Chereads / SETANGKAI MAWAR PUTIH / Chapter 4 - SI PRIA KUMAL.

Chapter 4 - SI PRIA KUMAL.

//SUNYI.

Semilir angin berlalu berbisik riuh ditelinga

Menyampaikan pesan penuh selidik

Menimbulkan reaksi di dada

Tentang relung hati yang dihujani rasa sepih

Tentang sang empu yang nyaris larut dalam sedih

Kau membawakan sunyi sebagai teman

Yang kusambut dengan tenang

Kau membawa dia bersama kawanan

Seorang cucu adam tersenyum senang

Ada hal aneh yang malu malu keluar

Jantung berdetak tak karuan

Memberikan sensasi aneh yang menggelegar

Sebuah hal yang dinamai 'prasaan'

Mengendap dan merayap dalam senyap

Melangkah masuk kedalam perangkap

Jatuh terjun ke dalam lautan pasrah

Yang dihampiri badai penuh gelisah

•••

"Guys ngantin yukk, laper nih?"-ajak Angel, sembari memasang puppy eyes nya berharap yang lain meng-'iyakan' ajakannya barusan.

"Halah lu mah makan mulu"-sela Sheerin, lalu mencomot cemilan yang di pegang Angel, tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Angel yang menyadari gelagat Sheerin, lantas menepis tangannya mentah-mentah "enak ajah lo, beli sono, maen comot-comot ajah!!".

Sheerin pun mengerucutkan bibirnya "Dasar pelit!"- ketusnya.

Spontan, Riska menimpali "gak modal dasar"- kalimat menggelitik itu membuat Yunna ikut tertawa walau tidak se-heboh yang lain.

"Guys ada berita baru nih, lo pada pasti belum dengar gosip-gosip tetangga kan?-Riska memulai aksinya menceritakan 'hot news' seputar sekolah.

"Apa emang?"-sepertinya Yunna mulai tertarik dengan topik ini.

"Ada murid baru, dari gosip yang gua tau sih dia tuh anak pindahan. Dan kalian tau yang lebih parahnya? dia tuh aneh, pake bangetttt, suka bawa-bawa buku tebal, pendiem, sampai nggak ada tuh yang mau dekat dekat ama tuh anak mungkin nggak yah dia itu psikopat?"

Sheerin menoyor jidat Riska " jangan aneh-aneh deh Ris, mana ada psikopat sekolah di sini lo mah kalau ngomong suka ngawur"

Riska menggerayangi tengkuknya "iya juga sih, ini juga gua denger dari mulut gosip anak-anak seangkatan"

"Emang lo udah pernah liat orangnya?"-tanya Angel

"Ya kalau itu sih"-Riska tertawa sebentar "gua belum liat sueerr"-lanjut Riska mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

"Dasaarrrrr!! yuk ke kantin ajah yuk, perut gua udah keroncongan nih, nggak sarapan tadi pagi, ceritanya di lanjutin nanti ajah"-ajak Yunna dengan wajah memelas

"Gitu dong, dari tadi kek gua juga udah laperr nih"-setuju Angel

"Emang elo nya ajah yang rakus"-Sindir Sheerin

Angel memutar bola matanya, merasa malas meladeni Sheerin di saat energinya belum terisi penuh "nggak usah sirik"-ketusnya.

Akhirnya mereka berjalan menuju kantin yang tidak pernah sepih pengunjung terutama di warung kecil penjual mie ayam, sebut saja mang Jamal, si-pemilik-warung yang sukses menjadi kepercayaan sekolah, mie ayamnya selalu di minati banyak pembeli terlebih anak-anak seangkatan Yunna, lokasinya cukup strategis di tempati nongkrong juga menjadi pilihan utama Bagi berandal yang mencari tempat persembunyian kala razia di berlangsungkan.

Harganya juga bersahabat di kantong, tentu pass untuk seorang pelajar seperti Yunna yang tidak berdompet tebal.

