah satu seniorku. Dia salah satu karyawan tetap di perusahaan ku ini.
Aku tersenyum mengangguk. "Tentu saja Katty, aku akan lebih bersemangat lagi kalau kau janji satu hal kepadaku," aku menaik turunkan alisku menggodanya.
"Hmm... Dan apa itu Callis?"
"Kau harus berjanji padaku untuk memberiku nilai bagus nanti." Katty tertawa mendengar ucapanku.
"Ayo kita naik." ucapnya masih sambil tertawa dan menarikku menuju lift. Kami bekerja di lantai 8 gedung ini.
"Ayolah Kat.. Kau tau bukan kalau cicilan kuliahku bahkan belum lunas sampai sekarang." ucapku memelas.
"Tenang saja Callis. Tanpa kau minta sekalipun aku sudah berencana untuk memberikan nilai terbaikku untukmu." Aku sontak memeluk Katty dengan senang. Dia adalah teman terbaikku disini. Sejak hari pertama aku bekerja disini.
"Cukup Callis. Aku tidak bisa bernafas." Aku melepaskan pelukanku lalu kami tertawa bersama.
Aku dan Katty langsung terdiam begitu keluar dari lift. Bagaimana tidak, didepan kami Mr. Prescott--Manager kami berdiri sambil menatap kami dengan tajam. Disebelahnya berdiri seoeang Pria yang tidak aku kenal. Pakaian formal dan rambut yang disisir rapi membuat nya terlihat sangat tampan. Tatapan tajam membuatnya terlihat--sexy. Oh astaga, apa yang aku lakukan. Aku cepat-cepat menundukkan mataku.
"Selamat Pagi Mr," ucap aku dan Katty secara bersamaan lalu berniat untuk pergi kemeja kerja kami.
"Callista"
"Ya... Mr. Prescott" Aku berbalik memandang Mr. Prescott.
"Bukankah hari ini adalah penilaian kinerjamu?"
"Eh... I iya Mr. Prescott." Pria disamping Mr. Prescott masih memandangku dengan tajam. Apa ada yang salah dengan pakaianku? atau wajahku?
"Masuk keruanganku 30 menit lagi Callista." Ucap Mr. Prescott lalu mengajak Pria disebelahnya untuk masuk ke dalam kantornya.
Aku menghembuskan nafas. Apakah Mr. Prescott akan menilaku didalam ruangannya? Ini tidak seperti biasanya. Karena penilaian akan dilakukan di depan semua karyawan divisi.
Sudah tiga puluh menit semenjak Mr. Prescott memanggilku. Aku hanya meremas tanganku sejak tadi. Rasanya perut ku melilit. Apakah aku mabuk panggung. Dan sebagai informasi, Pria tadi belum keluar dari ruangan Mr. Prescott. Haruskah aku masuk kedalam sana? Bagaimana kalau mereka membicarakan bisnis penting? Apakah Mr. Prescott akan menilaiku didepan Pria tadi? Semua hal itu membuat perutku semakin melilit. Bahkan aku mulai berkeringat dingin. Astaga aku sangat gugup saat ini.
Aku terlonjak saat Telephone di meja Shania berbunyi. Sejenak Shania memandangku dengan alis berkerut. Lalu dia menutup telephone nya dan menatapku.
"Mr. Prescott menyuruhmu keruangannya Callis. Sekarang." ucapannya membuat ku ingin lari saja.
Aku berjalan menuju ruangan Mr. Prescott dengan gugup. Bagaimana kalau aku membuat kesalahan nanti didalam? Lebih baik aku dinilai di hadapan teman-temanku dari pada didalam sana.
Aku masuk setelah mengetuk pintu dan di suara Mr. Prescott menyuruhku untuk masuk.
"Silahkan duduk Callis."
Aku duduk di sofa kecil di ruangan ini. Mr. Prescott duduk di kursinya. Sedangkan Pria tadi duduk di sofa panjang.
"Callis, perkenalkan ini adalah Mr. Braylee, pemilik perusahaan ini. Dan beliau yang akan langsung menilai kinerjamu selama ini."
Aku membelalak tidak percaya. Bagaimana bisa Mr. Braylee semuda ini? Bukankah beliau seharusnya berusia sekitar lima puluhan? Sedangkan pria yang ada di depanku ini, kukira umurnya masih sekitar tiga puluhan.
