Chereads / Isekai : Kingdom Of Denjavas / Chapter 2 - Bab 2 - Dunia Lain Part 1

Chapter 2 - Bab 2 - Dunia Lain Part 1

Tama menjerit memalukan dan melangkah mundur, untung saja dia hanya seorang diri dan tidak lagi bersama seorang wanita, jika itu terjadi maka dia pasti akan merasa sangat malu. Gembok yang seharusnya jatuh ke lantai menghilang tanpa jejak.

"… ini salah satunya, kan? Jika saya membuka pintu ini saya akan menghilang begitu saja. Ada cara untuk membukanya "

Dengan itu Tama lantas mengambil inisiatif untuk mengambil tali dari mobilnya dan mengikatnya di gagang pintu, dan sambil berpegangan pada pilar 10 meter jauhnya, dia menarik tali itu dengan sekuat tenaga.

Tama lalu memutuskan untuk masuk kedalam, dan seketika dia masuk ke dalam dan melihat ke atas, tidak ada jejak ruang 5 tikar yang dia lihat sebelumnya, seketika 5 tikar itu hilang secara misterius, tetapi sebaliknya ada sebuah jalan beraspal batu yang dingin, dengan dinding dan atap juga ditutupi dengan batu.

Tama jadi bingung, dia melihat ke belakang. Yang dia lihat di sana hanyalah sebuah pintu ganda yang tergantung terbuka, dan di balik itu, hanya ada sebuah ruangan luas yang dilapisi dengan batu.

"Eh? Apa, apa aku sedang berhalusinasi? Tunggu sebentar … ya !?"

Dia kembali kebelakang kearah pintu ganda tersebut, dan saat dia melewati pintu ganda, pemandangan dalam pandangan Tama segera berubah kembali menjadi tempat tinggalnya.

Kemudian dia menyeberangi pintu lagi, dan dia kembali di lorong beraspal.

"Oooh, ini keren, tempat apa ini,?? kenapa bisa berubah seperti ini,??"

Seperti itu, dia bolak-balik antara tempat tinggal dan lorong batu beberapa kali, lalu dia memperhatikan dan melihat telapak kakinya.

"….Saya harus mengambil sepatu saya dari pintu masuk"

Tama lalu berjalan menuju kedepan pintu masuk untuk mengambil sepatunya, karena kaos kakinya sangat kotor, itu terkena oleh kotoran dari lorong batu.

"Ini luar biasa. Aku ingin tahu bagaimana cara kerjanya, apakah ada tombol rahasia atau sejenisnya,", gumam Tama, dengan satu sisi wajahnya di ruang kusut tatami dan yang lainnya di lorong batu.

Sebelumnya, dia telah membentangkan terpal di ruang kusam berbatasan dengan lorong batu sehingga dia bisa berjalan dengan sepatunya.

Apa yang saat ini dilihat oleh mata Tama adalah pemandangan yang agak aneh dari jalan berlubang batu di mata kirinya dan ruang kusut tatami di sebelah kanannya.

Dia menikmati sensasi baru untuk sementara waktu, tetapi otaknya menjadi bingung dan membuatnya merasa mual, jadi dia memutuskan untuk pergi ke lorong batu misterius itu.

"Aku ingin tahu apa yang ada di dalamnya, Sangat cerah,!!!"

Tama lantas memutuskan untuk berjalan kedalam lorong batu misterius itu, melihat ke dalam lorong, ada sebuah belokan di jalan sekitar 30 meter. Terlihat sebuah cahaya yang bersinar dari luar sehingga terlihat jelas.

Bagian itu sendiri diterangi dengan terang oleh semacam lumut bercahaya.

"Aku cukup yakin itu adalah lambent, lambent adalah spesies yang dilindungi, haruskah aku menghubungi pemerintah kota,?", Pikir Tama sambil berjalan menuju cahaya, namun ketika dia berbelok di tikungan dia melihat sesuatu yang aneh.

"Hmm? Apa ini… . Guh!!!"

Tama lalu melihatnya dari dekat, itu tampaknya sebuah kerangka manusia yang mengenakan pakaian tradisional yang lapuk dan compang-camping.

"Kau pasti bercanda… ini adalah tulang-tulangnya, sepertinya ini adalah korban pembunuhan,terlihat dari tulangnya dan pakaiannya yang compang-camping, pasti dia ada di sini untuk waktu yang lama, mungkin berapa tahun lamanya,"

Tama lalu mundur selangkah dari kerangka itu, seraya menggerutu, "Kupikir akhirnya aku telah menemukan tempat yang sunyi untuk menghindar dari para tuyul yang entah datang dari mana, namun ternyata pada akhirnya aku harus meminta polisi untuk melaporkan tentang kerangka ini," seketika dia mengeluarkan ponselnya untuk memanggil polisi.

"Hah? Loh kenapa jaringannya tidak ada satu balok pun, ini aneh,!!!"

Ketika Tama tiba di villa ini, dia sangat yakin bahwa indikator sinyalnya menunjukkan tiga batang, apalagi provider yang dia gunakan adalah yang terbaik yaitu T********, namun tetapi di sini entah bagaimana bisa di luar jangkauan tak ada satu batang pun yang muncul.

