Chereads / Isekai : Kingdom Of Denjavas / Chapter 21 - Bab 21 - Memeriksa Ladang Milik Penduduk

Chapter 21 - Bab 21 - Memeriksa Ladang Milik Penduduk

Pada keesokan harinya, Tama mengunjungi lahan pertanian bersama Nadin dan juga kepala desa guna melihat keadaan kentang yang dimaksud semalam. Kentang adalah satu-satunya tanaman yang ditanam oleh penduduk desa dan entah bagaimana kentang itu bisa selamat dari kekeringan.

Daun hijau tersebar lebar, anggun merayap. Tumbuhan terlihat sangat sehat.

"Oh, jika warnanya seperti ini maka kentang ini benar-benar baik."

"Iya nih.!!! Itu semua berkat saluran air. Dengan begitu banyak air, maka tanaman tidak lagi perlu kekurangan air.!"

Sementara Tama dan yang lainnya sedang memeriksa ladang, para penduduk desa yang sedang berladang datang untuk menyambut mereka. Mereka menarik rumput liar di antara celah daun kentang atau mengangkut air yang diambil dari waduk desa. Di samping ladang ada saluran air yang menuju ke waduk, tapi sekarang tidak ada air yang mengalir karena waduk telah terisi air.

Dari penampilan para penduduk desa yang bergiliran bekerja, sepertinya seluruh desa bekerja sama dalam merawat ladang. "Apakah Kentang ini, akan sebesar ini ketika dipanen?"

"Hmmmm, ukuran itu bisa disebut besar. Dari 1 bibit kita hanya bisa memanen sekitar 5 buah ini." Sambil mengucapkan kata-kata ini, Nadin membuat lingkaran kecil dengan tangannya. Lingkaran itu memiliki ukuran telur ayam yang sama dengan yang dijual di Supermarket, itu adalah kentang yang agak bertubuh kecil.

Hasil 5 potong per satu bibit sama sekali tidak akan cukup, seraya berfikir Tama lalu berkata: "Jenis pupuk apa yang kalian gunakan?"

"Hmmm.!! Apa itu pupuk?" ekspresi wajah Nadin berubah menjadi bingung dan heran setelah mendengar ucapan dari Tama.

"Eh.!!! Apa yang dia katakan?" Melihat ekspresi bingung Nadin, Tama lantas merasa ketakutan, diia lalu mengingat dimana dia sekarang berada. Ini adalah dunia lain sehingga dia mungkin telah mengucapkan sesuatu yang baru buat mereka.

"Eerrrr, itu sesuatu yang kamu campur dengan tanah untuk memberi nutrisi pada tanaman. Apakah selama ini kalian tidak memiliki sesuatu yang di taburkan di ladang?"

"Ah, kami melakukan ritual untuk panen berlimpah. Untuk bertanya pada Dewa agar memberikan panen yang berlimpah, setelah kita menabur benih tanaman, kita menyebarkan tulang hewan yang dihancurkan, yang telah kita buru di gunung atau di ladang."

"Apakah ada hal lain selain itu.?"

"Uummm. Tidak ada lagi .... A, anu, apakah mungkin tidak seharusnya kami memberi tulang, melainkan daging yang harus dipersembahkan? Sudah menjadi kebiasaan sejak dulu untuk menyebarkan tulang, tetapi seperti yang diharapkan, bukan tulang .... Melainkan daging jauh lebih baik,!!" ekspresi kecewa dan takut terlihat dari wajah kecil Nadin yang cantik, dia merasa sangat bersalah ketika mendengar ucapan dari Tama mengenai pupuk.

Tampaknya, desa ini tidak menggunakan pupil dalam bertani. Meskipun beberapa macam bentuk pupuk tersebar diberbagai negara, namun tujuan mereka hanya satu yaitu menyuburkan tanaman dan juga tanah.

"Mari kita singkirkan pilihan tulang atau daging hewan untuk Dewa saat ini. Agar tanaman tumbuh subur, maka tanah harus dalam kondisi sehat.!" Tama berusaha membahas hal lain ketika melihat wajah Nadin yang merasa bersalah.

"Tanah.!!?" Mendengar kata-kata Tama, Nadin lalu menundukkan kepalanya dengan sedikit ragu. Tetapi, Nadin berpikir bahwa tanaman itu dapat tumbuh dengan sendirinya untuk memanen semua berkat dan rahmat dari Dewa.

"Ya, untuk itu semestinya di tengah hutan ada Kompos. Sesuatu yang terlihat seperti tanah dari dedaunan gugur yang membusuk atau sisa makanan yang tercampur dengan tanah, yang kemudian pupuk itu akan dicampur dengan tanah di ladang.!" Tama berusaha menjelaskan mengenai pupuk Kompos kepada Nadin.

