Angin yang berhembus pelan begitu menyejukkan udara pagi ini, bersamaan dengan itu langit biru pun menghadirkan mentari yang begitu indah bersembunyi dibalik celah-celah awan yang begitu kokohnya. Membiarkan cahayanya masuk melalui perantara lubang kecil yang berada di kamar Yunna, menyilaukan kamar ini, seakan memaksa Yunna untuk sesegera mungkin beranjak dari kasurnya.
Yunna berdiri dalam keadaan setengah sadar, menguap beberapa kali, wajah nya berpaling kearah jendela, merenggangkan otot-otot lengan yang terlalu kaku untuk menyambut pagi.
'Pagi semesta, baik-baik yah hari ini! Hoappp...!!'
Yunna mengambil handuk, berjalan menuju kamar mandi walau seringkali mengerjapkan mata di karenakan ngantuk yang menggoda untuk kembali tidur.
Siall!! Get away from my mind (batin Yunna)
20 menit berlalu Tak memerlukan waktu lama kini Yunna sudah siap dengan seragam sekolah yang menempel di badannya, seragam putih abu layaknya anak SMA pada umumnya, rambutnya di kuncir kuda kebelakang. Dengan ransel hijau tosca yang ia rangkul dibahunya, serta cardigan berwarna hitam yang membalut tubuh mungilnya.
"Bu Yunna berangkat dulu yah?"-pamit Yunna dengan mencium tangan sang ibunda
"Nggak sarapan dulu"
"Hhe nggak usah Bu takut telat, ntar ajah disekolah, Ayah mana?"
"Tuh di dalem lagi sarapan sama adik mu"
Yunna bergegas masuk di lihatnya Ayah dan si bungsu-Rara yang tengah duduk santai menyantap kudapan diruang makan.
"Pagii!!"-sapa Yunna berjalan kearah Wisnu lalu mencium tangannya "Yah Yunna berangkat dulu yaa?"-Wisnu mengangguk.
Si-kecil bertanya "kakak nggak sarapan dulu"-katanya.
"Nanti ajah disekolahh"-Yunna mencubit pipi tembem si-kecil "kamu berangkat ama ayah kan?"- ucapnya sambil berlalu.
Rara beralih menatap Ayah nya "Iya kan Yah, aku berangkat sama Ayah kan?"-tanya Rara memastikan
Wisnu tersenyum tanda meng-'iyakan' "Yunna?"-sahut wisnu setengah berteriak, merasa terpanggil sang empu menoleh "iya Yah?"
"Nanti di sekolah jangan lupa makan, awas loh sampai Ayah tau kamu pingsan, ayah jewer kuping kamu"
"Ihh Ayahh!!"-gelak tawa Rara dan Wisnu pun pecah menggema seisi ruangan sementara Retna yang lewat, sedikit menoleh kemudian tersenyum kecil "Ayah ada-ada ajah, masa kuping putrinya mau dijewer sih"
Dengan sisah-sisah ketawanya Wisnu menjawab "Ayah cuma bercanda, have fun yah sayang"-wisnu menghampiri Yunna dengan wajah tidak bersalahnya, mengusap rambut putri sulungnya dengan penuh kasih sayang "hati-hati dijalan"-Yunna mengangguk
Dengan langkah gontai, Yunna melangkah kearah sepeda tua yang terparkir tepat di depan halaman rumahnya, sepeda yang berwarna pink pudar itu masih layak pakai untuk sekedar mengantarnya kemana mana, warnanya sudah memudar mungkin karena usianya yang terbilang cukup lama.
Jarak yang Yunna tempuh untuk ke sekolah pun tak begitu jauh, hanya memerlukan waktu sekitar 18 menit tentu dengan sepeda ini ia akan sampai dengan tepat waktu. Berhubung ini adalah hari senin ia lantas mengayuh sepedanya lebih cepat dari biasanya, membiarkan roda roda sepeda itu bermain main dibawa sana menggilas aspal dengan kemudi yang ia kendalikan.
Diperjalanan, Yunna sedikit bersenandung mengikuti iring-iringan angin yang menari syahdu ditelinga.
Pagi tadi aku masih menangis
Ada rasa yang tak kunjung mati
Ada seseorang di atasku
Menahan semua rasa malu
Sempat kuberpikir masih bermimpi
Dua Empat Tujuh tanpa henti
Matahari dan bulan saksinya
Ada rasa yang tak mau hilang
Aku takut sepi. Tapi yang lain tak berarti
Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata "Maaf, sayang aku harus pergi."
Sudah kuucap semua pinta
Sebelum kumemejamkan mata
Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi
🎶Nadin Hamizah- (RUMPANG)
bait bait lagu tadi telah mampu menyuarakan isi hatinya, lagu melankolis yang menghayat hati ternyata mampu memberi debaran signifikan di dada, di saji dalam bentuk yang sederhana dengan kata-kata menakjubkan.
Pada saat-saat tertentu ada saatnya bandung memurahkan hati untuk kita menghirup udara pagi yang menyegarkan, menyenangkan paru-paru itu perlu. Terlebih jam-jam segini, di mana polusi belum terlalu kelihatan kemunculannya, di mana asap metromini belum terlalu banyak memadati jalan raya, di mana pedagang kaki lima bersiap-siap mendirikan lapaknya, di mana pengamen pinggir jalan mengambil posisi menjalankan tugasnya mengais rupiah.
