"Zayn kau mau ke mana?!" Luna setengah berteriak ketika mendapati Zayn tengah terburu-buru keluar dari restoran. Padahal mereka belum sempat memakan makanan mereka.
"Dia mau ke mana, sih?" gumam Luna. Ia tak mungkin pulang. Jadi dia memutuskan untuk menunggu Zayn kembali, meski entah kapan lelaki itu akan datang lagi ke sana.
Sementara itu Zayn yang didesak dengan perasaan yang tidak enak, segera berlari menuju asramanya.
Ia sudah berpikir aneh aneh jika mengingat Dafis waktu itu. Dafis berbeda dengan Michele, cara melihat Brian saja jelas terlihat berbeda.
"Awas saja kau kalau sampai macam macam," dengus Zayn.
Keringat di punggungnya mengalir dingin dan juga di pelipisnya, membuat rambut hitamnya berantakan setengah basah.
Ketika sampai di tempat keamanan. Zayn mengangguk dan tersenyum kilat untuk menyapa sekuriti yang berjaga di sana.
Karena lantai kamar mereka berdua ada di lantai tiga, Zayn dengan susah payah mengatur napasnya yang sudah hampir habis.