WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca bab ini.
Keluarga Pak Stefan langsung pulang kerumahnya begitupun Ara dan Dariel yang langsung pamit menuju rumah mereka. Rasanya sudah lelah dan ingin segera berbaring ditempat tidur. Kini untuk pertama kalinya Ara menginjakkan kaki lagi dirumah Dariel dan kali ini dia sudah berstatus istrinya. Ara mulai membuka kamar Dariel yang dominan dengan nuansa putih abu. Aroma maskulin begitu terasa dihidung Ara. Dari sudut ke sudut semuanya tampak rapi. Entah Dariel orang yang rapi entah karena tahu Ara akan tinggal disini makannya semua terlihat begitu tertata.
"Jadi lemari aku dimana?."
"Kita bikin dressing room buat kamu, nanti aku coba renovasi dikit supaya tembus ke kamar sebelah sementara satuin aja sama lemari aku."
"Oke.."
"Tadi kenapa ga nginep dirumah orang tua kamu aja?."
"Pingin ngerasain aja jadi suami istri beneran.."
"Beneran?emang kemarin bohongan apa?."
"Maksudnya tidur dirumah sendiri gitu.." Ucap Ara membuat Dariel tersenyum.
"Ga kerasa besok udah masuk kerja lagi.."
"Pasti disirikin nih sama yang lain.." Dariel mulai membuka kaosnya dan mencari baju tidurnya.
"Palingan mereka goda-godain doang lagian Chandra telepon mulu kemarin, udah numpuk kerjaan aku."
"Ya udah kamu istirahat supaya besok fit atau mau mandi dulu?." Dariel menghampiri Ara yang terduduk diatas tempat tidurnya. Tangannya menarik dagu Ara agar wajahnya menghadap ke arah Dariel.
"Aku bersih-bersih dulu kayanya, cuci muka..."
"Ya udah sana keburu malem.." Dariel membiarkan Ara pergi menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi Ara mengosok giginya, mencuci mukanya, merapihkan rambutnya dan langsung melihat cermin untuk memastikan penampilannya tak ada yang salah.
"Oke...tenang Ra. Tenang...rileks..." Ara menenangkan dirinya sendiri sambil menarik nafas pelan. Dia gugup sekarang, perlahan dia keluar dengan wajah segarnya dan melihat Dariel yang bersandar di tepi ranjang sambil memainkan handphonenya.
"Kamu ga tidur?." Ara menaiki tempat tidurnya dan menarik selimut.
"Ini mau, tadi Chandra WA aku nanyain udah di Jakarta apa belum."
"Cerewet deh dia.."
"Berarti ada yang penting Ra.." Dariel menyimpan Handphonenya diatas nakas lalu mengganti lampu kamar mereka dengan lampu tidur. Setelah semua selesai Dariel mulai memejamkan matanya dan mencoba tidur.
"Riel..."
"Hm..."
"Kamu ga pingin coba?."
"Coba apa?."
"Aku udah selesai haidnya.." Mata Dariel langsung terbuka. Dia berusaha memastikan lagi bahwa kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Ara adalah benar.
"Kamu yakin? udah bersih-bersih?." Kepalanya langsung dia palingkan ke arah Ara.
"Udah, aku udah mandi."
"Kamu yakin mau hari ini? kalo kamu cape aku ga maksa.." Dariel mengarahkan badannya pada Ara. Dibalik perkataannya seperti itu Ara yakin dalam hati Dariel dia menginginkan sesuatu yang sudah lama dia nantikan sejak beberapa hari yang lalu.
"Kamu cape?."
"Engga, cape aku langsung hilang denger kamu selesai Haid..."
