Chereads / MBA (Married By Accident) / Chapter 24 - Kembali lagi

Chapter 24 - Kembali lagi

Aku tidak bisa mengingat kejadian semalam, yang ku tau terakhir adalah aku minum beberapa botol dengan Raka, ditemani beberapa wanita pesanan Raka, rasanya seperti asing.

"Udah bangun ?" lirik Karin

"Jangan kaya dulu lagi lah, capek gue bawa lu berdua" lanjutnya

Semenjak aku pindah ke Jogja, hampir setiap malam aku selalu sadar. Berbanding terbalik saat aku di Jakarta.

"Raka kemana ?" tanyaku

"Tuh dibawah kasur" sahut Karin

Kulihat sebentar, Raka benar-benar pulas tengkurap dilantai.

Kepalaku masih sedikit pusing efek dari alkohol semalam.

Ku lirik Karin masih sibuk dengan smartphonenya.

Ia memang terkesan cuek dengan kami, tapi sebenarnya ia lah yang paling peduli.

Ibarat kata ia seperti pahlawan buat kami, selalu mengcover kami dari balik layar.

"Lalu bagaimana nanti ? Kamu pulang atau ?" tanya Karin

Hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar pertanyaan Karin.

Tujuan awalku ke Jakarta adalah menjawab lamaran Indah bukan untuk kembali ke rumah dan bertemu papa.

Lagipula aku harus bersilaturahmi dengan beberapa teman lama.

"Hey, jangan jadi binatang buas seperti dulu" ungkap Karin

"Enggak, cuma silaturahmi, ga lebih"

"Lalu dia bagaimana ?"

---

Hari sudah mulai siang dan Raka masih tertidur pulas di lantai, aku pergi menemui Indah sendiri karena Karin tidak mau ikut dan lebih memilih bersantai dengan gadgetnya.

Rumah yang besar dan terlihat mewah, beberapa mobil sport terparkir disana.

"Ini pasti rumah Indah" batinku

Flashback On

Rexa usia 9 tahun

"Kurang ajar kamu ya, udah berani ngerokok dibelakang papa!"

"Sekali lagi kamu ngebantah omongan papa, papa kirim kamu ke pesantren, anak durhaka!"

Flashback Off

"Rexa maaf ya lama, aku make up dulu soalnya"

Aku hanya bjsa menelan ludah melihat Indah benar-benar indah, gayanya yang casual lagi-lagi membuat jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya.

"Aku kesini mau ngomong sesuatu sama kamu!"

"Aku sudah tahu kamu mau bicara apa" jawabnya santai.

"Iya, kamu pasti mau membatalkan acara pernikahan kita kan ?"

Sepertinya Indah memang cerdas.

"Tapi emang kamu pikir akan semudah itu. Aku gak akan menyerah sama anak kuliahan itu"

Sontak jantungku berhenti beberapa detik. Ga cuma Renata, sekarang Indah kayanya lebih agresif dari yang kemarin.

Tatapan matanya lebih dingin dari sebelumnya.

"Ingat Rexa, kamu sudah ambil apa yang berharga buat aku, Lika pasti gak akan hidup tenang!" tegas Indah.

---

"Murung bet lu ?"

Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan Raka.

"Karin mana Ka ?"

"Ga tau pas gue bangun die udeh ngilang"

Lika Pov

"Kakak kenapa ?"

"Kakak cuma sakit perut aja Nila, masuk angin kayanya"

Sudah 2 hari tanpa Rexa dirumah, hari ini sepertinya agak sedikit capek.

"Lika, ini minum obat dulu, makanya kamu jangan kebanyakan begadang"

"Makasih kak Eli, Syifa kemana ya, kok ga keliatan"

"Syifa lagi lagi main ke tempat mbak Okta" sahut Eli

Rexa Pov

"Ka, sebelum gue balik, gue mau tanya nih"

"Apaan ?"

"Bokap gue kerjaannya apaan sih ? Kok gue ga pernah tau ya ?"

Seperti biasa, Raka selalu menghentikan perbincangan kami dan mengalihkannya menjadi sesuatu yang bodoh.

Aku bersahabat dengannha sedari kecil, bohong jika aku tidak tau kalau dia sedang tidak jujur padaku.

Percuma juga kalo seandaikan nanya Karin, dia lebih pandai nyimpen rahasia dibanding Raka.

