Kamar itu hancur berantakan seolah baru saja diterjang badai. Pecahan cermin bertaburan memenuhi seluruh lantai kamar. Botol parfum berbagai merek, serta berbagai jenis botol untuk perawatan wajah milik Siena berserakan. Sebagian besar botol-botol itu pecah sehingga isi serta pecahannya berceceran di lantai kamar. Sebagian lagi memerciki dinding kamar.
Dika duduk di lantai, bersandar ke tempat tidur. Pria itu menumpukan sikunya pada lutut dengan kedua tangan mencengkeram rambutnya. Punggung tangan kanannya berdarah dan terdapat beberapa serpihan kaca di kulitnya. Pria itu menangis tanpa suara.
Dia merasa marah. Pria itu marah kepada dirinya sendiri, kepada Siena, kepada Ares, kepada keluarga sahabatnya itu, kepada pemuda bernama Rhysand, kepada dunia, kepada semua orang.