Siena berada di taman tempat penembakan itu terjadi. Dia berdiri di dekat kursi tempat dirinya dan Dika duduk pada hari itu. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana selain dirinya sendiri. Tidak ada suara apa pun. Tempat itu begitu heningnya sehingga ketika Siena mencoba menajamkan pendengarannya, dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Siena juga bisa mendengar suara kain dari pakaian yang dikenakannya, juga suara napasnya. Indranya jadi jauh lebih peka. Ketika dia menyentuh rambutnya, dia bisa merasakan perbedaan tekstur dari tiap helainya. Andai dia mau berusaha lebih, mungkin ia akan mampu mendengar aliran darahnya sendiri. Siena memandang ke sekeliling, tetapi ia benar-benar sendiri. Bahkan angin pun seolah enggan untuk sekadar mendekat ke arahnya.