Mang jamal biasanya di temani sang istri menjaga warung, bila waktu senggang tiba mereka sering bersenda gurau di pojok dekat gerobaknya berada, begitu harmonis, sangat harmonis, Yunna hanya mampu memandang keduanya ketika sedang makan di tempat itu, menonton kisah cinta yang mampu menyeret nama Arga untuk kesekian kali. Membanding-bandingkan hubungannya dengan Arga, menyelipkan sebuah rasa iri yang tidak tau dari mana datangnya.

'Arga apa kelak kita bisa begitu? Apa keinginan ku yang satu ini bisa terpenuhi? Kau kapan pulang? aku sudah rindu, rindu sekalih, rindu ini tidak bisa ku-singkirkan apalagi ku jinak-kan selalu membuntuti ku kapan pun dan di mana pun'(batin Yunna)

Mang Jamal adalah penjual berdarah jawa, berdomisili di Bandung alasan karena ia nyaman tinggal di Kota ini, wajah nya horizontal, di tumbuhi kumis tebal berwarna hitam pekat. Orangnya penuh wibawa, 10-15 tahun lamanya dia menjual di sekolah ini, mie ayam nya pun jadi juara yang tak dapat tertandingi.

Yunna menunggu antrean yang lumayan panjang, kakinya sempat lemas berdiri terus menerus. Angel seperti memahami, dia mengajak Yunna untuk mencari tempat duduk, sedangkan Sheerin dan Riska tetap berada ditengah-tengah antrean untuk memesan menu andalan.

"Ris, gua ama Yunna cari tempat duduk dulu yah, lo ama Sheerin di sini ajah ngantre, kalau kita ramai-ramai di sini kan, bisa nggak kebagian bangku?

"Yaudah deh, siipp, pesanannya?

"Yang biasa ajah"

"Woke"

"Yunna buruan ayo cari tempat duduk"-ajak Angel merangkul lengan Yunna

"Iyaa yuk"

Setelah berdesak-desakan sampai harus adu mulut, Yunna dan Angel sudah mendapat tempat, meja ke-tiga dari pojok kanan. Sheerin dan Riska juga datang membawa pesanan.

"Weiss udah dateng ajah"-ucap Yunna

"Hebat kan gua"-balas Sheerin

"Lo apain kok bisa cepet gitu"-tanya Angel curiga

"Yang ngantre gua suruh minggat, kalau kagak mau gua hantam"-balas Sheerin spontan

"Busettt frontal amat lo"

Sheerin menatap Angel "Angell?"-sahutnya "Ya nggak lah gua cuma bercanda masa lo percaya sih"-ujarnya

"Hahaha iyaya masa gua percaya ama tukang kibul kayak lo"

"Jangan baweell buruan gih makan"-tegur Yunna

Hening menyelimuti, percakapan diantara mereka perlahan meredup, ke-empat nya asyik melahap makanan masing-masing, tidak lagi terdengar bising, celotehan-celotehan tadi hilang seperti di telan bumi, mulut dan telinga rehat untuk sementara waktu.

Dengan banyaknya jumlah pengunjung, entah ada apa dengan mata Yunna seperti ada magnet yang menarik kedua matanya menatap objek yang berada di pojok kanan sana, walau sekilas.

Di sana nampak seorang pria berkacamata dengan postur tubuh cenderung kurus tengah berkutit dengan buku bacaanyaa, jika di lihat buku yang dia baca sungguh memiliki ketebalan yang luar biasa. Rasanya mata akan pegal jika membaca keseluruhannya dalam jangka waktu satu malam, di sana pria itu ditemani sama orange juice yang belum ia sentuh, malahan ice batu yang melengkapi orange juice itu sudah meleleh kemakan waktu, rasanya pasti sudah hambar, akibat tuannya tak kunjung menyeruputnya.

Jika dilihat dari penampilan, pria itu nampak kumal, dengan rambut yang dibiarkan acak acakan seperti tidak pernah di sisir, kulitnya putih tapi akibat debu yang menempel lebih kelihatan kusam tidak terurus. Sepatu yang mengiringi langkahnya nampak lusuh barangkali tidak pernah dicuci oleh pemiliknya, lain lagi dari warnanya, sudah menjelma abu tidak layak pakai, memudar di terpa teriknya matahari dan hujan secara terus menerus.

