Tak lama setelah Tang Li kembali ke asrama, ponselnya berbunyi.
Tang Li baru saja keluar dari kamar mandi setelah mencuci tangannya.
Ponselnya kembali berdering. Tang Li berdiri di depan meja belajar sambil melihat ponselnya. Nama Li Shengxia tertera di atas layar ponselnya. Tang Li tidak kunjung menekan tombol menjawab dalam waktu yang lama.
Di kehidupan sebelumnya, nama ini selalu menjadi mimpi buruk bagi Tang Li, bahkan sampai di akhir hayatnya.
Bagaimana dengan kehidupan saat ini?
Tang Li tidak tahu.
Dengan melihat nama Li Shengxia saja Tang Li mulai merasa sesak napas.
Jika di kehidupan Tang Li sebelumnya, saat menghadapi wanita itu, dia seolah hampir mati saja. Seperti ada peluru yang menembus otaknya. Tanpa sempat merasa kesakitan, Tang Li sudah menghembuskan napas terakhirnya
Kini pupil mata Tang Li perlahan-lahan membesar. Karena tidak ada tempat untuk bersandar di sekitarnya, Tang Li langsung jatuh di lantai.