Chereads / Cerita hantu Jepang / Chapter 8 - Sadako-san

Chapter 8 - Sadako-san

sadako itu seorang wanita muda yang di perkosa dan dibunuh juga mayatnya di buang ke dalam sumur tua. ada juga yang mengatakan, Sadako mati dengan cara bunuh diri. Ciri2 hantu sadako sama seperti setan kuntilanak, rambut panjang, memakai baju putih, dan berwajah pucat. Sadako sering menmpakkan diri pada jam-jam tertentu saat tengah malam. konon Sadako sering keluar dengan cara ngesot dari sumur tua itu dan menghilanmg. banyak cerita yang menyebar tentang hantu ini.

Sebenarnya itu hanya karangan cerita orang-orang dan mungkin hanya skenario film saja.

Sadako Sasaki(7 Januari 1943 - 25 Oktober 1955) adalah seorang gadis Jepang yang tinggal di dekat jembatan Misasa di Hiroshima, Jepang. Saat itu Jepang tengah dijatuhi bom atom yang jatuh di Hiroshima oleh Amerika Serikat. Sadako baru menerima dua tahun pada 6 Agustus 1945 kompilasi menjadi korban dari bom atom tersebut.

Sadako adalah seorang anak yang cerdas, ceria, sangat energik, mungkin istilah yang tepat adalah "pecicilan", untuk orang tuanya yang selalu mengingatkan agar ia duduk manis saat mencoba. Sadako sangat suka berlari-larian. Ia sangat menikmati menjadi bagian dari "tim lari estafet" di sekolahnya. Sampai dia tak mau mencoba dia mulai merasakan pusing saat berlari. Suatu saat, ia terjatuh di depan para guru, hingga dipanggillah orang tuanya datang ke sekolah. Tanggal 21 Februari 1955, Sadako mulai masuk rumah sakit. Sadako tidak terdiagnosis leukemia sebagai dampak bom atom. Ibunya menyebut sebagai "penyakit bom atom" (penyakit bom atom).

Pada bulan November 1954, tumbuh cacar di leher dan bagian belakang telinganya. Pada bulan Januari 1955, mulai timbul titik ungu pada akhirnya. Pada tanggal 21 Februari 1955, Sadako harus memahami di rumah sakit karena dokter mendiagnosis Sadako mengidap Leukemia dan divonis hanya dapat hidup paling lama satu tahun.

Pada tanggal 3 Agustus 1955, seorang sahabat karib Sadako yang bernama Chizuko Hamamoto datang menjenguk Sadako di rumah sakit dengan membawa kertas emas untuk membuat bangau kertas, karena berdasarkan kisah klasik Jepang, jika membuat uang bangau kertas, maka permintaannya akan dikabulkan. Cerita yang dikembangkan tentang Sadako hanya mampu menyelesaikan 644 bangau kertas sebelum kematiannya, dan sahabatnya diselesaikan hingga 1.000 dan menguburkan semua bersama jasad Sadako. Cerita lain dari Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima diumumkan pada akhir Agustus 1955, Sadako teleah menyelesaikan 1.000 bangau kertas dan diselesaikan untuk membuat lebih banyak lagi.

Versi cerita yang populer di Jepang tidak berhasil membuat 1000 crane dari tujuan awalnya, dia hanya memiliki 644 lipatan sebelum dia mati. Temannya yang berhasil menyelesaikan 1000 crane dikuburkan bersama dengan Sadako.

Sementara versi lain menyatakan akhir Agustus 1955 Sadako telah mencapai tujuan itu dan terus melipat crane sampai dia mati. Cerita ini berasal dari buku Sadako dan Ribuan Kertas Cranes, sebuah pameran yang muncul di Hiroshima Peace Memorial Museum.

Meskipun dia memiliki banyak waktu luang selama dia di rumah sakit untuk membuat crane, ia tidak punya cukup kertas untuk membuat 1000 crane tersebut. Dia menerima kertas dengan cara pergi ke kamar pasien lain untuk meminta digunakan kertas hadiah yang sudah tidak digunakan lagi dan meminta, Chizuko yang selalu membawa kertas setiap hari dari sekolah untuk Sadako.

