"Ah, obat ini rasanya enak. Sedikit berbeda dari yang saya harapkan," ucap Nadin setelah menerima Hemaviton-plus dari tama, Nadin memegangnya dengan kedua tangan dengan sangat hati-hati, dan mengatakan itu ketika dia meminumnya sedikit demi sedikit.
"Benarkah,!?? saya juga suka rasanya, setiap da … tidak, saya sering meminumnya ".
Sebenarnya, Tama selalu meminum Hemaviton-plus untuk memulai kegiatannya setiap hari, tetapi karena akan aneh jika dia minum obat setiap hari, dia mengubah apa yang akan dia katakan.
"Ngomong-ngomong, situasi makanan di desa kelihatannya terlihat sangat buruk, apakah tidak apa-apa jika aku bertanya apa yang terjadi?"
Tama menanyakan sesuatu yang telah mengganggunya sejak dia kembali ke desa, dan ekspresi Nadin menjadi suram setelah mendengar ucapan dari Tama.
"Belum ada hujan akhir-akhir ini dan air di kolam hampir habis karena kekeringan…. "
"Ah, jadi tanamannya rusak karena kekeringan …"
Tama mengangguk, mengerti apa yang dikatakan oleh Nadin, Nadin lalu melanjutkan pembicaraannya.
"Penyebab langsungnya adalah cuaca kering, tetapi di masa lalu kita harus melakukannya dengan pergi ke sungai yang jaraknya jauh dari sini dan mengambil air dari sana, tetapi karena perang yang berlangsung hingga 4 tahun yang lalu hampir semua anak muda di desa telah mati …. Jadi ketika kami mengalami kekeringan yang panjang seperti ini, kami kekurangan tenaga dan tidak bisa memelihara tanaman dengan baik,".
"Ada perang baru-baru ini?"
"Eh?"
Nadin menatap kosong pada Tama setelah mendengar jawabannya, tapi dia segera tampak seperti dia mengerti sesuatu dan mulai menjelaskan kepadanya tentang perang.
"Ya, selama 6 tahun hingga 4 tahun yang lalu, Romessa dan negara kita, Denjavas berperang. Kami tidak tahu apa yang menyebabkan perang, tetapi kami mendengar dari salah satu pengikut Raja Andrias bahwa orang-orang dari kingdom Romessa akan segera datang untuk menyerang. Karena itu, para pemuda dari desa kami dipanggil untuk menjadi tentara tetapi ketika perang terus berlangsung, mereka segera menjadi panik dan bahkan merekrut perempuan, hanya menyisakan orang tua dan anak-anak yang sangat kecil di belakang...."
Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Nadin, Tama mengangguk sambil bersenandung.
Menilai dari ceritanya, perang antara Romessa dan Denjavas sangat sulit di Denjavanas, sampai harus memanggil orang-orang dalam hal ini pria muda dan bahkan wanita pada saat itu.
Alasan mengapa dia tidak melihat ibu Nadin sejak dia datang ke desa mungkin juga karena dia telah kehilangan nyawanya selama perang berlangsung.
"Karena Romessa juga berperang dengan negara-negara lain selain Denjavas, 4 tahun yang lalu semua negara ini membentuk aliansi, dan karena aliansi ini, bangsa-bangsa dapat bekerja sama dan menyebabkan bahkan negara besar Romessa menjadi lelah. Kemudian, Romessa mengusulkan perdamaian putih atau genjatan senjata selama 8 tahun, yang mereka semua sepakati..."
"Tidak peduli negara, mereka akan mencapai batas kekuatan mereka setelah perang yang panjang, ya"
Dengan kata lain, sejumlah besar korban perang ini telah menyebabkan kekurangan tenaga kerja yang besar, dan sekarang menyebabkan penderitaan bagi kaum Denjavanas.
Karena para pemuda yang berada di inti angkatan kerja ditebas dalam satu pukulan, produksi makanan menurun, dan ada kemungkinan bahwa populasi yang semakin menipis dapat menyebabkan kekurangan tenaga kerja lebih lanjut, menjebak mereka dalam lingkaran setan.
Kota-kota lain di luar desa ini mungkin menderita dalam kondisi yang sama.
"Tahun ini adalah tahun ke-4 gencatan senjata, jadi dalam 4 tahun lagi gencatan senjata akan berakhir. Jika perang lain diumumkan setelah 4 tahun itu, saya juga bisa dipanggil untuk menjadi tentara ketika itu terjadi..."
Tama kehilangan kata-kata pada apa yang dia katakan.
Karena seorang wanita muda seperti Nadin, yang sepertinya tidak cocok untuk pertempuran, akan direkrut dan diseret ke medan perang dalam waktu 4 tahun.
Melihat Tama yang terdiam, Nadin lantas berkata "kalau begitu", dan berdiri.
"Mari kita mulai menyiapkan makanan. Berkat obat tuan Tama, kelelahan ku sekarang benar-benar hilang..."
"Ya, kamu benar, ayo pergi," jawab Tama kepada Nadin yang kembali tersenyum, dan dia juga bangkit.
