Musim panas dan hujan di Yunnan meninggalkan kesan mendalam untuk Song Baiyan. Gadis berusia sebelas tahun yang mengenakan kemeja katun dan celana pendek itulah yang saat itu menyelamatkan dan merawat Song Baiyan ketika ia terluka. Ia menyeret pria itu dari lautan, lalu membawanya ke daratan.
Melihat gadis itu mengeluarkan gunting dari keranjang rotan dan membuka kaos di dekat luka, Song Baiyan bersandar di dipan dengan wajah meringis dan bertanya padanya, "Kamu tidak takut?"
"Hmmm," jawab gadis itu singkat sambil mengangkat kepalanya sejenak untuk menatap Song Baiyan, kemudian berkata, "Ketika Axi terkena luka senapan, beginilah cara mamaku mengobatinya."
"Siapa itu A Xi?"
"Anjing peliharaanku," jawabnya sambil mengangkat wajahnya. Pipinya ternoda oleh beberapa kotoran karena saat itu ia menyelinap ke sebuah rumah kecil yang rusak.
Gadis itu menatap Song Baiyan dengan tatapan polos, sedangkan Song Baiyan merasa seakan ia melakukan suatu kesalahan karena tidak bisa menebak siapa itu A Xi.
Song Baiyan menatap mata gadis yang sesekali mengerucutkan bibirnya itu dan memperhatikan gerakannya. Ia merasa gadis itu begitu lucu. Untuk sesaat, ia melupakan rasa sakit yang dirasakannya di perut. Kemudian, ia berkata kepada gadis itu, "Ada lumpur di wajahmu."
Bahkan, gadis kecil pun menyukai kecantikan. Gadis itu mengangkat lengan dan menyeka wajahnya, "Di mana?"
Melihat gadis itu tidak segera menghapus noda itu, Song Baiyan pun menghapusnya dengan jempol di tangan kanannya. Tangan seorang pria yang selama ini digunakan untuk memegang senjata selama beberapa tahun, lalu memegang kulit lembut seorang gadis kecil. Ia merasa seperti menyakiti gadis itu dengan tangannya yang begitu kasar.
Selama bertahun-tahun berlalu, Song Baiyan sudah tidak dapat mengingat lagi seperti apa karier militernya. Hanya beberapa hal rinci saja yang masih bisa ia ingat.
"Lain kali, jika Xiaosi menyuruhmu pergi ke kampus lagi, tanyakan bagaimana keadaannya di kampus," perintah Song Baiyan. Orang yang ia maksud di sini merujuk pada Tang Li.
———
Tang Li mengalami mimpi buruk di malam pertamanya ketika pindah di asrama Qishan. Ia memimpikan keluarga Li, sifat acuh tak acuh Han Jifeng, dan juga gambaran dirinya ketika merawat ibunya. Ketika suara tembakan menggema di benaknya, Tang Li langsung terbangun. Seluruh tubuhnya berkeringat. Ia pun mengulurkan tangan untuk menyalakan lampu, namun akhirnya ia hanya menyentuh dinding.
Tang Li baru ingat bahwa saat ini ia sedang berada di asrama kampus, bukan di tempat yang digunakan untuk memenjarakannya. Di asrama ini, setelah pukul 22:30, semua lampu akan dimatikan. Tang Li pun meraih ponselnya dan melihat bahwa sekarang sudah pukul dua lebih. Ia melihat ada pesan teks baru yang masuk ke ponselnya.
Xiaotang, kamu sudah lama tidak kemari. Bibi menjadi sedikit tidak tenang. Jika tidak ada masalah, tolong kamu balas pesan Bibi.
Pesan teks ini diterima sekitar pukul sebelas tadi. Melihat nama pengirimnya, Tang Li memeluk lututnya sendiri dengan erat. Baik di kehidupan sebelumnya maupun saat ini, ia telah mengunjungi Qin Yueru secara pribadi. Di kehidupan terakhirnya, Qin Yueru ingin Tang Li menjadi menantunya.
Li Wenyan saat itu memposisikan diri sebagai ayah hanya untuk kepentingannya sendiri meskipun Tang Li adalah anak dari hubungan yang tidak sah. Ketika Tang Li dikurung oleh Han Jifeng, Qin Yueru juga selalu mengunjunginya seminggu sekali. Selain hanya menghela napas, Qin Yueru tidak pernah menuduh putranya, apalagi membuat keputusan untuk menghakimi menantunya.