"Anu Kak, ....Bukankah Dewa akan marah jika kita mencampurkan sesuatu yang busuk kedalam ladang.? Dan itu akan mengganggu panen kita.!!" Nadin bertanya dengan ekspresi bingung setelah mendengar penjelasan Tama, itu dikarenakan selama ini penduduk desa menganggap bahwa tindakan mencampur sesuatu dengan tanah memiliki arti menawarkan sesuatu kepada Dewa.

"Heh,!!!! Tidak apa-apa. Sebaliknya, Aku berpikir bahwa Dewa akan senang ketika tanah menjadi lebih subur. Dewa akan menggunakannya untuk membuat tanah lebih sehat." Mendengar kata-kata Tama, Nadin dan Kepala Desa entah bagaimana bisa mengerti.

Meskipun gagasan tentang menanam semua pemberian kepada Dewa tidak ditolak, karena pemikiran itu telah dipegang sejak lama. Jika tiba-tiba mereka diberitahu "Jika tanahnya tidak subur maka tanamannya tidak subur", mereka tidak akan mengerti sejauh itu.

Untuk saat ini, Tama memutuskan untuk menggunakan nuansa 'Dewa menggunakan humus untuk memberkati ladang'.

"Jadi, sangat penting untuk mengumpulkan kompos di hutan tetapi ...."

"Saya mengerti, orang-orang di desa akan mengumpulkannya. Semuanya, mari kita kumpulkan sesuatu yang disebut kompos itu.!" Mendengar kata-kata Kepala Desa, penduduk desa yang bekerja di ladang lantas memanggil yang lain. Penduduk desa lainnya kemudian menghentikan pekerjaan mereka dan setelah mendengarkan apa yang dikatakan kepala desa, mereka berlari untuk memanggil penduduk desa lainnya.

"Baiklah, aku juga akan pergi untuk memanggil penduduk desa lainnya.!!" Nadin lantas mengambil kereta dorong.

"Ah, aku juga akan mengambilnya. Ayo pergi bersama!!" Sambung Tama.

Jadi sekarang, seluruh penduduk desa terlibat dalam pengumpulan kompos ditengah hutan.

Tak lama kemudian, setelah 20 menit berlalu. Penduduk desa yang telah berkumpul di pintu masuk hutan melemparkan pandangan mereka ke Tama dengan penuh harapan. Tanah di dekatnya digali dengan sekop. Ketika tanah gali diambil, meskipun agak kering, cetakan daun yang sangat biasa bisa terlihat.

"Ini disebut kompos. Tolong kalian semua kumpulkan lebih banyak dari ini dan campur dengan tanah di ladang kalian. Jika Anda melakukannya, maka Dewa akan menggunakan kompos untuk membuat tanah ladang lebih subur sehingga tanaman juga menjadi lebih subur dan bagus.!!" ucap Tama seraya menunjukkan kompos di tangannya.

Warga desa yang berkumpul melihat kompos yang ada di tangan Tama, mereka lalu bergumam dan berkata satu sama lain: "Jadi itu yang dimaksud dengan kompos.!!! Jika Tuan Tama yang mengatakan itu, maka itu pasti tidak salah.!" Penduduk desa mengungkapkan kekaguman mereka dengan kata-kata seperti itu.

"Lalu semuanya, bisakah kalian menumpuk kompos ke dalam Kereta tarik ini.? Untuk kali ini, kami membutuhkan setidaknya 1 kereta tarik penuh berisi kompos untuk setiap 1 bidang ladang.!" Mendengar instruksi Tama, penduduk desa secara bersamaan mulai menggali tanah terdekat dengan sekop di tangan mereka. Tanah hutan, yang berasal dari tumpukan dedaunan selama bertahun-tahun yang tidak diketahui sehingga membuatnya menjadi lunak, jika Anda hanya perlu menggali lapisan luar tanah maka sangat mudah untuk mengumpulkan kompos.

"Baiklah kalau begitu, Nadin apakah Kamu punya waktu sebentar.?"

"Ah, iya kak. Apakah ada masalah.?"

Tama menghentikan pekerjaannya dan memanggil Nadin yang sedang menggali kompos di sampingnya.

"Saya akan kembali ke negara saya untuk mendapatkan kereta dorong dan pupuk untuk ladang. Karena itu aku ingin meminta Nadin dan Kepala Desa untuk terus mengawasi pekerjaan untuk sementara waktu."

"Iya kak. Saya mengerti . Saya akan menyampaikannya kepada ayah nanti!"

"Terima kasih.!!" Setelah mengatakan itu, Tama lalu meninggalkan hutan dan kembali ke Negaranya Indonesia

"Hei, hei Ndre. Seperti yang saya kira, ini buruk. Tidak semua orang dengan tegas mengatakan untuk tidak mengikutinya, benar ...?"