"Ada sebuah gudang di dekat rumah, di dalamnya ada sebuah kuali yang kami gunakan untuk membuat makanan untuk festival. Jika kita menggunakannya kita bisa membuat makanan untuk semua penduduk desa. Tetapi karena ini sangat besar sehingga kami membutuhkan banyak kayu bakar, kami tidak dapat menggunakannya kecuali kami meminta semua penduduk desa untuk berbagi kayu bakar...."
"Saya akan mengambilnya…dan saya akan menyiapkan kuali. Nadin, bisakah kamu berkeliling ke desa dan meminta mereka membawa kayu bakar karena kita akan menyiapkan makanan? Juga, alangkah baiknya jika Anda juga bisa membuat mereka membawa sedikit air.."
"Baiklah kalau begitu,.. Saya pikir ayah akan segera bangun sehingga Anda dapat bertanya kepadanya tentang pengaturan kuali atau apa pun..." ucap Nadin dan kemudian menunjukkan Tama di mana gudang itu berada.
"Yah, aku akan pergi kalau begitu. Maaf tapi tolong lakukan persiapan yang dibutuhkan.." ucap Nadin, setah itu dia meninggalkan kediamannya dengan berlari kecil.
Sambil mengawasi bagian belakang Nadin yang mendapat tugas berkeliling desa, Tama lantas bergumam pada dirinya sendiri, "Perang, ya? Di mana saya dan apa yang saya lakukan saat itu, saya bertanya-tanya?!?"
Tama lalu masuk kedalam gudang untuk mengambil kuali,
"Uwaa, ini besar juga ternyata, Jika dengan ini saya bisa membuat makanan untuk 100 orang ditambah dengan cadangan.."
Tama lalu mengambil kuali perunggu besar yang tampak berdiameter sekitar 1 meter dari gudang bersama dengan kepala desa yang bangun segera setelah itu, dan dia mengeluarkan suara dengan kagum.
Dengan kedalaman 50 cm, mereka bisa membuat bubur beras untuk 100 orang dengan ini.
"Yap, biasanya kami membuat banyak sup selama festival untuk dibagikan kepada penduduk desa menggunakan kuali ini. Itu populer di kalangan penduduk desa karena kami biasa menambahkan banyak daging hewan yang kami buru di pegunungan dan juga banyak sayuran di sana.."
"Ooh, sup daging, ya,!!! Jika Anda bisa menghasilkan banyak maka itu pasti sangat bagus,!!!" ucap Tama.
"Ngomong-ngomong, 'nasi' ini yang akan kita buat dengan bubur, benda apa itu?" tanya kepala desa.
"Umm, ini adalah makanan jenis biji-bijian yang tidak benar-benar memiliki rasa, tetapi penuh dengan nutrisi. Biasanya Anda tidak membuat bubur dari itu, tetapi karena ada banyak orang yang sedanv sakit maka saya pikir lebih baik untuk membuat bubur saja," ungkap Tama
Sementara Tama memberikan penjelasannya kepada kepala desa, mereka berdua membuat dasar untuk kuali menggunakan batu yang disimpan di dalam gudang, meletakkan kuali di atasnya, dan menaruh 30 kg beras di dalam kuali.
Dia pikir itu terlalu banyak, tapi itu lebih baik dari pada nanti kekurangan.
Setelah itu Tama menyelesaikan persiapan yang lain dan bertanya pada kepala desa tentang hal-hal seperti situasi di desa. Ketika dia melakukannya, penduduk desa mulai datang satu per satu membawa kayu bakar dan ember air.
Di antara penduduk desa ada juga orang-orang yang telah Tama berikan Hemaviton-plus untuk mereka sewaktu berkeliling bersama Nadin mengobati penduduk yang sakit.
"tuan Tama, terima kasih untuk obatnya tadi. Berkat anda, aku sudah bisa berjalan seperti ini.."
Penduduk desa mengatakan itu sambil meraih tangan Tama yang memiliki kulit yang sangat sehat.
"Tampaknya Hemaviton-plus dapat menunjukkan beberapa efek yang cukup besar di dunia ini,!!!! bagus kalau begitu, sekarang saya akan membuat kuali ini penuh dengan bubur, jadi makan sepuas-puasnya untuk kesehatan kalian," ungkap Tama.
Dengan bantuan para penduduk desa yang berdatangan, dia menaruh air di dalam kuali dan mengatur kayu bakar.
Semua penduduk desa membungkuk pada Tama secara bersamaan, sementara salah satu ibu yang bayinya diberi susu bubuk menyambar tangannya dengan air mata di matanya.
Sementara Tama sedang berterima kasih oleh penduduk desa di sekitarnya seperti itu, Nadin kembali, dan semua orang terus menyiapkan bubur dengan berisik.
"Ini bagus!!! Aku tidak pernah punya bubur seenak ini!!!!" ucap salah satu penduduk desa.
"Memang benar, ada banyak garam yang dimasukkan ke dalamnya, dan buah prem kering ini benar-benar enak walaupun rasanya asam!!!" jawab Tama.