"OH ada gembel! Berani juga lo yeh gabung di kantin, tempat lu bukan disini tau gak, lo lebih pantas berada di gudang belakang sekolah noh hahah!!-Bentak David, lalu menggebrak meja pria kumal itu.

Sebuah keributan memicu kerumunan untuk membentuk lingkaran di sana, jelas saja si tukang bully David D.K.K itu kembali berulah, tapi tunggu mangsanya adalah pria kumal yang disebutkan tadi?

"Wah lihat tuh si david, buat onar ajah"-tunjuk Sheerin sembari menyipitkan kedua matanya ke arah keributan yang tengah berlangsung

Spontan Yunna pun langsung berbalik menatap ke arah telunjuk Sheerin, di lihatnya Pria itu, ia sama sekalih tidak menjawab, Yunna kira pria itu akan melakukan perlawanan, tapi nyatanya tidak ia hanya melemparkan tatapan bengisnya lalu lanjut membaca buku. Orangnya tidak banyak bicara rawut wajahnya begitu datar nyaris tak berekspresi hanya ada Lekukan alis tebal menaungi sepasang mata tajam yang bersembunyi dibalik kacamata yang menggantung di hidungnya.

"WOY LU BUDEG APA GIMANA, NGGAK DENGER BARUSAN GUA BILANG APA?"- jelas David, memandang remeh kearah pria kumal yang belum diketahui namanya.

Pria kumal itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar " MAU ANDA APA? HAH? SAYA TAU PENAMPILAN SAYA TIDAK SEPERTI ANDA TAPI BUKANKAH KANTIN INI BOLEH DIKUNJUNGI SIAPA SAJA? TIDAK ADA LARANGAN KAN ORANG SEPERTI SAYA TIDAK BERHAK MENGINJAKKAN KAKI DISINI?-pria kumal itu bersuara, ia menjawab dengan

Lantang, lalu kembali membaca buku bacaannya, meskipun terkesan cuek, ia mampu membuat mulut David bungkam.

Yang lain dibuat tertegun mendengar suara pria kumal itu, ada yang berdecak kagum di buatnya, adapula yang mengumpatinya, terutama yang berpihak pada David pasalnya ia adalah orang pertama yang mampu melawan David D.K.K, ucapan yang pria itu lontarkan begitu menohok ditelinga David. David yang diperlakukan seperti itu tidak terimah, tangannya mengepal, ia pun maju selangkah menarik kerah baju pria kumal itu, tatapan mereka beradu, buku yang dibaca pria itu pun David lempar kesembarang tempat.

Tak segan-segan David menghadiahi bogem mentah kearah pria itu, lantas membuatnya terhempas, tersungkur ketanah, pria kumal itu bangun dengan lemas ia dengan sisah-sisah tenaganya berlari mengambil bukunya. Lalu David datang lagi dengan ketidak puasannya ia menghajarnya lagi untuk kedua kalinya, meninju pria itu, sampai membuatnya benar-benar kehilangan tenaganya darah segar mulai bercucuran turun dari ujung bibir pria kumal itu.

Merasa tidak tega mang Jamal datang sebagai penengah, menghentikan perkelahian keduanya "udah..udahh jangan berantem, ketahuan sama guru BK kalian bisa di keluarkan dari sekolah ini, dan kamu David berhenti buat ulah"-tegas mang jamal

"Awas lo yeh"-ancam David kearah pria kumal itu "Yuk balik"-perintah David kepada cecunguk-cecunguk nya.

Pria kumal itu meringis kesakitan, sambil memegang ujung bibirnya, lalu kembali kebangku nya dengan buku yang ia genggam erat di tangannya.

Banyak yang menatap iba kepada pria itu, tapi tak mampu melakukan apa-apa selain diam dan menyaksikan, termasuk Yunna.

"wah busett yang dia hajar tuh bukannya anak baru yang tadi lo bilang ris?"-tebak Angel

"mana-mana, wah iyaa kali, gila sih gua bilang apa orangnya aneh bangett David ajah di hirauin ama dia"- jawab Riska dengan wajah melongo memandang keributan yang ada.

