Cecile Luo sedikit mengerutkan keningnya karena tiba-tiba merasa terganggu oleh seseorang di dalam tidurnya. Wanita itu pun bersikeras untuk bergerak. Tangan kiri Eugene Mu mencubit rahang Cecile Luo yang runcing, memperbaiki posisinya, dan menekan wanita itu dengan kuat.
Di saat yang bersamaan, tangan kanan Eugene Mu masuk ke dalam piyama sutra dan membelai kulit Cecile Luo. Kulit wanita itu halus seperti batu giok putih, namun begitu rapuh sehingga sebuah cubitan saja dapat meninggalkan bekas. Eugene Mu mengelusnya perlahan dan menggodanya untuk lambat laun memanjakan diri.