Tanpa sadar Rafka memegang tangan Karen. Dan entah mengapa dia merasa tangan itu begitu hangat. Tangan yang selama ini dia butuhkan. Bukan tangan yang selama ini selalu menamparnya jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Karen terkejut, sontak dia mundur ke belakang melepaskan genggaman tangan Rafka.
"Maafkan aku," kata Rafka. "Sepertinya aku sudah gila," sambungnya. Ia tersenyum getir. Kemudian memakan nasi goreng yang sudah disiapkan oleh Karen.
"Tak apa apa, mungkin kamu sedang lelah," sahut Karen. "Aku akan meninggalkanmu di sini dan melihat Rafael. Aku takut dia terbangun karna suara teriakan tadi."
Rafka mengangguk. "Terima kasih," katanya pelan.
Suara sendok dan garpu beradu, Karen dapat melihat punggung Rafka yang tampak menyedihkan.
Ia tadi sejujurnya terlena dengan genggaman Rafka, hingga membiarkan tangan lelaki itu mengenggamnya untuk beberapa detik.
Jika Aliya tahu, pasti akan menimbulkan keributan di rumah itu.
**
