"Sayang, kenapa kamu egois?! Pikirkan juga kondisimu." Revan sedikit menaikkan suaranya, bukan karena marah. Tetapi, karena keras kepala Nadya yang membuatnya sedikit memaksa.
Gadis itu kembali meneteskan air mata, pria di sebelahnya pun tahu Nadya menahan tangis. Membuatnya semakin merasa bersalah.
"Nad. Percayalah paman adalah laki laki kuat yang pernah kamu temui bukan?" gadis bermata coklat menoleh, menatapnya. Lalu mengangguk.
"Maka dari itu, paman tidak ingin kamu juga sakit. Kamu nanti di tertawakan sakit gara-gara telat makan, pasti paman akan mengejekmu habis-habisan" ucap Revan di selingi tawa kecil.
Pria yang bertongkat melihat interaksi kedua anaknya, ia melihat kedewasaan Revan yang bahkan belum ia lihat sebelumnya.
'Seorang gadis merupakan terapi terbaik bagi seorang pria' pikir Wahyu.