"Berisik!" Teriak Aletta di balkon kamarnya yang ia tujukan ke kamar di depannya.
"Udah tengah malem, masih gitaran lo." teriaknya kesekian kali.
Aletta membuang napasnya kasar saat ia masih mendengar suara gitar listrik yang disetel dengan volume tinggi itu.
Merasa diacuhkan, Aletta segera mengambil batu kerikil yang ada di pot bunga dekat kamarnya lalu melemparnya ke seberang.
TUK!
Lemparan bagus! Batu itu tepat mengenai pintu kaca kamar dan membuat si penyetel gitar listrik keluar dari kamarnya.
"Idih! Dibilangin jangan main batu, masih aja gatel." kata lelaki itu setelah keluar dari kamarnya.
"Eh, sekarang itu udah jam 1 Vanoooo, dan lo masih nyetel gitar listrik lo itu? Peka-an dikit kenapa sih? Gue besok ada ulangan." kata Aletta geram.
"Salah sendiri ada ulangan. Lagian ini gitar gue, terserah gue dong mau diapain."
"Ish! Anjir lo yaa. Dan lo juga perlu tau, ini telinga gue, dan gue berhak menjaga keselamatan telinga gue!" balas Aletta tak mau kalah.
"Wek! Terserah dedek ajaa deh ya. Yang penting abang mau nyetel gitar." kata Vano menjijikkan.
Kesal dengan Vano dan semua sifat kepala batunya, Aletta langsung berteriak sekencang-kencangnya ke arah rumah Vano.
"Tante! Vano-nya berisik, tan! Malem-malem masih main gitar!"
Disaat yang bersamaan, Vano meletakkan jari telunjuknya di bibirnya dengan maksud menyuruh Aletta berhenti berteriak.
Tapi, Vano terlambat. Aletta baru saja membangunkan singa betina dari dalam kandangnya.
"Vano! Tidur! Matiin gitarnya atau besok kamu kehilangan gitar kamu!" teriak Tante Mia dari kamarnya yang berad di lantai bawah.
"Iya iya, ma. Aku matiin gitarnyaa." Teriak Vano lalu melihat ke arah Aletta. Aletta langsung memeletkan lidahnya ke arah Vano.
"Yuhuu, dedek tidur dulu yaa babang. Gitarnya di simpen dulu, ntar hilang dimakan singa loh." kata Aletta sembari tertawa penuh kemenangan melihat Vano.
Sebelum menutup pintu balkon kamarnya, tak lupa dia memberi kiss-bye untuk tetangganya itu.
"Gue jual juga lo, Ale-ale rasa kedondong." Kata Vano kesal lalu masuk ke dalam kamarnya.
Bertengkar dengan Aletta hanya akan membuang-buang waktu. Karena, pada akhirnya gadis itu yang menang. Apapun yang terjadi.
"Gadis licik." kata Vano sebelum ia benar-benar masuk ke alam mimpinya.
■"To Be Continue"■