Chereads / Redup / Chapter 3 - Keputusan

Chapter 3 - Keputusan

Jalanan ramai, meliuk liuk diaspal panas melewati kerumunan. Iya, masih diatas motor tua yang kecepatanya tak seberapa. Lamban udara menyengat, sudah hampir tengah hari rupanya. Tenang sebentar lagi sampai.

Pagar mewah, rumah besar, toko serba ada. Iya itulah sebuah rumah yang mungkin bisa disebut juga sebagai istana. Rumah si restu memang besar 3 lantai tersusun rapih disana ingin ku bermimpi dapat tinggal di istana seperti itu, Hahhh itu hanya angan.

Pintu pagar terbuka, langsung masuk saja kan. kiranya mungkin motor bututku ini tak pantas berparkir dipekarangan luas berpaping beton ini. Matikan motor, ayo jalan menapak keistana itu."Gas.." Suara yang sama sekali tak asing ditelingaku. menoleh, benar kan suara itu datang darinya siapa lagi klo bukan Restu.

"Sini sini" sambil melambaikan tangan restu mengajak.

"iya iya" sahutku ringan

Lihat, sudah ada beberapa orang duduk dikursi panjang itu. aku tak paham satu per satu tapi mungkin ku mengenal beberapa dari mereka. jikalau tak salah ada Singgih, Alwi, Asnawi dan iya 3 yg lain aku tak kenal.

"Duduk sini gass" Ajak singgih yang sudah lama mengenalku. Bergegas duduk meregangkan otot kaku sehabis naik motor dijalann panas, iya maklum motor tua bukanya membuat nyamam malah tambah ancur.

"Gas mau minum apaan ??". Itulah yang kusuka dari restu tanpa diminta sudah menawari.

"es biasa aja deh" jawabku meringis

dia bergegas mengambilkan pesananku tadi.

"o...iya kita belum kenalan kan.?? aku arya dan ini banu juga ardi" salah seorang yg belum kukenal itu memperkenalkan dirinya juga mengulurkan tanganya.

"iya salam kenal aku bagas." membalas jabat tanganya dengan senyum satu per satu.

"Nih gak pesananmu hehe" resu datang dengan membawa segelas air dan es.

"makasih res"

"oiya ada apaan nih kok harus ngumpul gini ??" besit tanyaku heran oada mereka yang sedari tadi sudah disini.

"soal yang udah kita bicarakan kemaren gas??" jawab restu menatap.

"malasah Smk sebelah!!" sahut arya menatapku juga.

"Kita sepakat akan menyerang besok."

"Loh loh Besok??" iya reaksi keheranan dariku yang mungkin sedikit bercanda

"iya besok..tapi hanya kita ber8 saja." jawab seorang singgih yang juga menatapku tajam.

"Cukup kita aja yang beraksi gak usah libatin yang lain." Restu menambah

"Gimana jadi ikut kan??" tanya singgih padaku.

Iya mungkin kemarin aku sudah buat keputusan tapi?? sekarang sulit ingin menjawab apa. Ibarat kata maju kena mundur kena, Bingung melilih. Bertaruh nyawa demi hal seperti ini, Tak ada pemikiran jernih.

"Kenapa nyerangnya harus besok??" Tanyaku mengalihkan sedikit perhatian mereka

"Karna besok Smk sebelah ada tur ke luar kota."

"keluar kota ??"

"iya gas..sebagian ada yang tidak ikut tur"

"itu kesempatan kita buat nyerang!!" disini mereka serempak mengucapkan kata kata itu.

"Kau ikut kan??" tanya mereka kembali.

"Ok lah" yahh mungkin tanpa sadar aku mengucapkan itu. Tapi mau gimana lagi sudah terlanjur dari awal begini.

"Ok sekarang kita susun Rencana untuk Besok."

Masih dalam kebingungan tak dapat banyak bicara. Iya ikuti mereka sajalah soal nanti pikir nanti.