"Apa yang kau takutkan?" tanya Juna. Sekarang, mereka berdua sudah kembali duduk bersebelahan.
"Segalanya," ujar Siena. "Aku … aku sangat takut orang-orang akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku tidak ingin pergi ke suatu tempat dan pandangan iba orang-orang senantiasa mengikutiku. Mereka pasti akan saling berbisik ketika aku lewat. Banyak yang merasa iba, tetapi pasti akan lebih banyak orang yang merasa jijik padaku. Aku sudah rusak. Aku tidak bisa lagi diselamatkan."
"Kau bukan barang. Nilaimu akan tetap sama. Kau sangat berharga. Kau tetap Siena adikku. Kau perempuan terkuat yang pernah aku temui dan aku merasa sangat beruntung karena kau adikku. Kau sudah berulang kali menghadapi masa sulit dan selalu berhasil melaluinya dengan baik. Kali ini, aku yakin kau juga akan mampu melaluinya."
Siena menggeleng. "Di matamu mungkin aku masih sama, tetapi tidak di mata orang lain," tukasnya. Juga di mataku sendiri, Siena menambahkan dalam hati.