"Aku tidak tahu. Maafkan aku," bisik Dika.
Siena menggeleng di dalam dekapan Dika. "Tidak apa-apa," balas perempuan itu, berbisik.
Siena kini berbaring di ranjang Dika. Pria itu mendekap erat tubuhnya. Siena membenamkan wajahnya ke dada Dika. Bagian depan piyama yang dipakai pria itu basah oleh air mata sang istri, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya terus memeluk tubuh Siena yang bergetar sampai kembali tenang.
Beberapa saat lalu, Siena akhirnya mau berterus terang mengenai kejadian penculikan itu kepada Dika. Siena menceritakan hampir segalanya kepada sang suami. Dan apa yang telah dituturkan Siena membuat Dika terperangah. Dia sama sekali tak menyangka Siena bisa berpikiran seperti itu. Tak ada lagi Siena yang dikenalnya dulu. Siena adik kecilnya yang manja, polos, dan cengeng. Dia seperti melihat sosok lain.