Dariel POV
Semua urusan Jay sepertinya belum juga selesai. Setelah kemarinaku mendengar jika ada penyusup masuk rumah Daddy aku jadi berpikir bahwa ini bukanlah sesuatu yang biasa saja. Ini jelas keseriusan si penjahat mengincar Jay. Lebih khawatir lagi karena perbuatan itu telah menganggu Kesehatan mental Jay yang memang dari awal tak baik-baik saja. Jay itu sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Dia pria yang baik, polos dan tentu saja penyayang. Beberapa kali aku pun melihat Ara dibuat terkejut setiap kali mendengar nada dering dari handphonenya apalagi jika itu dari orang tuanya. Mereka pasti mengabari tentang Jay. Tak berhenti sampai disitu, kini daddy pun memperketat keamanan dengan mengirimkan bodyguard untuk kami. Aku sebenarnya agak kurang nyaman tapi entahlah daddy kan sangat protektif pada Ara. Dia takut jika sang penjahat mengincar anak-anaknya yang lain. Gara-gara kejadian ini aku jadi tak bisa konsen untuk bekerja setiap panggilan telepon seperti terror. Haruskah sekarang aku pergi menemui Ara? Entah kenapa perasaanku sedikit gelisah sejak pagi belum lagi sudah beberapa jam sejak istirahat tadi Ara belum juga menelpon aku yang mencoba menghubunginya kembali justru tak pernah dia angkat. Dia kemana sih?. Suara ketukan terdengar membuat lamunan aku terbuyarkan.
"Kenapa Nay?."
"Ada yang mau ketemu bapak."
"Siapa?."
"Katanya tim pak Erik."
"Erik?." Aku seperti mengenal nama itu.
"Darimana?supplier?."
"Bukan pak, katanya kenalan Bapak."
"Oh iya, dia pengawal istri sayam suruh masuk aja."
"Bapak ada meeting, udah ditunggu."
"Saya bentar kok, suruh Jonathan ikut nanti saya nyusul."
"Baik pak." Nayla terlihat pergi dan digantikan dengan dua orang pria yang berpakaian serba hitam.
"Silahkan duduk."
"Kami cuman sebentar pak, saya Rido timnya pak Erik, mau ngasih kabar kalau bos Ara.."
"Ara kenapa?."
"Ada yang nyulik bu ara."
"Hah!!!." Aku reflek berdiri mendengar berita mengejutkan itu. Kini aku mendekati keduanya.
"Bos Reno dan yang lain lagi nyari pelakunya." Ucap Rido lagi kini aku segera menghubungi daddy yang pasti tahu denga apa yang terjadi.
- Dad, Ara gimana dad?.
- Kita lagi nyari Riel.
- Kok bisa?katanya ada yang jagain Ara.
- Pasti ada orang dalem Riel karena mereka bisa masuk ke kantor, kita lagi cek CCTV.
- Daddy dimana?.
- Dikantor.
- Aku kesana sekarang.
Aku menutup teleponnya dan segera berjalan keluar diikuti dua orang itu.
"Nay, saya harus pergi sekarang. Suruh Jonathan handle semua."
"Iya pak." Nayla tanpa komentar lagi membuat aku bisa bergerak lebih cepat.
"Kita ketemu di SC."
"Siap pak." Kedua orang itu serempak. Kini aku segera mencari dimana mobilku berada. Aku sudah tak sabar untuk berada disana. Ara…ara dimana kamu?. Aku benar-benar tak bisa berpikir jernih. Apa sekarang giliran Ara?, apa karena sang penjahat sudah mengincar kedua adiknya kini giliran Ara yang jadi tawanan?. Sebenarnya siapa sih dia?. Aku tanpa sadar menginjak gas dengan begitu dalam. Aku harus segera menyelamatkan Ara bagaimanapun caranya.
***
Aku bergegas masuk dengan diantar seseorang yang sudah diperintahkan daddy untuk mengantarku. Aku sampai tak tahu berada dilantai berapa ini karena disini hanya ada 2 ruangan dengan pintu coklat besar sementara diluar ada uncle Riko yang langsung menyambutku.
"Uncle, gimana? Apa ada kabar?."
"Kenan lagi ngobrol sama orang yang diduga nyebar berita dan bantuin penjahatnya."
"Mana uncle?, Dariel pingin tahu."
"Sabar-sabar Riel, semua panik disini apalagi Kenan mereka udah siapin ini mateng-mateng. Jesica, Kay, Jay, Ara sampe si kecil Kris semuanya hilang."
"Mereka diculik juga?."
"Iya Riel.."
"Bukannya ada yang jagain uncle?."
"Diem-diem ada intel mereka di dalem jadi katanya."
"Kita harus cepet uncle…"
"Mereka ga akan berbuat apapun Riel, selama Ken masih disini mereka ga akan macem-macem."
