-Rumah Sakit Pusat Kardiologi Kota Avangel-
"tumben sekali kau datang terlambat, biasanya kau pasienku yang paling tepat waktu." Ledek kak Devian pada Daisy yang terlambat cek-up 10 menit.
"Dosen menyuruhku mengkoordinir kelompok magang. Kau tahu kan kalau sebentar lagi aku akan magang." Daisy menyodorkan lengannya untuk diperiksa, dia selalu di cek tekanan darahnya terlebih dulu.
"adikku sudah mau magang rupanya." Lagi-lagi Devian menganggap Daisy anak kecil.
"Cihh, memang aku anak kecil masih dipanggil begitu." Tiba-tiba Daisy merasa kesal.
"Kau lagi menstruasi ya? Sensitif sekali." Dia adalah dokter, dan ddokter selalu menghubungkan sesuatu dengan kesehatan, termasuk hormon esterogen yang meningkat ketika sedang menstruasi.
"Benar." Jawab Daisy singkat. Devian mengabaikan Daisy, dia sibuk memeriksa kestabilan jantung Daisy. "Baiklah, sudah selesai, hasilnya lumayan, yang terpenting kau harus rutin meminum obatmu, dan jaga pola makan---"
"dan olahraga tapi jangan terlalu lelah. Aku sudah hafal." Potong Daisy.
"Baguslah kalau sudah hafal."
"Kak Dev." Tiba-tiba nada bicara Daisy berubah tidak lagi ketus, dia malah memasang mata berbinar. Devian langsung merinding, pasti ada sesuatu.
"Kau masih ingat janji saat aku ulang tahun kan. Aku boleh meminta apapun, masih berlaku kan?"
"Memang kau mau minta apa? Mencurigakan sekali."
"Pokoknya kau tidak boleh ingkar janji, oke?"
"Baiklah. Selama kau tidak memintaku mengubah jenis kelamin itu tidak masalah."
"Ahaahaha kau ngelawak ya!" Daisy malah tertawa.
"Baiklah janji dulu, sini berikan kelingkingmu."
"apa kubilang kau masih bocah, masih percaya pada kelingking."
"Pokoknya sini dulu, kelingkingmu." Paksa Daisy.
Devian pun menurut dia menyodorkan jari kelingkingnya, dia mengaitkan jari kelingkinga dengan jari kelingking Daisy. "Pokoknya kau sudah janji. Jangan pernah menarik kata-katamu, atau kau akan melajang seumur hidup."
"Hey kau menyumpahiku barusan?!"
"Wleee. Makanya kau jangan sampai menolak permintaanku nanti. Kalau begitu akan kupikirkan baik-baik permintaanku." Daisy beranjak dari bangkunya,
"Aku pergi dulu ya Kak. Sampai jumpa di makan malam ulang tahunku! Bye-bye!" Daisy tersenyum sambil melambai, dia pun pergi sebelum Devian menjawab ucapannya.
"mencurigakan." Gumam Devian sambil menahan senyumnya. Dia tahu, Daisy gadis yang berpikiran sederhana dan menyenangkan, dia benar-benar pengubah suasana hatinya.
***
Daisy kembali ke asramanya untuk mengambil barang sebelum dia kembali ke rumah, Mama menyuruhnya pulang malam ini. Daisy membuka pintu kamarnya, lagi-lagi dia dikejutkan oleh Naomi yang berdiri di depan pintu sambil menyembunyikan kedua tangannya di punggung.
"Apa?" Daisy penasaran pada bocah itu.
"Tada!!!!" Naomi menyodorkan buket bunga mawar putih dan satu box cokelat.
"Happy valentine!!!"
"Hah kau ngarang ya? Sekarang bulan juni." Daisy tidak mengerti, Noami ada-ada saja.
"Hehehe. Ini, seseorang memberikannya padamu."
"Siapa?"
"dari your love." Jawab Naomi dengan nada menggoda.
"Hah? Dari Kak Devian?!" Daisy tampak berbinar.
"Devian terus yang kau sebut! Tidak ada nama lain memangnya?"
"Kau kan bilang 'your love' 'my love is Devian'"
"Bukan. Ini dari Ace."
"Ace?'
Naomi mengangguk, wajah Daisy tampak kecewa, setelah mengetahui siapa pengirim bunga itu. Ternyata itu Kak Ace, mentornya saat menjadi mahasiswi baru dulu, pria itu sebelumnya pergi mengikuti program beasiswa di luar negeri. Sepertinya dia sudah kembali.
"Kau senang?"
"Euum. Kapan Kak Ace pulang ke sini? Kau tahu kan kalau dari dulu Kak Ace selalu baik padaku, dia tidak menghukumku meski aku mengacaukan pesta sambutan mahasiswa baru malam itu."
"kau tanya saja pada orangnya, jangan bilang, kalian belum bertukar nomor?"
"Kau kan tahu aku mengganti akunku bulan ini, aku lupa menambahkannya ke daftar teman. Hehehe."
"Dasar adik kelas durhaka!" Gertak Naomi.
"Sana kau temui saja dia langsung. Kalau tidak salah tadi dia menuju Gedung C."
"Oh. Oke! Siap!" Daisy meletakkan tasnya, dia langsung bergerak sesuai intruksi Naomi.
Daisy melihat Kak Ace, pria itu tengah berbincang dengan temannya, mungkin saling temu kangen, karena sudah satu semester mereka tidak bertemu. Daisy memberanikan diri menyapa, benar saja Ace langsung tersenyum senang melihat Daisy. Dia menghentikan obrolannya dan langsung menghampiri Daisy.
"Kak Ace, kenapa tidak mengabari kalau kau pulang?"
"Hahaha, bukankah kau yang menghapusku dari daftar teman?" Goda Ace.
"Hehe maaf, aku lupa mengabari kalau aku ganti nomor."
"Tidak papa, aku memang sengaja memberi kejutan."
"Bagaimana kabar kakak? Apa menyenangkan di sana?"
"Aku baik. Lumayan. Hanya saja cukup sepi karena kau tidak ikut denganku."
"Ahahaa, kenapa tidak bilang kalau mau mengajakku saat itu." Daisy terkekeh.
"Ehh, bagaimana kalau kita ngobrol di café saja. Lebih nyaman." Ajak Ace.
"Baiklah."
Mereka pun menuju café. Keduanya tampak akrab, karena Daisy memang ramah pada siapapun, tapi di balik sikap ramahnya, dia sebenarnya memiliki sisi yang tegas juga, termasuk pada orang yang berani mengusiknya. Tapi, bagi Daisy, Ace adalah sosok yang baik, dia bisa menilai karakter seseorang, itu sebabnya diam mau mengakrabkan dirinya dengan Ace.
***