"Dasar..." Ara senyum-senyum kali ini. Kini Dariel beranjak mendekati Ara lalu mencium bibirnya lembut. Tangannya mulai meraih pinggang Ara sementara badannya bergerak agar berada diatas istrinya. Dariel melumat bibir itu dengan bergairah seakan ingin menunjukkan bagaimana dia sudah menahan hasrat untuk memiliki Ara dari kemarin. Dia mencercap, menghisap dan merasakan setiap inci bibir Ara. Matanya yang terpejam menujukkan bahwa mereka saling menikmati aktivitas itu. Dariel menaikan badannya sebentar. Dia menarik baju tidur miliknya sendiri yang secara otomatis memamerkan dada berbulunya. Dapat Ara rasakan milik Dariel dibawah sana sudah menegang karena saat Dariel melepaskan kaosnya Ara bisa melihat tonjolan memanjang yang tercetak jelas di celana tidur Dariel. Dariel kembali mendekap Ara menciumi pipinya dan beralih ke lehernya. Dariel menginginkan yang lain, dia sedikit nakal dengan mengarahkan tangannya ke dada Ara. Tangannya menangkup disana untuk merasakan bulatan kenyal padat itu. Meskipun masih berada di balik bajunya tapi Dariel bisa merasakan ada bulatan kecil yang menonjol keluar. Ara rupanya sudah bergairah juga. Dariel sudah tak tahan untuk bermain-main kini dia membuka kancing baju Ara satu persatu namun belum juga terbuka suara telepon terdengar berdering.
"Pasti Chandra, biarin aja.." Ucap Ara saat mengetahui suara itu berasal dari Handphonenya dan melanjutkan aksinya lagi. Dia menarik tengkuk leher Dariel dan mencium bibirnya namun belum juga semenit suara itu muncul lagi.
"Angkat dulu kali aja penting."
"Sama kamu aja.." Ara membuat Dariel bangkit lagi dan meraih ponselnya
"Mommy..." Dariel melihat nama di layar handphonenya lalu menyerahkan pada Ara.
- Halo mom
- Kak kerumah sekarang, bantuin Kay ngurusin Kris.
- Kenapa emang mom?.
- Jay sakit, kita mau bawa dia kerumah sakit.
- Jay? oke-oke mom dengan wajah panik.
"Kenapa?."
"Jay masuk rumah sakit, mommy minta kita kerumah sekarang."
"Hah?!." Dariel tak percaya ditengah kondisi dia yang seperti ini ada gangguan yang tak mungkin Dariel biarkan begitu saja.
"Lain kali aja ya, kita harus kerumah sekarang.."
"Oke.." Dariel turun dari ranjangnya dan melihat Ara dengan cepat berdiri untuk mencari koper dan memasukkan baju-bajunya.
"Aku ke kamar mandi dulu ya bentar." Dariel segera masuk untuk mengatasi juniornya yang sudah menegang. Dibukanya celana tidur Dariel beserta celana dalamnya. Dapat dia lihat sendiri sang pusaka sudah berdiri dengan sempurna. Ini akan sulit diturunkan.
"Duh..ayo cepet turun..." Dariel berbicara sendiri sambil memikirkan hal yang membuatnya lupa tentang kejadian tadi namun rupanya dia mempunyai sedikit kesulitan. Otaknya sedang panas-panasnya memikirkan badan Ara tadi terlebih lagi dia sempat menyentuh dada Ara yang terasa pas ditangannya. Semakin dia mencoba lupa semakin tegang miliknya.
"Riel...aku tunggu dibawah ya..." Ara berteriak dari luar.
"Iya-iya, kasih aku waktu dulu bentar.." Dariel menjawab panggilannya dan tak dibalas lagi oleh Ara. Dariel yakin istrinya sudah terlalu terburu-buru untuk turun kebawah dan menyiapkan segalanya.
"Duh berhenti mikirin itu.." Dariel menekan kepalanya agar memikirkan hal lain yang menenangkannya namun belum juga berhasil. Dariel duduk diclosetnya dan dengan terpkasa dia harus mengeluarkan sesuatu yang dia miliki dengan tangannya sendiri.
"Ahhh...Ahhh...." Dariel mendesah sendiri saat matanya terpejam dan membayangkan jika Ara yang melakukannya. Tangannya dia naik turunkan dengan cepat dan terus semakin cepat seiring dengan perasaan yang ingin mengeluarkan sesuatu. Selang beberapa menit akhirnya cairan itu menyembur keluar.
"Ahhh...." Dariel bersandar kecil dan merasa lega sudah mengeluarkan hal yang bisa membuatnya sakit kepala. Dia meraih tisu disana untuk mengelap cairan-cairan berwarna putih itu sebelum akhirnya mencuci miliknya. Dia harus segera kebawah sekarang, Ara pasti sudah menunggu dengan tak sabar.
***To Be Continue