"Percuma nanya mereka berdua, pada kompak banget ngikutin arahan bokap" gerutu ku.

Ngomong sama Raka dalam keadaan kaya gini cuma bisa ngelus dada, ga ada manis-manisnya.

Akhirnya Karin datang dan menyuruhku segera pulang kerumah, entah kenapa seperti persiapannya sudah matang, sampe kapan drama ini bakal selesai, buat tau kerjaan bomap sendiri aja susahnya setengah mampus.

Ga peduli dengan ocehan Karin, aku langsung pergi, mau kemana ? Ga tau lah, yang penting keluar. Lagi ga mood aja ketemu mereka berdua.

"Kok balik lagi Xa ?" tanya Raka cengengesan.

"Yaudah yuk pulang!"

---

"Rexa ? kamu masih hidup ?"

"Lah ?"

Bener kan gue beneran ga deket ama bokap gue.

"Papa cuma becanda, dimana selera humor kamu"

"Pa, alesannya aku dijodohin apa sih ?"

Setelah mendengar omongan papa aku ngerasa ada beberapa keuntungan juga, walaupun sikapnya yang keras dan dingin tapi dia adalah sosok yang benar-benae pantas dipanggil "ayah".

Tak mau berlama-lama dirumah, aku, Raka dan Karin buru-buru pergi menuju hotel untuk beristirahat sejenak.

Lika Pov

Aku harus ngabari Rexa ga ya, aku harus gimana ? Tapi aku takut ganggu Rexa, pasti dia lagi sibuk.

"Udah hampir tengah malem lho Lika, kamu ga tidur ?" ucap Eli

"Iya kak, aku malem ini ga bisa tidur"

"Pasti mikirin Rexa ya" sahut Eli meledek

Walau kadang Rexa ngeselin, tapi dia sangat-sangat tau apa yang aku butuhkan, sentuhan dari jari jemarinya, hanya Rexa yang bisa membuatku bergairah.

Setiap kali memikirkan Rexa, selalu saja basah, aku seperti kecanduan narkotika, sehari tanpa belaian darinya membuatku gelisah, enggak, membuatku sangat gelisah dan basah.

"Kak, seperti ada orang diluar, aku lihat dulu ya"

"Dari tadi aku ga denger suara ketukan pintu lho"

"Ya sudah di cek aja dulu"

Kak Eli hanya mengangguk

Rexa Pov

"Udah kebiasaan di Jogja, sekalinya ke Jakarta langsung bosen" batinku

Sampe juga di bandara. Setelah 4 jam aku meninggalkan Raka dan Karin di hotel secara sembunyi.

Lagipula semua urusanku sudah beres, untung aja aku ada inisiatif beli tiket pulang sendiri.

"Tumben pager rumahnya ga ke kunci" gumamku

"Rexaaa"

Entah ada apa dengan anak ini, kuat banget sinyalnya, aku aja belum ngetuk pintu

"Pelukan kamu kenceng banget"

"Sssssttttttt"

"Kamu kangen ya sama aku"

"Ssssssstttttttttt"

"Kamu banyak makan ya, gemukan deh" ledekku.

Seperti ada hawa panas yang muncul dari dalam tubuh Lika, ah sialan salah ngomong. Harus gimana ini, yaelah baru ketemu.

"Ka-kamu jangan ma-marah dulu, aku salah ngomong"

Pelukan Lika lebih kencang dari yang tadi, dan sepertinya ia memang merindukanku.

"Rexa, aku mau ice chocolate" liriknya memasang wajah dramatis

"Udah malem Lika, lagian besok pagi aja sih"

"Reexxaaaaa" ucapnya manja sembari memelukku lebih erat

"Iya iya, tapi tumben, baru kali ini kamu minta sesuatu sama aku"

"Lagi pengen aja" ia pun sedikit tertawa.

Aku tak akan menyesal kembali lagi kerumah dalam waktu dekat, pesona innerbeauty Lika memang bisa mengguncang hatiku, bahkan duniaku.

Akhirnya aku menuruti permintaannya, kami berdua berjalan santai di tengah malam mencari ice chocolate.

Sungguh bodoh, apa yang ada dibenakku berbeda dengan apa yang kulakukan.

"Lika, sebenernya aku pulang lebih cepat karena ada sesuatu yang mau aku kasih tau kamu"

Ia pun hanya menutup bibirku dengan jari telunjuknya yang lembut.

"Aku juga, aku juga mau" senyumnya.