Chereads / ALETTA / Chapter 3 - ALETTA (2): BALAS DENDAM

Chapter 3 - ALETTA (2): BALAS DENDAM

"Pagi, ma." sapa Aletta saat sampai di meja makan sembari menenteng sepatu sekolahnya.

"Pagi, nak." balas Tante Sinta sembari meletakkan roti dan segelas susu di meja makan.

"Loh ma, papa mana? Gak ke kantor?" tanya Aletta setelah selesai mengenakan sepatunya.

"Papa udah berangkat dari tadi. Katanya ada klien dari Singapura." Kata Tante Sinta sembari mengurus dapur.

"Ooo." Aletta ber-o ria lalu mengunyah rotinya. Baru satu gigitan, Aletta langsung teringat, bahwa ia ujian pagi ini dan tak boleh terlambat.

"Oh my god, maaaa. Terus aku berangkat sekolahnya gimana?" tanya Aletta histeris. Lalu iapun langsung meneguk habis susu coklat dan menyandang tasnya.

"Loh, kan bisa berangkat naik bis." jawab Tante Sinta santai lalu mendekat ke arah anaknya.

"Masalahnya aku ujian pagi ini, ma. Masa iya buru-buru?" kata Aletta menjelaskan.

"Kamu juga sih yang salah, gak kasih tau dulu ke papa."

"Terus gimana nih ma? Atau ujiannya susulan aja?"

"Gak! Enak aja susulan. Gak boleh! Kamu harus ke sekolah, neng. Kan baru jam 6.45. Masih setengah jam lagi. Naik ojek atau apa kek, Al."

Aletta lalu terdiam sebentar.

Apa? Ojek? Yaa, benar kata mamanya, dia harus naik ojek.

"Ya udah, ma. Aku nungguin ojek di depan rumah dulu." Kata Aletta sembari menyalim Tante Sinta lalu keluar dari rumahnya.

"Loh, mana ada ojek di depan rumah, Al. Yang ada di dekat gerbang kompleks, neng." kata Tante Sinta di depan pintu rumahnya.

"Ada ma. Aku naik ojek Vano." teriak Aletta yang sudah di luar pagar.

Tante Sinta hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Semoga Vano bersedia.

***

"Oo i need you baby, and if its quiet alright, i need you.. Anjirr! Setan!" nyanyian Vano terhenti karena ia kaget saat melihat Aletta menunduk di depan pagar rumahnya dengan rambut yang menutupi wajahnya.

"Gue yang butuh lo, Van." kata Aletta setelah memperbaiki tatanan rambutnya.

"Ish, Mau nebeng kan lo?" kata Vano setelah selesai mengeluarkan motornya dari garasi lalu menaikinya.

"Iya, Van. Mau ya? Please. Gak kasihan apa, lo lihat gue lontang lantung kaya gini?" tanya Aletta dengan wajah sedihnya.

Vano yang melihatnya hanya mengerluarkan seringaiannya. Ini waktu yang tepat untuk balas dendam soal semalam.

"Vano, jangan sampai lo berpikiran buat ninggalin gue ya? Gue udah nungguin lo dari tadi." kata Aletta membaca pikiran jahil Vano. Ya, Aletta sadar betul kalau laki-laki itu akan membalaskan dendamnya sekarang.

"Dan lo Ale-ale, jangan sampai lo berpikiran buat naik motor gue ke sekolah." balas Vano lalu memakai helmnya. Setelah itu ia menghidupkan mesin motornya.

"Vano, gue mohon jangan tinggalin gue. Gue tau kok, lo pasti marah soal semalem, iyakan?" tanya Aletta.

"Pinter." balas Vano mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Dan gue tau, lo pasti mau balas dendam, kan?" tanya Aletta lagi.

"Tuh tau."

"Tapi jangan sekarang, ya? Nanti kek di sekolah, okay?"

"Gue maunya sekarang. Bye Ale-ale." kata Vano lalu menjalankan motornya meninggalkan Aletta.

Aletta terdiam beberapa saat sembari mengerjapkan matanya beberapa kali.

Ini.. Apaan nih? Beneran ditinggal?

"Vano monyeeeet! Anjir lo! Awas lo yaa!" teriak Aletta setelah lelah berlarian mengejar motor Vano. Vano hanya melambaikan tangan kirinya.

***

Setelah menaiki ojek dari rumahnya, akhirnya Aletta sampai di sekolah dengan napas terengah-engah. Bagaimana tidak? Untuk sampai ke pangkalan ojek, Aletta harus berlari sejauh 400 m.

"Hah, an..hh..jiirrr." kata Aletta terengah-engah setelah ia duduk di kursinya.

"Lo habis ngapain, Ta? Lomba lari?" tanya Mila heran.

"Hh, menurut lo? Mungkin ga, pagi-pagi gini gue lomba lari?" kata Aletta balik bertanya setelah mengatur napasnya.

Mila menggelengkan kepalanya dengan polos. Aletta yang melihatnya langsung berekspresi seolah-olah ingin memakan Mila.

"Kenapa sih?" tanya Mila penasaran.

"Vano anjir, tega-teganya dia ninggalin gue. Padahal gue cuman mau numpang. Jahad banget kan?"

"Ya lo harus introspeksi diri dulu lah, Ta? Pasti lo nyari-nyari masalah sama dia."

"Bukan gue yang nyari-nyari masalah, tapi dia, Mil. Masa iya, udah jam 1 malem dia masih nyetel gitar listriknya dia? Kalau gitar yang biasa sih, gak apa. Berisik tau!" kata Aletta mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Dianya juga salah sih sebenernya. Tapi, argh! Gue gak bisa kasih penilaian siapa yang salah kalau yang ribut itu lo sama Kak Vano. Dua-duanya salah. Sama aja. Capek gue." kata Mila pusing dan geram sendiri.

"Baikan sekali-kali kenapa? Budek telinga gue, setiap pagi lo ngedumel mulu tentang Kak Vano." kata Mila lagi.

"Kapan? Pas avatar ada rambutnya? Impossible!"

■"To Be Continue"■