Pria itu terus menatap layar ponselnya menunggu balasan dari orang terkasih. Terdengar langkah menuruni tangga sedikit berlari. Sontak pria terbaring itupun bangkit.
"Nabila." Adit berucap. "Kamu sudah dirumah? Kenapa tidak memberitahuku? Aku bisa menjemput."
"Tidak perlu. Aku tahu kamu khawatir dengan keadaan dia" tunjuk Nabila pada remaja SMA yang tengah terbaring.
Gadis berambut pendek pun mendekat, duduk bersebelahan. Sekarang putra Pramana tidak sendirian dan kesepian lagi menunggu adiknya itu.
Kling… ponsel Adit memberikan pesan masuk.
[Orang itu sedang keluar, mereka menuju kantor cabang SC] pesan dari perempuan rahasianya.
"Aku pergi dulu, Revan menyuruhku menemuinya. Mungkin urusan kantor" kebohongan dan kebohongan terus terucap oleh bibirnya.
Bagaimana tidak, jika ia berbicara jujur. Gadis disana tidak akan mengizinkannya, terutama hal yang sangat berisiko.
Tanpa kata Nabila hanya duduk, sebuah tanda antara mengizinkan dan tidak mengizinkan kepergian pria itu.
.