Tama lantas berpikir mungkin itu karena dia ada di lorong ini yang dimana terhalang oleh dinding-dinding lorong batu, jadi dia mencoba berbelok ke luar untuk pergi. Tepat ketika dia berbelok ke sudut ada semak belukar pepohonan dan dia langsung berada di luar.

Dia mencoba memeriksa ponselnya lagi di sana, tetapi masih menunjukkan indikator di luar jangkauan.

"Itu sangat aneh, kenapa aku di luar jangkauan, ini merupakan iPhone terbaru yang kemaren baru aku beli, serta aku menggunakan SIM card yang paling kuat sinyalnya, jadi tidak mungkin ini bisa terjadi,"

Tama memiringkan kepalanya dengan ragu, dan mencoba menemukan tempat di mana dia dapat mencapai satu batang sinyal, dia melihat sekeliling untuk menemukan di mana mobilnya diparkir.

"….... dimana mobilku Sebenarnya di mana rumahnya. Kalau dipikir-pikir, tidak ada rumpun pohon di dekat rumah, hanya hutan bambu,"

Dengan telepon di satu tangan, Tama melihat sekeliling tetapi tidak melihat apa pun selain pintu masuk ke jalan batu dan rerimbunan pohon.

Dari dalam rumah hingga ke sini, Tama paling banyak hanya berjarak 50 meter tidak lebih.

Jika Anda memikirkannya secara rasional, tidak mungkin pemandangan itu bisa berubah sebanyak ini hanya dengan melangkah sejauh itu.

"…mungkinkah ini…", Tama bergumam dengan wajah serius dan berlari kembali ke jalan beraspal.

Di tengah jalan dia menyapa kerangka yang mengatakan "maaf kawan aku permisi lewati sedikit"

"....Saya pikir juga begitu,.."

Dia kembali ke kamar berlantai tikar dan memeriksa indikator sinyal lagi di ponsel iPhone miliknya, dengan bangga menampilkan tiga batang sinyal. Melihat hal itu membuat Tama berkeyakinan bahwa,

"Sekarang aku yakin pintu ini terhubung ke suatu tempat yang jauh, Tidak heran itu digembok dan disegel, atau jangan-jangan tempat itu berhubungan dengan dunia lain,???"

Memahami bahwa setelah beberapa saat, pikirannya menjadi penuh kegembiraan setelah melihat dan mengalami apa yang barusan terjadi, "ini adalah fenomena supernatural yang luar biasa!", dan dia mengambil tas travel yang dia tinggalkan di pintu masuk dan sekali lagi melintasi ambang pintu menuju rerimbunan pohon.

Di samping salam untuk kerangka itu, dia melanjutkan untuk memuaskan semangat petualangannya.

"Berbicara tentang fenomena supernatural di seluruh dunia, saya pernah mendengar satu di mana mereka langsung pergi dari satu ujung Amerika ke yang lain. Mungkin saja ini terjadi di suatu tempat di luar Indonesia,"

Tama lalu memberi tanda pada pohon tempat dia keluar dengan batu agar dia tidak tersesat dan agar lebih mudah untuk kembali lagi, Tama lalu berjalan kembali, dan setelah 5 menit kemudian rerimbunan pohon berubah menjadi jalan tanah pertanian.

Di luar ladang pertanian, terdapat beberapa bangunan kayu sederhana dan sangat sederhana, tampak seperti semacam desa, ada juga pemandangan beberapa warga desa yang sedang bekerja di ladang.

"Oooh, penduduk desa pertama terlihat. … Dari rambut pirang, saya menduga ini adalah benua Eropa atau benua Amerika,"

Kata-kata "imigran ilegal" langsung muncul di benak Tama, tetapi dia optimis bahwa dengan berpura-pura menjadi turis, dia tidak akan cepat ketahuan.

Kemudian ketika Tama hendak mengambil foto dengan kameranya, penduduk desa sepertinya telah memperhatikannya dan melihat ke arahnya sambil mengatakan sesuatu kepada penduduk desa terdekat.

Karena Tama berpikir akan terlalu merepotkan jika mereka mengira dia adalah orang yang mencurigakan yang bisa membahayakan mereka, maka dia memutuskan untuk mengambil inisiatif dan berbicara duluan sebelum mereka melaporkannya ke pihak berwajib.

Sambil memegang tas bepergian, dia memang terlihat seperti turis yang sedang melancong

"Hallooo----! apa kabar kalian! aku turis yang sedang berkunjung, aku berasal dari Indonesia,! "

Tama tersenyum dan melambaikan tangannya saat dia berjalan di sepanjang jalan di antara ladang menuju mereka. Pria berambut pirang aneh pendek kurus yang mengatakan sesuatu kepada yang lain…

"Eh? Apa itu tadi!?"

… menjawab dalam bahasa Indonesia yang sempurna.

Tangan Tama yang sedang dilambaikan tiba-tiba jatuh seolah-olah layu.

"Sialan …. aku pikir ini adalah negara asing tetapi ternyata ini adalah desa asing seperti desa-desa Belanda di Jakarta atau desa-desa Amerika di Bandung, berarti aku masih ada di Indonesia tidak kemana-mana," katanya dengan sedih, tetapi sedikit agak lega karena dia masih di Indonesia.