Siena tak sanggup bergerak. Lidahnya terasa kelu. Kemudian, air matanya menetes. Hatinya kebas. Mengapa semua ini harus terjadi? batinnya. Tangannya gemetaran. Kemudian, dengan senyum masih tersungging di wajahnya, Dika jatuh tak sadarkan diri ke pelukannya.
Keheningan itu terasa mengerikan. Butuh waktu beberapa saat sebelum wanita itu menyadari segala yang terjadi. Ketika dia mengangkat tangannya, Siena menemukan bahwa punggung Dika juga berdarah. Kemudian dia kembali menjerit histeris.
Darah terasa panas dan kental mengalir dari luka tembak di perut dan punggung Dika. Dalam sekejap, pakaian Siena sudah bersimbah darah. Siena berusaha menahan berat tubuh sang suami yang kini terkulai, bersandar pada tubuhnya. Kemudian, Siena mengalungkan satu lengan Dika ke pundaknya. Dia berusaha memapah Dika dan membawa sang suami pergi.