"Darimana uncle tahu?, yang mereka incar tuh sebenernya siapa? Jay? Kay? Atau siapa? Ga ada yang tahu uncle."
"Mereka pasti ngincer keluarga Kenan Riel, kalau mereka ngincer satu orang mereka ga usah susah payah bawa-bawa yang lain."
"Aku ga bisa tenang uncle, istri aku ada disana."
"Reno pasti segera dapet informasinya Riel." Uncle Riko mencoba menenangkanku tapi jujur aku sama sekali tenang. Aku terus berpikir yang tidak-tidak tentang Ara. Aku duduk menunggu daddy yang masih berbicara di dalam dengan orang yang tadi diceritakan uncle Riko. Badanku rasanya tak mau diam. Aku ingin bergerak ketempat Ara berada. Aku ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Cukup lama aku menunggu Daddy keluar hingga akhirnya pintu itu terbuka lebar. Dapat aku lihat wajah Daddy yang begitu kesal, tatapannya tak pernah semenakutkan itu, kedua tangannya terkepal seakan siap meninju siapapun yang mencoba melawan.
"Dad?"
"Kita pergi sekarang."
"Mau kemana Ken?"
"Aku tahu siapa pelakunya Kak. Dia orang yang udah merencakan hal ini cukup lama jadi dia bisa masuk rumah aku atau kantor aku."
"Kakak ikut."
"Oke. Kita pergi." Ucap Daddy dan langsung mengambil seribu langkah menuju mobil. Saat aku tahu nanti siapa pelakunya. Tak akan pernah aku kasih pun. Tak aku membiarkan dia kabur lagi begitu saja. Mataku kembali melihat kearah Daddy yang tak berbicara sedikitpun. Dia sepertinya membungkam mulutnya untuk nanti, untuk memaki keparat itu. Mobil kami mengikuti mobil hitam didepan dan dengan cepat kami melaju layaknya orang penting yang dikawal polisi. Ya...tapi itu benar, Daddy orang penting. Hampir semua orang tahu keluarga Daddy dan tentu saja berita penculikan ini telah masuk dalam berbagai media. Aku yakin sang penculik akan takut karena hampir satu Indonesia tahu dan tentu saja polisi pasti langsung mengincarnya. Suara Handphone terdengar berbunyi dan itu bersumber dari saku Daddy. Panggilan itu langsung diangkatnya dengan suara yang sengaja Daddy keraskan.
- Halo my brother.
- Bajingan!!dimana lu Anj**Ng.
- Bukannya lu tahu?kenapa harus tanya?
- Berapa yang lu minta bang***t!!"
- Nyawa lu.
- Oke.
- Oke?kalo lu berani datang kesini seorang diri aja ga usah bawa rombongan pengajian lu itu. Gw ga butuh orang-orang Lu. Kalo lu nekat bawa mereka, lapor polisi gw habisin semua keluarga Lu.
- Oke, gw bakalan kesana sendiri.
- Gw ga percaya!!orang gw bakalan jemput lu.
- Oke dimana kita ketemu?
- Kita tahu dimana lu. Lu cukup diem aja disana 5 menit lagi orang gw datang.
- Oke. Gw tunggu.
Daddy dengan cukup percaya diri. Apa benar Daddy akan menyerahkan nyawanya begitu saja?. Disampingku ncle Riko tampak kesal sepertinya uncle kenal dengan sang penculik.
"Aku bakalan kesana, jemput mereka."
"Ken, bahaya."
"Ga ada cara lain kak, aku harus pergi." Kenan mempersiapkan dirinya.
"Ken..."
"Kak, kalo cara ini yang bisa aku lakuin buat bebasin keluarga aku pasti aku jalanin. Makasih kakak udah ikut aku sampe sini." Kenan dengan mata sendunya.
"Riel...sekarang saatnya kamu tepatin janji kamu. Apapun yang terjadi jangan tinggalin Ara sama adik-adiknya, jagain mommy."
"Dad...." Aku ikut sedih. Kenapa tiba-tiba Daddy mengatakan pesan perpisahan?.
"Ara pasti pulang." Daddy menepuk bahuku keras.
"Reno, makasih udah bantu saya dari dulu sampe sekarang. Saya rasa tugas kamu udah selesai."
"Bos..... " Reno juga dibuat tak percaya jika ini akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan Daddy. Tidak lama seseorang datang. Dia menyuruh daddy keluar. Rasanya aku ingin keluar juga tapi Reno menahanku. Digeledahnya seluruh badan daddy bahkan dari balik jendela aku melihat Daddy tak diperkenankan membawa handphone. Setelah itu mereka pergi entah kemana.
"Ren, kamu ga akan tinggal diemkan?." Tanya uncle Riko.
***To be continue