Malam ini, suasana makin mencekam dan menggila. Tak tahu arah, lontang lantung, harum darah dimana-mana. Cahaya lampu yang remang-remang menambah suasana menjadi panas dingin.
Pukulan demi pukulan terus hantamkan pada mereka, tadinya bingung sekarang seperti tak ada beban. Aku tidak baik baik saja, penglihatan buram, suara-suara jeritan itu hampir tak terdengar ditelingaku. Ayo cepat selesaikan gass.
"DAGGG..BRUGGG.." Pukulan keras mendarat tepat dihidungku. Jatuh tergeletak tak bergerak 'Sakit?? iya ini sakit sekali' tubuhku tak bisa digerakan.
"DUGGG DUGGGGG.." Kaki besar beralas sepatu kornek itu menghantam kepalaku berkali-kali. Aku tak bisa melawan hanya diam saja, sudah tak bisa bergerak, capek. Aku harus apa?? apa yang harus ku lakukan dalam situasi dan kondisi seperti ini??.
"DUGGG,,,BRAAAKK" Dia terjatuh, siapa itu?? penglihatantu sudah memudar. Itu Restu, badan tinggi besar siapa lagi klo bukan dia. Lihat yang lain, semua seperti sudah sempoyongan. Hanya Singgih dan arya yang masih sanggup menghadapi mereka, karna temanku itu cukup ahli bela diri. Dan yang lain?? misalnya aku?? sudah tak kuat lagi.
"Gass bangun gass" suara restu mengagetkan lamunanku, bisa bisanya disituasi seperti ini aku melamun.
Aku bangun dibantu Restu, tak bisa bergerak hanya bersandar pada punggung besar si Restu saja. Lemah sekali kau ini gass, beban.
"nggih kita mundur.!!!" Restu berteriak keras kepada singgih.
Benar-benar tak ada harapan bisa mengalahkan mereka semua. 20 lebih orang murid kami hadapi hanya dengan 8 orang saja, mana mungkin bisa menang. Memang kami sudah separuh bisa menghadapi mereka, tapi tetap saja aku dan yang lain juga memiliki batas kemampuan orang biasa. Sebagian dari Mereka tergeletak dimana-mana, dan sebagian lainya masih melanjutkan perlawanan.
"Nggihh woii kita mundur,,,,yang lain udah gak kuat" jerit arya yang baru saja menyadari beberapa dari kami sudah sempoyongan pontang panting kesana kemari, mengayunkan balok kayu tak tahu arah entah apa yang dipukul. Singgih berhenti disitu, melihati kami satu persatu. Benar saja matanya sudah lebam tak terlihat, darah belepotan diwajahnya, dan napasnya yang sudah tak beraturan. Dia kembali menghantamkan balok kayu itu pada mereka, lalu berhenti sejenak mengambil sesuatu dari sakunya. Itu air cabai yang tadi dia perlihatkan padaku, dia melemparkannya pada restu, satu plastik lainya di beri pada arya. Dibukanya plastik itu dan mencipratkanya pada mereka, sontak yang terkena air itu langsung menunduk kesakitan. Restu juga melakukan hal yang sama seperti yang singgih lakukan begitu juga arya, mungkin hanya mereka bertiga yang masih segar, Dan yang lain sudah lemas tak berdaya.
"Ayo buruan!!!" ajak singgih sambil menggendong alwi yang sudah tak bisa bergerak juga sepertiku. Kami semua lari menjauh dari tempat itu, aku dituntun restu dan sedikit digendong olehnya. dia berhenti, berbalik badan, dan iya melemparkan sebuah flashbank kembali ke mereka, kali ini semua flashbank dia lemparkan tanpa tersisa.
"Udah ayo gass.." ajak dia dan kembali sembari memegangi ku yang sedari tadi sudah sempoyongan.
Kami terus lari, dan akhirnya sampai di halaman belakang sekolah. motorku dan motor yang lain masih terparkir rapih disana, kami duduk menghela napas. Ngos-ngosan tak karuan, irama nafas yang begitu cepatnya beradu dengan suara jangkrik yang berdengung bernada. Ku pandangi mereka satu persatu, jelas darah disekujur tubuh mereka. Bonyok dimana-mana, merintih kesakitan jelas saja. Hanya restu yang sama sekali tak ada lukisan bonyok pada wajahnya, entah pakai ilmu kanuragan apa dia bisa begitu.
"Weh Ress kau gak bonyok sama sekali??" Tanya arya pada restu, yang memang hanya dia yang tak bonyok sama sekali.
"enggak lah hehe,,"jawabnya santai sembari meringis.
"Pake kanuragan ya kau ress??" tanya banu juga padanya.
"mana ada jaman sekarang begituan ban,," jawab restu lagi.
"ya kali aja kan punya gitu hehe,,," sahut banu.
"Pulang tanpa kemenangan nih hehehe,,," ucap arya sembari menepuk pundak singgih berkali-kali.
"Ya mau gimana lagi?? kita kalah jumlah" sahut singgih dan menjitak kepala arya keras-keras.
"Tapi setidaknya ya sebagian banyak kita lumpuhkan" ucap singgih lagi.
Benar memang kita lari, ya mau gimana lagi tak ada cara lain kan. Rasanya nafas sesak, tubuh kaku, Kepala pening. Malam sudah makin larut, bahkan hampir pagi. Sudah terdengar kokok ayam jago yang menandakan pagi sudah menunggu.
"Sekarang gimana nih??" ucapku dan meratapi mereka satu per satu.
"kita kerumahmu dulu ya gass.." ujar singgih membalas tatapanku.
"yaudah ayok.." ajaku pada mereka dan berdiri berjalan menghampiri parkiran motor. Mereka semua sontak ikut berdiri, Sakit semua rasanya.
"tenang gass di tas udah ku siapkan obat." ucap Restu sembari menepuk pundak kiriku.
"Aduh sakit woii.." Ucapku padanya. Entahlah aku tak ingat pasti bagian tubuh mana saja yang terkena pukulan tadi, semuanya hampir terasa sakit.
Aku bicara begitu si Restu malah semakin kencang memukuli pundaku."Woi..dibilang sakit malah diterusin.!!"ucapku sedikit membentak padanya.
"yeilah...gitu doang sakit,,,,hahaha dasar akik akik" ucapnya sembari tertawa, sontak semua pun ikut tertawa.
"Taikkk kau ress" ujarku sembari menjitak kepala restu dan ikut tertawa bersama mereka. Tanpa sadar Rasa sakit itu menghilang seketika, lepaskan semua tertawalah.