"Tutup mulutmu Callis. Nanti kalau ada lalat masuk bagaimana?" Ucap Mr. Prescott dengan tertawa. Sedangkan pria yang kata Mr. Prescott sebagai Mr. Braylee hanya tersenyum memandangku. Aku segera menundukkan wajahku. Ah... pasti mukaku sangat merah sekarang.
"Namamu Callista?" aku mengangguk menjawab pertanyaan Mr. Braylee. "Cantik." gumamnya. Aku mengangkat wajahku dan langsung menunduk lagi melihatnya memandangku dengan tajam.
"Kau tidak akan kecewa Max. Callis adalah orang yang cakap. Dia selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu. Dia tidak pernah mengecewakanku selama ini. Aku jamin kamu pasti akan menyukainya." Ucap Mr. Prescott membuatku bingung.
"Ya... Aku menyukainya." Ucap Mr. Braylee dengan suara rendah. Aku merasa dikuliti oleh tatapannya. Aku bahkan tidak berani memandangnya sama sekali.
Mr. Prescott berjalan kearah kami. Beliau duduk disamping Mr. Braylee.
"Callis, kau senang bekerja disini?"
Aku mengangkat wajahku menatap Mr. Prescott dengan bingung.
"Tentu saja aku senang Mr. Prescott. Teman-temanku dan Anda pun sangat baik kepadaku. Kalian selalu memberiku kesempatan untuk belajar. Bahkan kalau ada sesuatu yang tidak aku tau, kalian akan dengan sabar mengajariku."
Mr. Prescott tersenyum menatapku. "Kau tau Callis, apa yang aku sukai darimu?"
Aku menatapnya dengan pandangan bertanya. Lagi - lagi Beliau tersenyum. Mr. Prescott adalah orang yang baik. Walaupun terkadang beliau sangat cerewe, tapi beliau sangat sayang terhadap bawahannya. Aku bagaikan mempunyai ayah ketika didekatnya.
"Aku menyukai semangatmu Callis. Tidak pernah sekalipun kau merasa rendah diri. Kau adalah orang yang selalu positif terhadap apapun."
"Terimakasih Sir." Ucapku memandangnya dengan mata yang memanas. Mr. Prescott tidak pernah memujiku selama ini. Tapi beliau selalu bisa membuatku semangat untuk bekerja disini.
"Callis. Kamu akan di angkat menjadi karyawan kontrak. Tapi... "
"Tapi?"
"Tapi tidak lagi disini Callis."
"Maksud... maksud Anda A aku akan dipindah ke cabang?" Tanyaku dengan bingung.
"Tidak Callis.
"Lalu?" tanyaku dengan cemas.
"Kau akan pindah ke Lantai 25 mulai besok." Ucapnya sambil tersenyum. Apa maksudnya dengan aku akan berkerja di lantai 25? Bukankah itu ruangan Mr. Braylee. Bahkan liftnya pun ada lift khusus. Dan hanya orang orang tertentu yang dapat menaikinya.
"Mulai besok kau akan menjadi sekertaris Max. Dia membutuhkan Sekertaris tambahan."
Aku ingin berbicara, tapi aku tidak menemukan suaraku.
"Ini adalah kontrak kerja yang harus kau tanda tangani. Dan disana tertera juga hak dan kewajiban yang akan kau terima." Aku masih memandang Mr. Prescott dengan tidak percaya.
"Tapi... tapi saya tidak memiliki pengalaman sebagai Seketaris Sir." Ucapku dengan pelan.
"Kau tenang saja Callista. Daxon akan mengajarimu nanti. Dan sebenarnya tugasmu cukup mudah." Kali ini aku mengalihkan pandanganku ke arah Mr. Braylee. Sejak tadi beliau hanya diam saja.
"Aku menunggumu besok di kantorku Callista. Paman aku pergi dulu." Mr. Braylee berdiri setelah mengucapkan itu. Dan keluar dari ruangan ini. Tapi sebelum keluar beliau berdiri disampingku lalu menepuk pundakku. Astaga. Sentuhannya membuatku terlonjak. Beliau hanya terkekeh dan pergi.