Sejak saat itu Sadako mulai membuat kertas derek untuk meminta kesembuhan bagi dirinya. Untaian bangau kertas digantung di atas tempat tidurnya dengan seutas benang. Meskipun Sadako punya banyak waktu di rumah sakit untuk melipat bangau, ia kehabisan kertas. Dia pun menggunakan pembungkus obat dan apa saja yang bisa ia pungut. Ia mengunjungi kamar pasien lain untuk meminta kertas bekas bungkus bingkisan pengunjung yang datang mengunjungi pasien. Chizuko juga membawakan kertas untuknya. Sadako berkeinginan melipat 1000 bangau, tetapi sayang, ia hanya sanggup melipat 644 sebelum ajal menjemputnya.

Kondisi Sadako membuat orang tua dan saudara-saudaranya senang melihat sekarat. Ibunya membuatkan kimono bercorak bunga sakura yang bisa dipakainya sebelum ia meninggal. Saat itu Sadako menerima kondisikan diperbaiki sehingga dibolehkan pulang selama beberapa hari. Akoako dengan berteman laki berteman bernama Ken menderita  stadiumSejak radiasi dalam jumlah besar. Sadako mencoba memberi Kenji harapan dengan kisah bangau emas, tetapi Kenji sadar akan kenyataan yang sudah dekat. Ibunya sudah lebih dulu berlalu, dan ia sudah belajar cara membaca diagram darahnya (grafik darah) dan sudah tahu bagaimana ia sudah dalam kondisi sekarat. Saat di rumah sakit, Kenji menyaksikan dengan senang hati Kenji, dan dia sangat terpukul. Sadako tahu bahwa mendesak pun akan segera tiba.

Sepeninggal Sadako, teman-teman menerbitkan koleksi koleksi surat-surat untuk menggalang dana yang akan digunakan untuk membangun monumen meminta Sadako dan semua anak yang menghasilkan efek bom atom. Pada tahun 1958 sebuah patung Sadako memegang bangau emas berdiri di Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima, bangsa Jepang yang diberi nama Genbaku Dome

kaki patung terdapat prasasti bertuliskan:

"Ini tangisan kita. Ini adalah doa kami. Damai di Bumi. "(" Inilah jeritan kami. Inilah Doa kami. Damai lah di bumi ").

Di Seattle Peace Park juga termasuk patung Sadako. Sadako menjadi simbol perang nuklir, meyakinkan berbahayanya perang nuklir. Sadako juga menjadi pahlawan untuk gadis-gadis di Jepang. Kisah gembira diceritakan di sekolah-sekolah Jepang saat memperingati pemboman Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, penduduk Jepang diundang 6 Agustus sebagai Hari Perdamaian Nasional.

Kisah Sadako menjadi terkenal juga di antara siswa sekolah di Jepang karena ditulis menjadi sebuah novel. Hari Bom ditulis sebagai penulis berkebangsaan Austria Karl Bruckner. Sadako dan Seribu Kertas Derek pertama kali diterbitkan pada tahun 1977 yang diterbitkan oleh Eleanor Coerr. Robert Jungk juga menulis Children of the Ash, diikutkan pula kisah sukses Sadako. Setiap tahun, ribuan kertas derek dikirim oleh anak-anak dan orang dewasa dari seluruh penjuru dunia ke Hiroshima Peace Memorial Park. Burung bangau merupakan simbol harapan untuk masa depan yang lebih baik artinya perdamaian tanpa penderitaan.

Kisah Sadako dapat menjadi pengingat bagi kita apa yang terjadi akibat perang sebelum jika suatu negara memilih untuk menggunakan perang nuklir.

Burung bangau di Jepang merupakan salah satu mahluk mistis atau suci (selain naga dan kura-kura) yang dipercaya dapat hidup ribuan tahun. Seribu Origami Cranes (???, Senbazuru) adalah sebuah untaian seribu origami bangau kertas yang disatukan dengan benang. Ada legenda kuno Jepang yang konon menjanjikan bahwa dapat melipat seribu bangau origami akan dihadiahi "WISH" oleh sang bangau, seperti umur panjang, pulih dari sakit. Maka Senbazuru menjadi hadiah pernikahan yang populer untuk keluarga dan teman spesial. Si Pemberi Berharap Pengantin mendapat seribu tahun kebahagiaan dan kesejahteraan. Dapat juga sebagai kado untuk bayi yang baru lahir agar panjang dan mendapat keberuntungan. Menggantung Senbazuru di rumah yang dianggap membawa Keberuntungan. Ada pula yang menggunakan pesona jodoh untuk gadis-gadis Jepang saat memilih 16 tahun. Sang gadis akan membuat 1000 bangau untuk diberikan kepada sang jaka yang dikaguminya.