Seperti yang di ketahui biasanya dua atau tiga orang di antara mereka membentuk kelompok, berjalan beriringan menyambut beragam mobil mewah di lampu merah yang datang silih berganti, om-om berdasi dengan jabatan tinggi, menampakkan batang hidungnya di balik kaca mobil kadangkala melemparkan senyum atau menolak secara umum.
Ternyata ada lagi dibawah Yunna, yang hidup di pinggiran trotoar, menjadikan atap ruko sebagai pelindung ketika hujan datang bertamu, biasa juga berlindung di balik gubuk yang tak ayal di terpah banjir ketika hujan mulai menyongsong derasnya.
What did you learn from roadside buskers bruhh?
hidup adalah tentang cara kamu mensyukurinya bukan tentang seberapa banyak rupiah yang kau dapat, bukan seberapa tinggi jabatan yang kau punya, tapi seberapa besar rasa syukur mu terhadap yang maha kuasa, simple but valuable.
•••
Pukul 07:15
Bendera di lipat se-rapi mungkin, guru-guru mulai berdatangan memenuhi lapangan, pun dengan para berandal yang berlarian mencari topi atau dasi agar tidak mendapat hukuman sahabat Yunna, Sheerin, Riska dan Angel sudah bersiap siap dilapangan.
"Guys Yunna kok belum datang yah"-tanya Sheerin pada Angel dan Riska, keduanya mengedikkan bahu "mana gua tau"-ucap mereka serempak
"Boker dulu kali makanya telat"-tambah Riska dengan wajah polos nya
"Lol"-balas Sheerin singkat
Yunna sudah sampai tepat waktu, gerbang yang masih terbuka di terobosnya secepat mungkin, memakirkan sepedanya dilahan parkir yang di sediakan sekolah ini, derap langkahnya di percepat membiarkan dedaunan kering menepi ke-pinggiran tanah
Sesampai nya dikelas matanya celingak-celinguk menatap kondisi kelas yang begitu sepih.
'Kemana semua orang? Apa sudah baris dilapangan?'-batin Yunna, bertanya pada diri sendiri, ia pun mengeluarkan topi dari tas-nya kemudian melempar benda mati itu ke bangku-nya "Yes tepat sasaran"-gumam nya.
Yunna berlari menuju lapangan, benar saja. Dari lantai atas bisa terlihat banyak-nya siswa yang bersiap-siap untuk upacara, baris berbaris sesuai dengan tingkatan beserta kelas masing-masing.
"Hi guys!"- dengan nafas terengah-engah di karenakan berlari Yunna menyapa ramah pada ke-empat sahabatnya ini
Ke-empat nya menoleh, tersenyum lebar.
"Udah di siram?"-tanya Angel
Dengan wajah polos Yunna menjawab "apa yang di siram?"
"Yaelah E3 lo, disiram nggak?
Fuck, goblok!!
"Sapa bilang gua abis boker hah?-tanya Yunna me-naikkan sebelah alisnya.
Angel menunjuk Riska "nih!!" Riska cengengesan, Yunna memutar bola mata nya malas.
•••
Upacara berlangsung, hening menyelimuti, UUD 1945 di bacakan dengan lantang, di barisan terdepan di duduki oleh Angel yang tak pernah ingin ketinggalan menatap sang kekasih dari kejauhan, saat-saat seperti ini ia manfaatkan betul melihat Rafael yang kebetulan berbaris dengan posisi sama seperti nya.
'Tunggu apa lagi? Mari kita manfaat-kan situasi seperti ini untuk mencuci mata pakai air gangga di tambah cowok gua yang manis nya kebangetan Ya-Allah (batin Angel)'
"Uwuw bebep apil gua gans bangettt"-tanpa Angel sadari bibir mungil nya berseru kegirangan
"Betrand peto gw uwuw"-timpal Sheerin, mengikuti gaya bicara Angel yang sok dramatiss
"Paansih lo, ngikutin gua ajah!!!"-Sewot Angel
"Lagian lo sih, lebayy amatt matt matt matt"-balas Sheerin dengan penuh penekanan di akhir kalimat nya
"Bodo amat bukan urusan lo nyettt kok lo yang ribet orang dia itu manis juga, hmm.... makin cayang deh ama bebep apil"-Angel menepuk pelan dada nya tanpa memperdulikan situasi yang tengah berlangsung
Yunna mengerutkan dahi, tidak mengerti lagi jalan pikiran sahabat-nya yang satu ini "dasar bucin tingkat akut"-umpat nya dalam hati.
Angel tak henti-henti nya tersenyum, matanya berbinar tiap kali bercerita bahwa Rafael adalah pemuda dengan sejuta kriteria yang ia miliki. Tidak terlalu ganteng, tapi orangnya manis, Yunna setuju, soalnya kalau di tatap, 'mata' seolah tidak pernah mengeluh bosan untuk menatap lagi dan lagi, begitu prinsip-Angel
Well, orang jatuh cinta sangat sulit untuk di mengerti lebih susah dari rumus fisika, lebih letih dari menghitung jumlah angka matematika, telinga-nya menuli, kadangkala mata-nya di butahkan oleh rasa yang tak kunjung terbalaskan, banyak yang bilang "cinta itu tidak harus memiliki" tapi, pada dasarnya tujuannya seperti itu, kodrat nya memang begitu "Ingin memiliki".