***
Gadis bernama Rea sendirian di kedai itu, dengan segelas kopi sebagai teman. Sepertinya dia menunggu seseorang. Gadis cantik yang terobsesi dengan putra Kusuma. Rea menatap kearah pintu masuk, ada gadis cantik lainnya melewati batas pintu. Gadis yang dia ajak untuk sekedar berbincang.
"Apa kabar, Nad?" sapa Rea ketika Nadya telah duduk di depannya.
Awalnya istri Revan enggan menerima undangan ini, Rea nekat kerumah jika tak ia setujui. Nadya tidak ingin menambah masalah, apalagi kalau suaminya tahu.
"Mau minum apa? Tidak lagi buru-buru kan?" Rea bertanya.
"Sepertinya aku tidak punya banyak waktu, ada hal yang harus aku kerjakan, bisakah kamu langsung ke intinya?" Nadya berucap lembut.
"Baiklah-baiklah. aku Cuma mau menyampaikan maaf untuk kata-kata terakhir kali aku ucapkan padamu."
"Tidak usah di perpanjang. Toh aku sudah melupakannya." Balas Nadya membuat Rea jengkel. Namun, ia berusaha sebaik mungkin.