"masyaallah orangnya berantakan amat, kayak gak keurus liat nggk sih penampilannya kucel batt, niat sekolah gak sih tuh anak" timpal Angel.

"Heem iya tuh" Sheerin mengangguk menyetujui "eh tapi..tapi...!! Kalau gua lihat lihat hmm orangnya lumayan ganteng juga hehehe yakan yun?"

Riska dan Angel pun saling melemparkan tatapan jijik, keduanya menggeleng menanggapi ucapan sahabatnya yang satu ini " kumat deh nih bocah "

"Yunna....?"

"Yun......?"

"YUNNAA....!!!!"

"eh, iya-iya sorry lo tadi ngomonng paan?"

"Lo sih ngelamun mulu, ngelamun paansih, Arga yah?"-tanya Sheerin penuh selidik

"Ah gak kok siapa bilang"- elak Yunna

"Buruann gih makannya, ngga usah ngobrol mulu ntar ngga kelar kelar lagi, udah mau masukk nih yuk ke kelas"?-ajak Angel, sembari melihat kearah jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya

Yunna dibuat bersyukur karena kehadiran Angel mampu mengalihkan pembicaraan yang semula menuntut jawaban, beralih menjadi sekilas pertanyaan yang terlupakan, karena kalau boleh jujur lidah gadis itu serasa kelu untuk merapahkan pembelaan, yang baginya hanyalah sebuah pemakluman hanya untuk dipahami.

Selepas memenuhi kebutuhan perutnya, tiba saatnya mereka beranjak pergi meninggalkan kantin yang sekarang sudah mulai sepih pengunjung, jumlahnya pun bisa di hitung jari, hanya ada Yunna beserta kawanan, beberapa adik kelas, dan yah pria di pojok sana yang nampaknya masih senantiasa berkutit dengan buku tebalnya,

pria berkacamata dengan penampilan kumal.

yang tanpa diketahui sengaja mencuri curi pandang terhadap Yunna, bersembunyi di balik buku tebal yang sedang ia baca, pria itu terus menatap tanpa berkedip. Matanya bagai penguntit yang terus mengawasi, membuat Yunna terselimuti prasaan was-was, sekilas Yunna pun menoleh kepojokan sana.

Saat manik mata Yunna berbalik menatapnya, didapatinya pria itu tidak jua mengalihkan pandangan yang ia torehkan sedemikian rupa, masih utuh dan masih tetap pada objek yang ditujuh. Sedangkan sang empu yang ditatap tak mampu berkata, ia buru-buru mengalihkan pandangannya ketempat lain jantungnya berdebar, bagai deburan ombak yang meraung sangat kencang.

Lelaki itu dengan sengaja meliriknya sekalih lagi, hanya untuk melihat perubahan rawut wajah dari sang gadis, tanpa ia sadari ujung bibirnya ketarik membuatnya menyunggingkan senyum simpul 'Gadis bodoh'-umpatnya

Yunna akhirnya beranjak pergi, berjalan mengekori ke-tiga sahabatnya menuju kelas yang berada di lantai dua gedung sekolah ini.

Di perjalanan Yunna sedikit menggerutu 'manusia aneh' (batinnya)

Sedangkan diseberang sana tatapan pria itu tidak pernah surut walau dari kejauhan, seperti 'tatap-menatap' adalah aktivitas baru yang ia gemari saat ini, terlihat berlebihan, melihat kepergian dari sang gadis yang samar-samar mulai tak terlihat. Lenyap, di belokan lorong di ujung sana, sejatinya berhasil membuat prasaannya menimbulkan gejolak aneh seperti rasa 'tidak rela' atas kepergiannya. Terlebih disaat itu ia juga merasakan ada sebagian dari dirinya yang turut pergi bersamaan dengan derap langkah dari sang gadis.

Membuatnya kalut, secepat mungkin menepis prasaan aneh yang telah berhasil mengetuk pintu hatinya, benteng besar yang telah dia buat seketika runtuh berhasil diterobos oleh gadis manis yang mengahantarkan getaran aneh didada, menghantarkan sebuah prasaan yang seolah meminta izin untuk menetap.