#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_29
#NomorAbsen_144
Jumlah kata : 475 kata
Judul : Kisah Mata
Isi :
Namaku adalah mata. Aku terlahir untuk memberi penglihatan pada pemilikku. Hidupnya tidak berada dalam kegelapan dan bisa mengagumi serta menikmati semua keindahan juga keanekaragaman ciptaan Yang Kuasa di dunia. Akan tetapi, aku tidak mengerti mengapa kini aku juga melihat hal-hal yang tidak tampak di mata orang lain. Mereka adalah sosok-sosok yang disebut orang adalah arwah alias makhluk tidak kasat mata.
Padahal aku dulu tidak bisa melihat mereka. Akan tetapi, setelah kecelakaan hebat yang pemilikku, semua berubah. Saat itu, begitu lama yang kulihat hanyalah kegelapan. Akan tetapi, setelah kembali dapat melihat cahaya, bukan keindahan yang kulihat, melainkan makhluk-makhluk tidak kasat mata tersebut terlihat dengan jelas.
Bukan ini yang kuharapkan! Inginku berteriak marah pada dia sang pemilik. Kecerobohan dia yang justru membuat aku menanggung akibatnya.
Makhluk-makhluk berwajah pucat dengan tatapan mata kosong terus saja muncul di hadapanku. Andai saja aku memiliki mulut untuk berbicara, ingin kuminta pada sang pemilik, untuk membiarkan aku kembali dalam kegelapan. Setidaknya, saat berada dalam gelap, aku tidak perlu melihat mereka yang seharusnya tidak terlihat. Aku dapat hidup dalam kenangan cahaya dan keindahan. Tidak seperti yang terjadi sekarang.
***
Sosok-sosok itu makin berani. Mereka berjalan semakin dekat. Seorang perempuan dengan wajah rusak dengan belatung yang menggeliat dan tatapan mata penuh kesedihan, bahkan berada tepat di hadapanku.
Wajah mengerikan yang memancing iba itu menurut temanku, si telinga, sedang meminta bantuan pada pemilikku. Aku terpaku, tidak bisa mengalihkan tatapan ke arah lain, meski raut wajah di depanku berubah semakin mengerikan.
Kuku-kuku hitam panjang dan runcing kulihat di jari-jari tangannya. Meski demikian, pemilikku tetap saja diam di tempat.
"Dia sedang berteriak marah. Pasti karena pemilik kita menolak permintaannya," ujar si telinga lagi saat aku melihat sosok tersebut tampak melotot. Tangannya terangkat seolah hendak menyerang pemilikku. Aku waspada dan segera kuberitahukan pada temanku yang lain, yaitu kaki untuk lari menghindar.
Meski begitu, sosok arwah tersebut tiba-tiba muncul di hadapanku. Seperti halnya dia sang pemilik, aku juga benar-benar merasa ketakutan. Untunglah, saat itu seseorang datang dan sosok menyeramkan tersebut menghilang.
***
Air terus mengalir keluar dariku. Aku tahu yang kuinginkan dan pemilikku juga sependapat. Kami ingin kembali dalam kegelapan tanpa perlu melihat semua kengerian. Akan tetapi, sosok di hadapanku itu menggeleng. Wajahnya menyiratkan amarah, kesedihan, serta kekecewaan yang teramat sangat.
Padahal wajah itu dulu selalu penuh tawa. Mata berwarna coklat indah dan lengkung bibir yang begitu memikat. Wajah penuh karisma dan pesona keindahan yang tidak pernah bosan memanjakanku. Wajah yang begitu ingin kulihat saat aku kembali dari kegelapan. Akan tetapi, dengan semua hal menyeramkan yang berada di depanku, kurasa aku tidak sanggup lagi melihat keindahan dia. Lebih baik aku berada dalam kegelapan, tetapi masih bisa menikmati keindahan parasnya dalam kenangan.
Kulihat jemari tangannya menggenggam erat pemilik diriku. Sepasang netra yang balas menatapku lekat entah mengapa membuatku kembali tenang. Mata teduh itu seolah memberi keyakinan bahwa aku bisa menghadapi segala ketakutan, karena saat melihat dia, dia akan ada di sana bersamaku.
Tamat