"Aku mau tinggal sama Papa! Aku nggak mau sama Uncle Ares!" Yesa menjerit dan meronta di dalam gendonganku ketika aku memindahkannya dari mobil Bang Dika. Begitu juga Yara yang menangis di gendongan Bang Ares. Entah apa yang Bang Dika lakukan sehingga Yara dan Yesa kini melawanku.
"Sayang, nggak boleh bicara seperti itu sama Uncle Ares. Itu nggak sopan, Sayang," kataku. Namun, baik Yara dan Yesa terus saja berteriak dan menangis. Aku menarik napas panjang, mengumpulkan kesabaranku yang perlahan mulai menguap. Namun, sepertinya anak-anak tidak mau mengerti.
"Diam dan patuhi Mama!" sentakku. Keduanya langsung terdiam. Begitu juga Bang Ares serta Bang Dika.
"Kau tidak perlu membentak-bentak Yara dan Yesa seperti itu, Siena. Mereka hanya anak-anak. Mereka hanya belum mengerti," Bang Dika menegur.
"Kau tidak usah ikut campur! Mereka anak-anakku!"
"Mereka juga anakku," tukas Bang Dika.